Daftar isi
Budidaya tanaman jahe harus dilakukan dengan baik agar mendapatkan produktivitas yang tinggi. Berikut merupakan metode budidaya tanaman jahe:
Benih yang digunakan harus berasal dari tanaman yang sehat dan tua minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri benih yang baik diantaranya kulit licin, keras dan tidak mudah mengelupas, serta memiliki warna kulit yang mengkilap.
Sebelum dilakukan penanaman, lahan budidaya harus diolah terlebih dahulu untuk menciptakan tanah yang gembur. Selain itu tanah juga harus dibersihkan dari gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah sedalam 30 cm. Setelah tanah diolah dan digemburkan, dibuat bedengan, sistem guludan atau dengan sistim parit.
Jarak tanam yang disarankan adalah 40 cm x 30 cm. Setelah jahe ditanam perlu ditutup dengan mulsa. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi tanah terutama di bagian permukaan, dan juga mengurangi erosi karena mulsa mampu menahan aliran air.
Pemberian pupuk dimaksudkan agar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia cukup. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia konvensional
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak baik. Penyulaman dilakukan pada umur 1-1,5 bulan dengan menggunakan benih cadangan yang telah diseleksi dan disemaikan.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya harus dikendalikan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanik, biologi dengan pemanfaatan musuh alami dan secara kimia dengan pestisida.
Penyiangan perlu dilakukan sampai tanaman jahe berumur 6-7 bulan.
Pembumbunan dilakukan dengan cara menimbun pangkal batang dengan tanah setebal 5 cm dan dilakukan pada waktu telah terbentuk rimpang dengan 4-5 anakan.
Pemanenan jahe umumnya dilakukan setelah umur 8-12 bulan.