Seni

Kain Sasirangan: Sejarah – Motif dan Cara Pembuatannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam budaya, bahasa, adat, tradisi dan lainnya. Ada salah satu jenis benda yang sangat dilestarikan sampai saat ini oleh masyarakat Indonesia yaitu kain tradisional. Kain tradisional ini banyak sekali jenisnya dan berbeda di setiap daerahnya.

Seperti kain sasirangan yang merupakan kain tradisional yang berasal dari masyarakat suku Banjar. Kain ini hingga saat ini masih ada keberadaannya dikarenakan dilestarikan oleh masyarakat dari suku Banjar. Kain tradisional merupakan warisan yang diturunkan secara turun temurun agar bisa dipelajari dan dikembangkan.

Makna Kain Sasirangan

Kain sasirangan ini merupakan kain tradisional khas dari suku Banjar yaitu suku bangsa melayu yang paling jauh dari wilayah budayanya. Nama dari sasirangan ini diambil dari kata kerja dari proses pembuatan kain yaitu “sirang” yang memiliki arti jelujur atau pelajuran.

Secara harfiah sasirangan dapat dimaknai sebagai proses penjelujuran yang diikat menggunakan benang yang kemudian diwarnai dengan cara dicelup dengan warna pilihan bisa sintetis atau alami sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Sejarah Kain Sasirangan

Pada mulanya sasirangan ini digunakan sebagai kain adat yang dikenakan pada acara adat dari suku Banjar. Berdasarkan sejarahnya, kain sasirangan merupakan kain yang sakral warisan pada abad ke XII di saat Lambung Mngkurat menjadi patih negara Dipa.

Kain sasirangan dikenal sebagai kain untuk penyembuhan dari orang sakit. Untuk mendapatkan kain sasirangan ini harus dipesan terlebih dahulu, sehingga pembuatannya mengikuti keinginan dari pemesannya.

Selain digunakan sebagai penyembuhan orang sakit, kain sasirangan ini juga digunakan pada saat upacara adat yang dilakukan di wilayah setempat. Jaman dahulu, kain sasirangan ini diberi warna sesuai dengan tujuan dari pembuatannya, yaitu sebagai pelengkap dalam terapi pengobatan tertentu.

Pada awalnya pewarna dari kain sasirangan ini terbuat dari bahan bahan yang alami yang ditanam di sekitar rumah dari pembuat kain sasirangan tersebut. Ada 6 warna utama yang digunakan untuk pewarnaan dari kain sasirangan yaitu:

  • Kuning terbuat dari kunyit atau temulawak.
  • Hijau terbuat dari bahan daun pudak.
  • Merah terbuat dari bahan buah mengkudu, lombok merah atau gambir.
  • Ungu terbuat dari bahan biji buah gandaria.
  • Hitam terbuat dari bahan kabuau.
  • Coklat terbuat dari bahan kulit buah rambutan.

Jika menginginkan warna yang lebih tua atau muda dan dapat bertahan lama, bahan pewarna alami tersebut dapat dicampurkan dengan rempah rempah lainnya seperti tawas, kapur, jeruk nipis dan lainnya.

Fungsi Kain Sasirangan

Pada jaman dahulu kain sasirangan difungsikan sebagai media untuk mengobati berbagai penyakit mulai dari sakit kepala hingga stroke. Namun seiring dengan perkembangan jaman, kain sasirangan ini sudah banyak sekali fungsinya yaitu:

  • Digunakan untuk menghadiri upacara adat yang dilakukan masyarakat suku Banjar.
  • Sebagai media untuk mengobati penyakit pada jaman dahulu.
  • Digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pakaian

Motif Kain Sasirangan

Motif dari kain sasirangan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu ada motif tradisional dan ada motif modern.

Motif Kain Sasirangan Tradisional

  • Motif Daun Jaruju dan Tampuk Manggis

Motif jenis ini memiliki makna untuk penolak bala, dikarenakan jenis dari daun jaruju ini yang memiliki duri sehingga sering sekali digunakan untuk mengusir tikus. Sedangkan motif dari tampuk manggis diambil dari filosofi buah manggis yang berarti kejujuran.

Motif ini memiliki makna bahwa bintang merupakan salah satu tanda kebesaran dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan kita sebagai manusia yaitu umatnya tidak akan sanggup untuk menghitung jumlah bintang yang ada di alam semesta ini.

  • Motif Kaumbakan dan Ombak Sinampur Karang

Motif kain sasirangan kaumbakan memiliki arti yaitu kangkung yang terkena ombak. Yang memiliki arti tanaman kangkung hidup menjalar di air, jika terkena air yang bergelombang batangnya tidak akan putus.

Motif kain sasirangan sinampur karang memiliki arti ombak yang menerjang sebuah karang dan dimaknai sebagai gelombang perjuangan di dalam hidup manusia.

  • Motif Gagatas dan Kambang Sasaki

Motif gagatas memiliki makna cantik dan tidak akan bosan apabila terus dipandang. Sedangkan motif kambang sasaki memiliki makna yaitu bunga yang melambangkan keindahan dan digunakan sebagai ornamen dari ukiran rumah.

  • Motif Kacang dan Bayam Raja

Motif kain sasirangan kacang memiliki arti sebagai suatu simbol keakraban. Hal ini dikarenakan kacang merupakan jenis tanaman yang buahnya disenangi oleh masyarakat suku Banjar.

Motif kain sasirangan bayam raja merupakan atribut yang dihormati dikarenakan pada motif ini mengandung makna leluhur yang dihormati.

