Bahasa Indonesia

Memoar: Pengertian, Fungsi dan Struktur

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Terkadang beberapa tokoh terkenal akan membagikan pengalaman berharga mereka kepada orang banyak. Pengalaman tersebut tentunya memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Memoar adalah cara bagi banyak orang untuk menyampaikan pengalaman berkesan mereka kepada orang lain, dan berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai apa itu memoar.

Pengertian Memoar

Secara etimologis, memoar berasal dari bahasa Inggris yakni “memoir” serta bahasa Latin “memoria” yang keduanya memiliki arti sama yaitu kenangan atau memori. Memoar bercerita tentang pengetahuan ataupun pengalaman seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memoar merupakan kenangan sejarah atau catatan peristiwa masa lampau mirip autobiografi yang ditulis dengan mengenakan penekanan pada pendapat, kesan, dan tanggapan pencerita terhadap peristiwa yang dialami dan juga mengenai tokoh yang berhubungan dengannya.

Dapat dikatakan jika memoar adalah karangan yang menceritakan pengalaman hidup seseorang secara khusus. Pengalaman yang ditulis sudah tentu merupakan pengalaman yang amat berkesan bagi penulis.

Lebih lanjut memor juga dapat diartikan sebagai sebuah catatan peristiwa yang terjadi di masa lalu, menyerupai autobiografi dan umumnya ditulis dengan menjelaskan tanggapan dan kesan penulis terhadap peristiwa tersebut.

Memoar yang dibuat oleh penulis tentunya bukan sekedar tulisan saja. Setidaknya terdapat beberapa fungsi atau manfaat dari dituliskannya memoar yakni dapat memberikan penjelasan mengenai beberapa hal dengan paparan yang panjang kepada banyak orang, misalnya mengenai apa yang pernah dilakukannya selama beberapa tahun dalam bentuk berkisah.

Perbedaan Memoar, Biografi dan Autobiografi

Jika dilihat isinya, antara memoar, biografi dan autobiografi tidak mempunyai banyak perbedaan yakni menceritakan tentang pengalaman hidup orang-orang tertentu.

Meskipun begitu, ketiganya tetap mempunyai perbedaan. Lalu apa perbedaan memoar dengan biografi dan autobiografi? Berikut penjelasannya:

  • Biografi

Biografi berkisah mengenai kehidupan seseorang yang ditulis oleh orang lain, apakah hal tersebut diketahui oleh tokoh utama atau tidak. Biografi ditulis menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan menceritakan seluruh kehidupan tokoh mulai dari lahir atau kehidupan anak-anak, remaja, riwayat pendidikan dan pekerjaan, latar belakang keluarga dan kesuksesan yang pernah diraih.

  • Autobiografi

Jika biografi ditulis menggunakan sudut pandang orang ketiga, berbeda dengan autobiografi yang mengambil sudut pandang orang pertama. Dengan kata lain, penulis adalah tokoh utama yang menceritakan kembali kisahnya kepada orang lain. Alur penulisan tidak harus dimulai dari fase anak-anak, bisa juga menggunakan alur kilas balik.

  • Memoar

Secara umum biografi dan autobiografi menceritakan kehidupan seseorang dalam kurun waktu yang luas mulai dari fase anak-anak bahkan hingga akhir hayat.

Sedangkan untuk memoar hanya menceritakan memori atau kenangan yang terjadi pada waktu tertentu saja, dengan kata lain hanya berisi mengenai penggalan hidup seseorang yang dianggap sangat berkesan.

Ditulis dengan menggunakan sudut pandang orang pertama dan terfokus pada hubungan dan perasaan penulis yang juga merupakan tokoh utama mengenai memori yang pernah dialaminya.

Sekilas memoar mirip dengan cerita fiksi sebab penulis menekankan penulisan narasi sehingga dapat menggugah pembaca dengan menambahkan dialog, setting tempat, deskripsi karakter dan lain sebagainya.

Struktur Memoar

Secara teknis, struktur memoar tidak berbeda jauh dengan menulis novel karena sifat penulisannya naratif. Ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan untuk memoar yakni:

  1. Karakter, tokoh atau orang yang menjalankan cerita.
  2. Dialog, tidak hanya sekedar bercakap saja, namun juga dipilih dialog yang menyampaikan hal-hal penting.
  3. Narator, sudut pandang.
  4. Deskripsi, usahakan untuk menghindari kata sifat. Dalam mengungkapkan perasaan yang sulit untuk disampaikan dengan kata-kata, ada baiknya memakai metafora. Hindari juga deskripsi yang bertele-tele agar tidak membuat pembaca bosan.
  5. Plot, mengatur jalan cerita.
  6. Struktur, penulis harus menentukan terlebih dahulu mau menulis dari mana dan cara mengakhirinya.
  7. Metafor, cara menghidupkan bahasa.

