Daftar isi
Gangguan pada kesehatan mata bermacam-macam, salah satunya adalah miopi. Miopi atau rabun jauh atau mata minus adalah kasus kesehatan mata yang cukup umum dan banyak dialami. Bahkan prevalensi miopi di Indonesia pada usia 21 tahun ke atas saja dilaporkan mencapai 48,1%.
Pengertian Miopi
Miopi adalah sebuah kelainan refraksi ketika cahaya yang masuk ke mata tidak dapat difokuskan dengan jelas, baik disebabkan oleh terlalu sering menatap objek terlalu dekat maupun oleh faktor genetik. Hal ini menyebabkan mata bisa melihat tajam ke arah objek berjarak dekat, namun objek berjarak jauh tampak kabur atau buram.
Ketidakmampuan mata dalam memfokuskan cahaya yang masuk ke mata dalam kasus miopi dikarenakan memanjangnya bola mata dari ukuran normal sebelumnya. Jaringan saraf yang berada di bagian belakang mata atau disebut retina seharusnya menjadi titik fokus sinar cahaya yang masuk, namun pada penderita miopi, mata tidak bekerja demikian.
Jenis-jenis Miopi
Masyarakat awam umumnya hanya mengetahui adanya miopi atau rabun jauh, hipermetropi atau rabun dekat, dan silindris (biasa dikenal juga dengan istilah astigmatisme). Namun sebenarnya, lebih jauh lagi miopi sendiri masih terbagi menjadi beberapa jenis kondisi yang kurang banyak diketahui, yakni :
1. Miopi Tinggi
Miopi tinggi adalah jenis miopi atau rabun jauh yang ditandai dengan memanjangnya ukuran bola mata. Hal ini disertai dengan gangguan refraktif yang mencapai -6,00 dioptri (D) atau lebih sehingga kondisi jenis miopi satu ini dianggap sebagai kondisi yang lebih serius karena mampu mengakibatkan kebutaan jika sudah parah.
Bila bola mata berbentuk bulat normal, maka pada miopi tinggi menjadi lebih panjang dan miopi tinggi kerap ditemukan sebagai faktor pemicu glaukoma, katarak, dan masalah robeknya retina. Untuk penderita pada fase awal miopi tinggi, penggunaan kacamata atau lensa kontak masih cukup mengatasi, namun jika sudah telanjur berkomplikasi maka operasi mata laser sanagt diperlukan.
Miopi tinggi adalah kasus gangguan mata yang lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang. 2% dari seluruh populasi di dunia mengalami jenis miopi ini dan umumnya masa kanak-kanak paling rentan mengalami dan berkembang sampai akhirnya kondisi ini stagnan ketika anak sudah pada usia dewasa muda.
2. Miopi Sederhana
Miopi sederhana juga disebut dengan istilah miopia simpleks, yakni sebuah adalah rabun jauh atau mata minus yang belum separah jenis miopi tinggi. Pada dasarnya, tanda-tanda miopi sederhana sama seperti miopi tinggi, sebab telah terjadi pemanjangan dimensi bola mata.
Selain itu, walaupun masih tahap ringan miopi sederhana juga dapat disebabkan oleh tingkat indeks lensa kristalina serta bias kornea yang tinggi lebih daripada normalnya. Penderita jenis kondisi miopi satu ini berpeluang lebih besar untuk bisa sembuh total daripada peluang penderita miopi tinggi.
Namun sebagai penanganan terbaik, penderita miopi sederhana tetap perlu diresepkan kacamata atau lensa kontak agar dapat melihat dengan baik dan lebih jelas. Sekalipun objek yang dilihat oleh mata tampak kabur, namun masalah pada mata masih teratasi.
3. Miopi Nokturnal/Malam
Miopi jenis lainnya adalah miopi nokturnal atau istilah lainnya adalah miopi malam, yakni sebuah kondisi gangguan penglihatan rabun jauh hanya pada saat berada di dalam ruangan dengan tingkat pencahayaan rendah.
Penderita umumnya remaja hingga orang dewasa muda dan akan mengalaminya setiap berada di tempat begitu gelap atau kekurangan cahaya. Gangguan refraktif ini menyebabkan penderitanya kesulitan untuk mengemudi di malam hari.
