Daftar isi
Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan Indonesia tidak hanya dilakukan oleh kaum pria, namun ada juga wanita yang menjadi pahlawan Indonesia, beberapa diantaranya yaitu:
1. Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu pahlawan wanita yang terkenal di Indonesia karena gigih memperjuangkan emansipasi wanita.
Beliau lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879, dimana saat ini hari kelahirannya diperingati sebagai hari Kartini untuk menghormati segala jasanya pada bangsa Indonesia.
Beliau merupakan salah satu keturungan keluarga bangsawan dimana dapat mengenyam pendidikan sampai usia 12 tahun di Europese Lagere School dan setelah beliau dipingit di dalam rumah.
Namun hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk belajar, beliau sering menulis surat berbahasa Belanda ke teman-temannya di Belanda.
Surat-surat Kartini tersebut dikumpulkan dan kemudian dijadikan buku yang terkenal berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Kemudian pada tanggal 2 Mei 1962, beliau resmi dianugerahi gelar Pahlawan Indonesia.
2. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien merupakan salah satu Pahlawan Indonesia yang berasal dari keluarga bangsawan yang agamis dan keturunan langsung Sultan Aceh.
Beliau lahir di Lampadang, Aceh pada tahun 1848 dan mendapat gelar Pahlawan Indonesia pada tanggal 2 Mei 1964.
Kisah beliau terkenal karena keberaniannya dalam mempertahankan kebebasan rakyat Aceh dari penjajahan Belanda.
Pada tahun 1873, ketika perang Aceh dimulai, beliau memimpin pasukan Aceh hingga dikenal sebagai Ratu Jihad saat melawan Belanda.
Beliau bertarung bersama suaminya yaitu Teuku Ibrahim di garis depan, namun sayangnya suaminya harus tewas saat bertempur pada tahun 1874.
Kejadian tersebut tidak membuat beliau pantang menyerah dan tetap melanjutkan perlawanannya dengan Teuku Umar yang telah menjadi suaminya pada tahun 1880.
Namun sayangnya, Teuku Umar juga meninggal di medan perang saat berperang melawan Belanda di Meulaboh pada tahun 1899 sedangkan Cut Nyak Dien ditangkap oleh Belanda dan dibawa ke Banda Aceh.
3. Cut Nyak Meutia
Cut Nyak Meutia merupakan pahlawan wanita yang mempunyai semangat juang dan tekad yang kuat untuk mengusir penjajah.
Beliau lahir di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara pada tahun 1870 dan merupakan pahlawan nasional dari Aceh.
Pertarungan beliau melawan Belanda bersama dengan suaminya yaitu Teuku Tjiik Tunong, namun sayangnya suaminya harus ditangkap oleh pihak Belanda pada tahun 1905 dan kemudian dijatuhkan hukuman mati.
Sebelum dijatuhkan hukuman mati, suaminya telah berpesan kepada sahabatnya untuk menikah dengan beliau, sehingga akhirnya mereka menikah dan bergabung dalam pasukan pimpinan Teuku Muda Gantoe.
Namun sayangnya, suaminya kembali lagi gugur dalam peperangan pada tahun 1910 dan Cuk Nyak Meutia berserta dengan para wanita lain melarikan diri ke dalam hutan.
Kematian kedua suaminya tidak menyurutkan semangat beliau dalam melawan Belanda, sehingga mereka berusaha menyerang dan merampas pos kolonial sepanjang jalan.
Atas segala jasa-jasa beliau, pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 2 Mei 1964.
4. Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika merupakan salah satu pahlawan wanita yang memperjuangkan pendidikan terutama di kalangan perempuan.
Beliau lahir di Bandung, pada tanggal 4 Desember 1884 dan sudah memulai perjuangannya semenjak berusia 18 tahun.
Saat itu beliau mengajarkan perempuan-perempua di kotanya membaca, menulis, memasak serta menjahit.
Pada tahun 1904, beliau berhasil mendirikan Sakola Istri atau Sakola Perempuan yang kemudian berubah menjadi Sakola Keutamaan Istri dan berganti lagi menjadi Sakola Raden Dewi pada tahun 1929.
Bahkan pada tahun 1939, pemerintah Hindia Belanda memberikan beliau bintang jasa atas jasanya dalam memajukan pendidikan kaum perempuan.
Dan pada tanggal 1 Desember 1966, beliau diberikan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh pemerintah.
5. Martha Christina Tiahalu
Martha Christina Tiahalu merupakan seorang pahlawan wanita Indonesia yang berperan sebagai pemimpin pejuang wanita dalam mendampingi pria dalam misi perebutan wilayah Belanda di desa Ouw.
Beliau lahir di Maluku pada tanggal 4 Januari 1800 yang merupakan seorang putri dari Kapitan Paulus Tiahahu yang juga berperang bersama Patimura melawan Belanda.
Pasukan Martha Christina Tiahalu berhasil membunuh pimpinan perang Belanda sehingga membuat penjajah makin marah dan terus menyerang rakyat Maluku.
Akibatnya ayah dari Martha Christina ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, saat itu beliau juga berusaha untuk membebaskan sang ayah namun tertangkap oleh Belanda.
Beliau kemudian dihukum dan diasingkan ke Pulau Jawa, namun sayangnya meninggal dalam perjalanan pada tahun 1818.
Sebagai bentuk penghormatan, beliau diberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh pemerintah pada tanggal 20 Mei 1969.