Daftar isi
Metode penelitian cross sectional dikenal sebagai penelitian deskriptif karena sifatnya yang lebih observasional dibanding kausal atau hubungan. Metode ini sering kali digunakan untuk bidang studi psikologi perkembangan. Namun, metode ini juga dapat digunakan pada berbagai bidang lain, seperti medis, ilmu sosial dan pendidikan.
Kunci dari penelitian cross sectional ini adalah subjek yang didapatkan dalam satu waktu dengan kurun tertentu. Subjek tersebut biasanya memiliki karakteristik khusus, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, daerah domisili, dan sebagainya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari metode cross sectional.
Menurut Notoatmojo (2010), penelitian cross sectional diartikan sebagai suatu penelitian untuk mempelajari dinamika antara faktor-faktor risiko dengan efeknya melalui pendekatan, observasi, maupun pengumpulan data yang dilakukan satu kali pada subjek penelitian.
Berdasarkan situs LP2M Universitas Medan Area, metode cross sectional mempunyai definisi salah satu jenis penelitian observasional dengan analisis data variabel yang dikumpulkan pada satu rentang waktu tertentu di seluruh populasi sampel maupun subset yang sudah ditentukan.
Kemudian menurut situs PubMed Central, studi cross sectional adalah desain penelitian observasional yang digunakan untuk hasil dan eksposur pada peserta studi pada saat yang sama dengan subjek yang diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sesuai tujuan penelitian.
Pengertian tersebut tidak jauh berbeda dari yang disampaikan oleh Nour dan Plourde (2019) yang menyatakan bahwa penelitian cross sectional merupakan studi observational yang menilai paparan dan hasil pada satu titik waktu tertentu dalam populasi sampel tanpa adanya tindak lanjut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode cross sectional merupakan desain penelitian yang menggunakan data dari subjek pada satu waktu tertentu untuk meneliti satu atau lebih variabel secara observasional.
Penelitian ilmiah muncul karena adanya kebutuhan untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, serta kemampuan yang tepat dan dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian yang ilmiah ini tentunya tidak sekadar berisikan informasi, tetapi informasi tersebut harus berdasarkan sumber serta proses pengumpulan data yang terstandar.
Oleh sebab itulah muncul berbagai metode penelitian sehingga para peneliti memiliki panduan agar studi yang dilakukan mempunyai prosedur atau teknik yang dapat dipercaya sehingga hasil dari penelitiannya benar-benar memberikan manfaat, bukan justru mencelakakan karena informasi yang keliru.
Metode cross sectional muncul sebagai upaya untuk memberikan jawaban dari permasalahan dari fenomena yang terjadi saat ini. Dengan adanya metode cross sectional, masyarakat, akademisi, maupun pengguna hasil penelitian lainnya dapat mengetahui informasi yang akurat tanpa harus menunggu waktu yang lama.
Metode cross sectional pada umumnya dibandingkan dengan metode longitudinal. Akan tetapi, terdapat ciri-ciri khusus pada metode cross sectional yang membedakannya dengan metode penelitian lain. Berikut beberapa ciri dari metode cross sectional:
Salah satu penelitian yang dilakukan dengan metode cross sectional dilakukan oleh Aziz, Muslihatun, dan Widyastuti (2020) dengan judul Gambaran Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah Berdasarkan Paritas dan Usia Ibu saat Hamil di RSUD Wates bulan Desember 2018 yang dilakukan di Yogyakarta.
Penelitian tersebut menggunakan pendekatan cross sectional secara deskriptif sehingga diharapkan mendapat gambaran secara objektif. Subjek penelitian ini adalah bayi yang lahir di RSUD Wates 1 – 31 Desember 2018. Pengambilan data dilakukan dengan mencari rekam medis dan kelengkapan data lainnya lalu diolah dengan master tabel. Kemudian data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat.
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan bahwa kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di RSUD Wates sebesar 17,5 persen, kejadian BBLR pada ibu dengan paritas berisiko sebesar 14,5 persen dan pada ibu dengan paritas tidak berisiko sebesar 19,8 persen, serta kejadian BBLR pada ibu dengan usia saat hamil berisiko sebesar 22,9 persen dan ibu dengan usia saat hamil tidak berisiko sebesar 15,7 persen.
Demikianlah penjelasan terkait pengertian, latar belakang kemunculan ciri-ciri, serta contoh penelitian dari metode cross sectional. Kesimpulannya, metode penelitian ini umumnya digunakan dalam untuk memberikan deskripsi sebab bersifat observational pada bidang psikologi perkembangan, medis, ilmu sosial, dan pendidikan.
Metode cross sectional dapat didefinisikan sebagai desain penelitian observasional yang dilakukan untuk menganalisis dinamika pada subjek terkait hasil data dari subjek mengenai variabel tertentu dalam satu waktu sesuai tujuan yang ditetapkan peneliti.
Metode ini muncul karena adanya kebutuhan untuk mendapat informasi secara ilmiah terkait permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam satu kurun waktu tertentu. Dengan demikian, informasi tetap terbaru, tetapi juga tidak meninggalkan proses mendapatkan data yang dapat dipercaya.
Beberapa ciri dari metode ini, yaitu karakteristik sampel/populasi tetap, tidak ada manipulasi, subjek dapat berjumlah sangat banyak, sudah terdapat titik awal dan akir yang jelas, waktu dan biaya yang diperlukan relatif sedikit, serta sulit untuk menemukan hubungan sebab-akibat.
Contoh dari penggunaan metode penelitian ini ada pada studi oleh Aziz, dkk. (2020) terkait Gambaran Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah Berdasarkan Paritas dan Usia Ibu saat Hamil di RSUD Wates bulan Desember 2018 yang dilakukan dengan mengumpulkan data subjek dari 1-31 Desember 2018. Hasilnya, adalah data terkait presentase BBLR dari kondisi ibu berbeda.