10 Peninggalan Kerajaan Gorontalo Beserta Gambarnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kerajaan Gorontalo merupakan Kerajaan yang semula bernama Kerajaan Hulontalo yang dalam bahasa Gorontalo disebut dengan Pohala’a Hulontalo. Kerajaan ini adalah kerajaan tertua yang ada di Semenanjung Utara Pulau Sulawesi dan menjadi kerajaan paling berpengaruh seantero Kawasan Teluk Tomini.

Kemudian kerajaan ini berubah menjadi kerajaan Islam pada masa pemerintahan Raja Amai. Seiring dengan pergantian corak kerajaan, penyebutan raja pun berganti menjadi Sultan. Sultan Amai memiliki gelar Ta Olongia Lopo Isilamu yang berarti raja yang mengislamkan negeri. Sultan Amai merupakan Sultan pertama dari Kerajaan Gorontalo setelah menganut agama Islam.

Kesultanan Gorontalo memiliki ibukota yang semula  berkedudukan di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga. Kemudian pada tahun 1024 H, terjadi pemindahan ibukota ke Kelurahan Tuladenggi, Kecamatan Dungingi.

Cikal bakal munculnya kerajaan ini pertama kali berasal dari sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Hulontalagi yang diperkirakan berdiri sejak tahun 1300. Kemudian, Raja Humalanggi memiliki anak bernama Ilahuud yang nantinya mempersatukan 17 kerajaan kecil yang ada di lereng gunung. Kerajaan inilah yang selanjutnya menjadi Kerajaan Gorontalo.

Kerajaan Gorontalo sebelum dan sesudah masuk Islam memiliki jejak peninggalan sejarah yang berbeda. Sebelum Islam masuk, jejak peninggalan sejarah masih terpengaruh pada penjajahan. Sementara itu, setelah Islam masuk, benda-benda peninggalan kerajaan ini mulai ada pengaruh Islamnya seperti masjid. Berikut ini, peninggalan kerajaan Gorontalo.

1. Masjid Hunto Sultan Amai

Masjid Hunto Sultan Amai, Peninggalan Kerajaan Gorontalo

Masjid Hunto Sultan Amai merupakan masjid tertua yang ada di Provinsi Gorontalo. Masjid ini dibangun oleh Pemimpin Kerajaan Gorontalo yakni Sultan Amai. Saat dirinya masuk  menjadi pemeluk Islam, Sultan Aksi kemudian membangun masjid ini pada tahun 1495 dan diberi nama Masjid Hunto Sultan Amai.

Masjid Hunto Sultan Amai berada di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Nama hunto sendiri merupakan singkatan dari Ilohuntungo yang memiliki arti basis atau pusat perkumpulan agama Islam. Memang pada saat itu, wilayah tersebut menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Gorontalo.

Masjid ini memiliki kisah sejarah yang unik. Saat Sultan Amai akan meminang putri Raja Palasa yang merupakan seorang muslim, ia diberikan syarat untuk masuk Islam terlebih dulu. Sultan Amai pun memenuhi permintaan tersebut dengan menjadi seorang mualaf. Untuk membuktikan keislamannya, ia membangun sebuah masjid. Masjid inilah yang kemudian menjadi mahar pernikahan antara Sultan Amai dengan putri dari Raja Palasa.

Setelah masjid ini selesai dibangun, masjid ternyata bukan hanya sebagai simbol pernikahan dari dua orang terpandang saja melainkan menjadi sebuah tempat yang banyak terjadi aktivitas di dalamnya. Masyarakat banyak melakukan kegiatan di masjid yang dibangun oleh Sultan Amai ini. Masjid ini bahkan menjadi basis perkembangan agama Islam yang ada di Gorontalo.

Sultan Amai sendiri bahkan kerap mengundang ulama terkemuka ke masjid tersebut. Seperti seorang Syaikh yang berasal dari Arab Saudi yang bernama Syekh Syarif Abdul Aziz. Kedatangan syekh tersebut tak lain dan tak bukan guna mengembangkan penyebaran agama Islam di Gorontalo.

Bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Gorontalo ini masuk ke dalam benda cagar budaya. Bangunan ini tentunya sudah banyak mengalami perubahan dikarenakan renovasi. Meskipun begitu, keaslian dari bangunan tetap terjaga.

Seperti ukuran bangunan utama masjid tetap 12 x 12 meter sama seperti pada pembangunan awal. Sementara itu, pada bagian depan dan samping dibangun beberapa ruangan tambahan. Pada bagian depan terdapat ruangan tambangan dengan luas sekitar 60 meter persegi. Pada bagian Utara ruang utama dibangun pula ruangan tambahan dengan ukuran 8 x 12 meter.

Selain bangunan masjid yang telah berusia lama ini, terdapat pula beberapa benda peninggalan kerajaan di masa lalu. Bahkan benda-benda tersebut ada yang sudah berumur 600 tahun. Di antara benda-benda tersebut adalah mimbar untuk tempat khutbah, tiang-tiang ruang utama masjid, bedug yang terbuat dari kayu randu, Al-Quran dengan tulisan tangan langsung, buku Me’raji yang menggunakan tulisan tangan dan berbahasa Gorontalo.