Teknik Pembuatan Memoar

Agar membuat memoar menjadi lebih inspiratif, ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Coba untuk eksplorasi diri menggunakan sumber catatan pribadi (buku harian), foto lama, ataupun barang-barang yang memiliki cerita dan kisah berkesan serta dapat menginspirasi orang lain. Selain itu, harus fokus pada satu kisah saja.
  2. Usahakan carilah cerita yang berbeda dan berkesan untuk dapat diceritakan. Tantangan dari menulis memoar yakni menjadikan hal sederhana ditulis menjadi suatu hal yang luar biasa dan menginspirasi.
  3. Hindari menulis dari awal atau bercerita secara runtut. Penulis dapat bercerita dari hal yang menarik untuk dibaca tanpa membuat pembaca memikirkan hasilnya.
  4. Ciptakan emosi dalam diri dengan menggalinya sehingga penulis menjadi lebih semangat dalam menulis. Nantinya tulisan akan semakin menarik dan jelas serta semakin menginspirasi pembaca.
  5. Tulis memoar dengan perasaan jujur dan berdasarkan fakta.
  6. Gunakan juga dialog atau bahasa metafora untuk lebih menarik perhatian pembaca.
  7. Manfaatkan struktur memoar dengan baik, seperti awalan, pertengahan, dan akhir. Masukan pula konflik, masalah serta resolusi di dalamnya.
  8. Tetap percaya diri dan yakin jika memoar yang dibuat dapat bermanfaat untuk orang lain.

Contoh Memoar

Berikut ini adalah contoh memoar singkat.

Sejak pagi entah mengapa aku tidak terlalu bersemangat. Bahkan saat teman sebangkuku menceritakan pengalamannya bertemu dengan seorang penyanyi terkenal saat mengunjungi tempat makan di pusat kota, aku hanya menanggapinya dengan menganggukan kepala dan sesekali ikut tersenyum saat melihat ekspresi wajah temanku ini yang kelewat senang.

Dan sekarang aku masih menunggu bis yang nantinya akan membawaku pulang ke rumah di halte dekat sekolah. Aku memang sedikit pulang terlambat hari ini, ada beberapa hal yang harus aku urus terkait kegiatan festival sekolah bulan depan.

Aku semakin tidak bersemangat saat tiba-tiba hujan turun cukup deras petang ini. Entah kenapa setiap hujan turun perasaanku akan berubah menjadi sendu. Untung saja halte saat ini tidak terlalu ramai, hanya ada aku dan dua orang laki-laki yang berdiri sedikit jauh dariku. Sesekali kulirik jam tangan dan memastikan bahwa bis yang akan kutumpangi nanti akan segera datang.

Kudengar salah satu anak laki-laki di sebelah sedikit berteriak memberi tahu kawannya jika baru saja terjadi pembunuhan yang letaknya tidak jauh dari lokasi kita saat ini. Mungkin hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa bis belum juga tiba.

Saat pandanganku teralihkan tiba-tiba seseorang duduk tepat disampingku sambil menyandarkan kepalanya di pundak. Jelas sekali aku terkejut dan juga takut. Banyak pertanyaan muncul di kepala. Siapa dia? Apa yang dilakukannya? Apakah dia penjahat?

Aku coba perhatikan wajahnya, namun sayang wajahnya tertutup oleh topi. Orang ini memakai pakaian serba hitam dan tentunya dalam kondisi basah. Dari caranya bernafas, sepertinya dia sehabis berlari. “Tolong bersikap biasa saja. Aku tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu.”

Dari suaranya aku yakin dia adalah seorang pria dewasa. Tapi apa yang dia lakukan saat ini. Tiba-tiba terdengar suara sirine memecah pikiranku dan mobil polisi melaju dengan kecepatan sedang tepat di depan kami. Aku lihat gerakan pria ini sedang menurunkan sedikit topinya, seolah-olah sedang menutup wajahnya. Saat tangannya hendak dimasukkan lagi ke dalam kantong jaket, aku dapat melihat sedikit bercak merah di ujung jarinya. Darah.

Berbagai macam pertanyaan muncul di benakku. Ingatanku kembali pada pembicaraan anak laki-laki tadi mengenai pembunahan di sekitar wilayah ini. Apakah mungkin orang ini adalah pembunuhnya? Bis yang aku tunggu akhirnya tiba. Saat aku hendak berdiri pria ini justru segera pergi sambil mengucapkan terima kasih.