Ciri-ciri seseorang mengalami miopi nokturnal/malam adalah kebiasaan sering menyipitkan mata untuk mencoba melihat secara lebih baik, pandangan buram khususnya di malam hari, dan ketidaknyamanan dalam melihat objek apapun setiap berada di tempat berpenerangan rendah.
Selain itu, para pengendara dengan kondisi miopi nokturnal/malam ketika keluar di malam hari akan sering melihat adanya lingkaran cahaya di sekitar lampu lintas. Solusi dari masalah penglihatan ini adalah masih cukup dengan penggunaan kacamata maupun lensa kontak agar penglihatan lebih nyaman di tempat redup dan berkendara di malam hari juga lebih aman.
4. Miopi Degeneratif/Patologis
Miopi patologis kini lebih dikenal dengan istilah miopi degeneratif dan kondisi ini kini telah dialami oleh 3% orang dari seluruh populasi di dunia. Miopi jenis ini bersifat progresif atau terus berkembang yang pada akhirnya tidak jarang berakibat pada kebutaan/kehilangan penglihatan total pada penderitanya.
Miopi jenis ini paling berisiko terjadi pada orang-orang berusia 30-40 tahun ke atas meski tidak menutup kemungkinan siapa saja bisa mengalami kondisi ini. Miopia degeneratif umumnya ditandai dengan adanya penampakan garis lurus terdistorsi, titik abu-abu pada bidang penglihatan, kesulitan mengenali wajah, dan kehilangan penglihatan tengah.
Seringkali miopi degeneratif juga membuat penderitanya mengalami perubahan persepsi warna dan masalah saat membaca. Tingkat keparahan lebih lanjut dari kondisi ini mampu berakibat pada timbulnya degernasi makula.
Gejala Miopi
Miopi menimbulkan gejala-gejala umum, seperti :
- Ketegangan mata
- Pandangan buram (khususnya saat melihat objek yang berjarak jauh)
- Sering menyipitkan mata sebagai upaya melihat objek jarak jauh lebih jelas
- Kepala pusing
Pada anak, gejala atau tanda-tanda miopi yang paling dapat terlihat adalah :
- Duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau komputer
- Mata terlalu dekat dengan layar ponsel
- Sering mengucek mata
- Sering menyipitkan mata
- Sering berkedip (cenderung berkedip secara berlebihan)
Cara Penanganannya
Penanganan miopi baru ditentukan oleh dokter setelah pemeriksaan pupil mata, pemeriksaan retina dan saraf mata, pemeriksaan gerakan mata, pemeriksaan penglihatan samping, pemeriksaan tekanan bola mata, hingga pemeriksaan bagian depan bola mata. Penanganan akan diberikan sesuai tingkat keparahan kondisi penderita gejala miopi dengan opsi sebagai berikut.
- Penggunaan Kacamata atau Lensa Kontak
Penanganan paling umum untuk kasus miopi dengan gejala tahap ringan adalah pemberian resep kacamata atau lensa kontak oleh dokter. Namun walau hal ini tergolong penanganan simpel, pasien perlu merawat kacamata atau lensa kontaknya dengan baik agar tidak memicu infeksi pada mata.
- LASIK
LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) merupakan jenis operasi mata menggunakan laser yang dianjurkan dokter ketika gejala miopi pasien dianggap lebih parah. Operasi ini adalah yang paling dibutuhkan untuk perubahan dan kemajuan yang jauh lebih baik daripada sekadar mengenakan kacamata atau lensa kontak. Namun, operasi ini hanya direkomendasikan bagi pasien miopi usia 21 tahun ke atas.
- Implan Lensa Buatan
Pada kasus miopi yang lebih serius lagi, penanganan tidak cukup dengan penggunaan kacamata atau lensa kontak maupun melalui operasi LASIK. Implan lensa buatan adalah solusi yang dokter kerap ajukan kepada pasien ketika operasi laser tidak efektif, yakni jalur penanaman lensa buatan tanpa mengangkat lensa mata asli pasien.
Pertambahan usia berpeluang membuat kondisi miopi semakin buruk, terutama bila gejala awal tidak mendapatkan penanganan. Beberapa risiko komplikasi miopi juga semakin tinggi, seperti katarak, ablasi retina, glaukoma, dan masalah mata serius lainnya.