Daftar isi
Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam budaya, bahasa, adat, tradisi dan lainnya. Ada salah satu jenis benda yang sangat dilestarikan sampai saat ini oleh masyarakat Indonesia yaitu kain tradisional. Kain tradisional ini banyak sekali jenisnya dan berbeda di setiap daerahnya.
Seperti kain sasirangan yang merupakan kain tradisional yang berasal dari masyarakat suku Banjar. Kain ini hingga saat ini masih ada keberadaannya dikarenakan dilestarikan oleh masyarakat dari suku Banjar. Kain tradisional merupakan warisan yang diturunkan secara turun temurun agar bisa dipelajari dan dikembangkan.
Kain sasirangan ini merupakan kain tradisional khas dari suku Banjar yaitu suku bangsa melayu yang paling jauh dari wilayah budayanya. Nama dari sasirangan ini diambil dari kata kerja dari proses pembuatan kain yaitu “sirang” yang memiliki arti jelujur atau pelajuran.
Secara harfiah sasirangan dapat dimaknai sebagai proses penjelujuran yang diikat menggunakan benang yang kemudian diwarnai dengan cara dicelup dengan warna pilihan bisa sintetis atau alami sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Pada mulanya sasirangan ini digunakan sebagai kain adat yang dikenakan pada acara adat dari suku Banjar. Berdasarkan sejarahnya, kain sasirangan merupakan kain yang sakral warisan pada abad ke XII di saat Lambung Mngkurat menjadi patih negara Dipa.
Kain sasirangan dikenal sebagai kain untuk penyembuhan dari orang sakit. Untuk mendapatkan kain sasirangan ini harus dipesan terlebih dahulu, sehingga pembuatannya mengikuti keinginan dari pemesannya.
Selain digunakan sebagai penyembuhan orang sakit, kain sasirangan ini juga digunakan pada saat upacara adat yang dilakukan di wilayah setempat. Jaman dahulu, kain sasirangan ini diberi warna sesuai dengan tujuan dari pembuatannya, yaitu sebagai pelengkap dalam terapi pengobatan tertentu.
Pada awalnya pewarna dari kain sasirangan ini terbuat dari bahan bahan yang alami yang ditanam di sekitar rumah dari pembuat kain sasirangan tersebut. Ada 6 warna utama yang digunakan untuk pewarnaan dari kain sasirangan yaitu:
Jika menginginkan warna yang lebih tua atau muda dan dapat bertahan lama, bahan pewarna alami tersebut dapat dicampurkan dengan rempah rempah lainnya seperti tawas, kapur, jeruk nipis dan lainnya.
Pada jaman dahulu kain sasirangan difungsikan sebagai media untuk mengobati berbagai penyakit mulai dari sakit kepala hingga stroke. Namun seiring dengan perkembangan jaman, kain sasirangan ini sudah banyak sekali fungsinya yaitu:
Motif dari kain sasirangan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu ada motif tradisional dan ada motif modern.
Motif jenis ini memiliki makna untuk penolak bala, dikarenakan jenis dari daun jaruju ini yang memiliki duri sehingga sering sekali digunakan untuk mengusir tikus. Sedangkan motif dari tampuk manggis diambil dari filosofi buah manggis yang berarti kejujuran.
Motif ini memiliki makna bahwa bintang merupakan salah satu tanda kebesaran dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan kita sebagai manusia yaitu umatnya tidak akan sanggup untuk menghitung jumlah bintang yang ada di alam semesta ini.
Motif kain sasirangan kaumbakan memiliki arti yaitu kangkung yang terkena ombak. Yang memiliki arti tanaman kangkung hidup menjalar di air, jika terkena air yang bergelombang batangnya tidak akan putus.
Motif kain sasirangan sinampur karang memiliki arti ombak yang menerjang sebuah karang dan dimaknai sebagai gelombang perjuangan di dalam hidup manusia.
Motif gagatas memiliki makna cantik dan tidak akan bosan apabila terus dipandang. Sedangkan motif kambang sasaki memiliki makna yaitu bunga yang melambangkan keindahan dan digunakan sebagai ornamen dari ukiran rumah.
Motif kain sasirangan kacang memiliki arti sebagai suatu simbol keakraban. Hal ini dikarenakan kacang merupakan jenis tanaman yang buahnya disenangi oleh masyarakat suku Banjar.
Motif kain sasirangan bayam raja merupakan atribut yang dihormati dikarenakan pada motif ini mengandung makna leluhur yang dihormati.
Motif ini merupakan jenis motif yang terbaru yang dibuat oleh para perajin dari kain sasirangan. Kain sasirangan menciptakann motif baru agar lebih diterima oleh masyarakat luas khusunya di kalangan anak muda. Motif ini memiliki warna yang lebih banyak dibandingkan motif sasirangan pada umumnya.
Motif abstrak ini merupakan motif unggulan dari para pengrajin kain sasirangan, dikarenakan motif ini belum banyak ditemukan di pasaran. Motif abstrak ini merupakan motif modern yang tergolong masih langka.
Ciri dari motif jenis ini yaitu terdapat pada unsur warnanya yang terdiri dari tiga warna. Corak pada motif jenis ini lebih lebar dibandingkan dengan beberapa motif sebelumnya. Proses pembuatan dari kain sasirangan jenis ini lebih mudah dalam proses penenunannya.
Motif ini juga sangat disukai oleh masyarakat suku Banjar dikarenakan motifnya yang unik. Pembuatan dari kain sasirangan motif ini lebih rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama dikarenakan motifnya yang kecil kecil. Sehingga harga jual dari kain sasirangan dengan motif sarigadang ini tergolong mahal dibandingkan dengan motif lainnya.
Warna yang terdapat dalam kain sasirangan memiliki arti atau makna khusus bagi masyarakat suku Banjar dan berikut makna dari 6 warna tersebut diantaranya:
Keunikan dari kain sasirangan ini yaitu memiliki motif yang paten, namun kadang terlihat tidak lazim dan sudah dianggap sebagai pakem dari budayanya.
Dikarenakan semua proses dari pengerjaan kain sasirangan dikerjaan secara manual maka sangat tergantung dari teknik di dalam mengikat pola gambarnya.