Motif Kain Sasirangan Modern

  • Motif Rainbow

Motif ini merupakan jenis motif yang terbaru yang dibuat oleh para perajin dari kain sasirangan. Kain sasirangan menciptakann motif baru agar lebih diterima oleh masyarakat luas khusunya di kalangan anak muda. Motif ini memiliki warna yang lebih banyak dibandingkan motif sasirangan pada umumnya.

Motif abstrak ini merupakan motif unggulan dari para pengrajin kain sasirangan, dikarenakan motif ini belum banyak ditemukan di pasaran. Motif abstrak ini merupakan motif modern yang tergolong masih langka.

  • Motif Degradasi

Ciri dari motif jenis ini yaitu terdapat pada unsur warnanya yang terdiri dari tiga warna. Corak pada motif jenis ini lebih lebar dibandingkan dengan beberapa motif sebelumnya. Proses pembuatan dari kain sasirangan jenis ini lebih mudah dalam proses penenunannya.

  • Motif Sarigading

Motif ini juga sangat disukai oleh masyarakat suku Banjar dikarenakan motifnya yang unik. Pembuatan dari kain sasirangan motif ini lebih rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama dikarenakan motifnya yang kecil kecil. Sehingga harga jual dari kain sasirangan dengan motif sarigadang ini tergolong mahal dibandingkan dengan motif lainnya.

Makna Warna dari Kain Sasirangan

Warna yang terdapat dalam kain sasirangan memiliki arti atau makna khusus bagi masyarakat suku Banjar dan berikut makna dari 6 warna tersebut diantaranya:

  • Kain sasirangan warna merah
    Merupakan tanda simbolik bahwa penggunanya sedang berada dalam proses mengobati penyakit sulit tidur atau sakit kepala.
  • Kain sasirangan warna kuning
    Kain ini memberikan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit kuning.
  • Kain sasirangan warna hijau
    Kain ini memberikan tanda simbolik yaitu pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh.
  • Kain sasirangan warna hitam
    Kain sasirangan dengan warna hitam memiliki arti simbolik bahwa pemakainya sedang berada dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit yang gatal gatal.
  • Kain sasirangan warna ungu
    Kain jenis ini memberikan tanda simbolik bahwa penggunanya sedang berada dalam proses mengobati penyakit sakit diare, kolera.
  • Kain sasirangan warna coklat
    Kain dengan warna coklat ini memberikan tanda bahwa penggunanya sedang berada di dalam proses mengobati penyakit stressa atau tekanan jiwa.

Keunikan Kain Sasirangan

Keunikan dari kain sasirangan ini yaitu memiliki motif yang paten, namun kadang terlihat tidak lazim dan sudah dianggap sebagai pakem dari budayanya.

Dikarenakan semua proses dari pengerjaan kain sasirangan dikerjaan secara manual maka sangat tergantung dari teknik di dalam mengikat pola gambarnya.

Proses Pembuatan Kain Sasirangan

  • Persiapan kain putih
    Siapkan kain putih polos dengan ukuran sesuai dengan yang dibutuhkan. Pada awalnya bahan baku dari kain putih ini terbuat dari kain serat kapas atau kain katun. Namun sekarang seiring dengan tuntutan dari banyak pesanan dari pembeli, bahan kain yang digunakan yaitu seperti balacu, santung, satin, rayon, sutera dan lainnya.
  • Pembuatan Motif
    Setelah menyiapkan kain putih, selanjutnya yaitu membuat motif tradisional sesuai dengan motif yang diinginkan menggunakan pensil.
  • Menjahit Jelujur
    Pola motif yang telah dilukis nantinya akan dijahit jelujur menggunakan benang dengan jaraknya 1 – 2 mm. Benang benang yang terdapat dalam setiap jahitan pola akan ditarik hingga membentuk kerutan. Pada proses ini sangat menentukan tingkat presisi atau keseimbangan dari pola pola moti yang dibentuk.
  • Membersihkan Kain
    Apabila kain yang digunakan tersebut mengandung kanji, maka harus dibersihkan. Caranya yaitu dengan direndam menggunakan air dingin yang dicampur dengan kaporit selama satu malam.
  • Pewarnaan Kain
    Pewarnaan kain sasirangan menggunakan pewarna jenis sintetis dan hanya sedikit saja yang menggunakan pewarna alami. Terdapat 3 cara pewarnaan dalam kain sasirangan, yaitu:
    1. Teknik Pencelupan
      Teknik ini digunakan untuk memperoleh satu warna saja. Caranya yaitu dengan menyelupkan kain ke larutan pewarna, kecuali pada bagian kain yang dijelujur. Pada bagian kain yang dijelujur tetap berwarna putih.
    2. Teknik Pencoletan
      Teknik ini biasanya dilakukan jika motif yang dibuat membutuhkan lebih dari satu warna.
    3. Kombinasi keduanya
      Untuk dapat memperoleh warna dasar yang bagus, terlebih dahulu jika kain dicelup kemudian di colet dengan variasi dari warna yang telah ditentukan sebelumnya.
  • Melepas Jahitan Jelujur
    Setelah kain kering, benang benang dari jahitan jelujur itu akan dilepas semuanya. Sehingga motif motif dari kain sasirangan akan tampak seperti bekas dari jahitan jelujur yang telah dilepaskan.
  • Pencucian
    Setelah seluruh jahitan jelujur dilepas, langkah selanjutnya yaitu kain dicuci hingga bersih yang kemudian ditandai dengan air bekas cucian yang tidak berwarna lagi.
  • Pengeringan
    Kemudian kain dijemur di bawah sinar matahari langsung.
  • Finishing atau disetrika
    Langkah terakhir dari pembuatan kain sasirangan yaitu disetrika agar kain menjadi lebih rapi, halus dan juga licin.