Daftar isi
Meski masa kependudukan Jepang di Indonesia tidak begitu lama seperti Belanda, namun penyiksaan-penyiksaan terhadap pribumi sangat membekas. Berikut ini adalah peninggalan Jepang yang ada di Indonesia beserta dengan penjelasannya.
1. Bandara Frans Kaisiepo Biak
Bandar udara bersejarah ini berlokasi di Pulau Biak, Papua. Bandara ini dirikan pada tahun 1943 oleh Jepang. Bandara ini mempunyai landasan pacu sepanjang 3.570 meter dengan lebar 40 meter. Dengan ukuran tersebut pada masa perang dunia II, bandara ini tergolong sangat besar. Karena itu bandara ini pernah dijadikan sebagai bandar udara internasional.
Bandara ini digunakan untuk transit pesawat-pesawat dari Jakarta yang akan menuju ke Amerika Serikat dan untuk menunjang armada pesawat tempur untuk perang di samudera pasifik. Namun pada Juli 1944 bandara ini diambil alih oleh Letnan Jenderal L Eichelberger dan dijadikan pangkalan Militer Australia.
Tahun 1947 perang dunia II usai dan Jepang berakhir dengan Kekalahan, namun Belanda kembali ke Indonesia dan menguasai bandara ini. Namanya pun diubah menjadi Bandara Mokmer.
2. Selokan Mataram
Selokan Mataram terletak di sekitar kampus UGM, Sleman dan sekitarnya. Selokan mataram ini memiliki nama lain yaitu Kanal Toshiro. Pembangunan selokan ini dilakukan oleh Jepang pada tahun 1942 atas permintaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tujuan beliau adalah untuk menghindarkan rakyat dari kerja paksa romusha.
Selokan tersebut mendatangkan kemakmuran sebab digunakan sebagai pengairan untuk sawah-sawah mereka. Selokan ini mengalir sepanjang 30 km yaitu dari sungai Progo Barat sampai ke sungai Opak timur. Sawah-sawah yang ada di Yogyakarta pada saat itu gersang sehingga tidak dapat menghasilkan bahan pangan yang melimpah.
Sultan HB IX meminta kepada Jepang adalah agar mereka mendanai pembuatan sistem pengairan untuk sawah di san. Dengan begitu masyarakat bisa menyuplai makanan kepada pasukan Jepang. Dengan alasan tersebut Jepang yang terkenal kejam dan tanpa kompromi menyanggupi pembiayaan seloka tersebut.
Pembangunan selokan tersebut nyatanya berhasil menyelesaikan masalah kekurangan pangan bahkan masih digunakan hingga saat ini.
3. Goa Jepang, Bukittinggi
Goa Jepang ini berlokasi di dalam taman Panorama yang terletak di Guguk Panjang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Jaraknya cukup dekat dengan jam ikonik dari Sumatera Barat yaitu jam Gadang. Goa atau yang sering disebut lobang Jepang ini dibangun atas instruksi dari Letjen Moritake Tanabe yaitu seorang panglima dari divisi 25 angkatan darat pasukan Jepang.
Lubang yang dibangun pada tahun 1944 ini difungsikan untuk perlindungan Jepang pada masa peperangan. Konon katanya lobang ini bisa menahan bom dengan berat 500 kg. Lobang yang memiliki kedalaman 49 meter di bawah permukaan tanah ini mempekerjakan rakyat dari Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi secara paksa. Dalam proses pembangunannya, goa ini memakan korban hingga ribuan jiwa.
Goa ini terdiri dari 21 lobang yang memiliki fungsinya masing-masing. Fungsi lobang tersebut antara lain sebagai tempat penyimpanan amunisi, ruang pertemuan, pintu pelarian, ruang penjara, hingga ruang penyiksaan.
4. Bunker Jepang, Palembang
Menurut Farida Wargadalem yang merupakan seorang sejarawan, Palembang sebagai tempat pertama yang diduduki jepang memiliki banyak bunker buatan Jepang yang tersebar di seluruk Kota. Salah satu bunker tersebut B terletak di pusat perkantoran Palembang. Bunker berbentuk kotak terbuat dari semen yang dicor ini berdiri di sebidang tanah kosong.
Bunker ini memiliki tembok yang sangat tebal yang membaginya menjadi dua bagian. Bagian pertama bunker berada di atas dan memiliki bentuk persegi empat. Sedangkan bagian kedua berada di bawah tanah dengan kedalaman kurang lebih dua meter.
Bunker ini juga dilengkapi dengan terowongan bawah tanah yang sangat gelap dan lembab. Konon katanya terowongan ini menembus langsung ke sungai Musi. Namun hingga kini belum pernah ada yang membuktikan kebenarannya.