Namun buku tersebut bertuliskan huruf Arab Melayu. Selain itu, terdapat pula ornamen kaligrafi tulisan Arab seperti peninggalan-peninggalan kerajaan Islam lainnya. Selain terdapat benda-benda kuno, di masjid tersebut juga terdapat sebuah sumur tua.

Sumur tua tersebutlah berada di sebelah kiri masjid. Keberadaan sumur tua ini sangat membantu warga sekitar. Sumur tersebut menjadi salah satu sumber untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat baik untuk kebutuhan beribadah ataupun kebutuhan lainnya. Sumur tua ini dibangun bersamaan dengan dibangunnya masjid tersebut.

Sumur tua terbuat dari batu kapur yang kemudian direkatkan dengan putih telor dari burung maleo. Sumur tua ini memiliki diameter sekitar satu meter dengan kedalaman sekitar tujuh meter. Selain sumur tua, di sekitar masjid juga terdapat makam Sultan Amai, pendiri dari masjid Hunto Sultan Amai.

2. Benteng Otanaha

Benteng Otanaha, Peninggalan Kerajaan Gorontalo

Benteng Otanaha berada di Desa Dembe, Kecamatan Kota Barat, Gorontalo. Benteng Otanaha dibangun pada tahun 1522. Benteng ini terdiri atas 3 buah bangunan yang berada di atas bukit yang berbeda namun tempatnya masih berdekatan.

Benteng ini memiliki empat tempat persinggahan dan 348 anak tangga untuk bisa mencapai puncak bukit. Jumlah anak tangga di setiap persinggahannya tidak sama. Dari dasar menuju tempat persinggahan pertama terdapat 53 buah anak tangga sementara menuju persinggahan kedua terdapat 83 anak dan persinggahan ketiga terdapat 53 anak tangga.

Terakhir pada persinggahan keempat terdapat 89 anak tangga. Sementara itu, untuk mencapai area benteng, kita perlu menapaki anak tangga sebanyak 71 anak tangga. Jadi, total anak tangga yang harus ditempuh adalah 348.

Benteng Otanaha merupakan bangunan bekas peninggalan penjajahan Portugis yang telah ada sejak abad ke-15. Benteng ini kerap digunakan oleh Raja Gorontalo sebagai tempat perlindungan dan pertahanan.

Benteng Otanaha memiliki keunikan tersendiri yakni dari material yang digunakan pada bangunan. Material yang dipakai untuk membangun benteng adalah campuran dari pasir, plester dan putih telor burung Maleo.

Selain ada benteng Otanaha, terdapat pula Benteng Otahiya dan Benteng Ulupahu. Benteng Otanaha berada di bagian Utara bukit yang paling tinggi dan berhadapan langsung dengan Danau Limboto. Danau Limboto kerap disebut dengan Bulalo Limboto yang merupakan pusat kegiatan masyarakat Gorontalo.

Sementara itu, Benteng Ulupahu merupakan benteng terbesar di antara benteng lainnya dan berada di bukit bagian tenggara. Terakhir, benteng Otahiya merupakan benteng terendah yang berada di bukit bagian timur. Jika ditarik secara garis, ketiga benteng ini akan membentuk garis segitiga.

Ketiga benteng tersebut terbuat dari batu andesit dan juga karang. Benteng Otanaha memiliki dinding luar dengan tinggi yang mencapai 3 meter dan terdapat tembok pembatas dengan tinggi 1,5 meter. Adapun ketebalan dinding sekitar 140 cm.

Pada bagian benteng terdapat 7 lubang perantara yang mengitari benteng. Benteng Otanaha memiliki bentuk oval dengan bentuk gerbang yang melengkung pada bagian utaranya dan berukuran tinggi sekitar 2 meter.

Benteng Otanaha didirikan untuk keperluan pertahanan. Benteng ini dibangun oleh seorang Raja Ilato pada tahun 1522 Masehi. Dahulu Raja Ilato memiliki 3  orang anak, 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki yang bernama Ndoba, Naha, dan Tiliaya. Salah satu anaknya yakni Naha, saat beranjak remaja ia pergi untuk merantau ke negeri seberang.

Sementara itu, kedua saudara perempuannya memilih menetap di kerajaan. Kemudian, pada tahun 1586, Naha berniat kembali ke Gorontalo dan  berniat mempersunting salah seorang gadis bernama Ohiyahiya. Singkatnya, mereka dikaruniai dua orang anak yang bernama Paha dan Limonu.

Suatu saat terjadi sebuah peperangan dengan seorang pemimpin transmigran yang bernama Hemuto. Pada peperangan tersebut ayah beserta saudaranya yakni Paha tewas karena peperangan. Oleh karena itu, Limonu tidak terima atas kematian ayah serta suadaranya dan meminta balas atas kematian keduanya.

Untuk mengenang perjuangan keduanya saat melawan Hemuto, maka dibuatlah ketiga benteng tersebut yakni Benteng Ulupahu, Benteng Otahiya dan Benteng Otanaha. Pada perkembangannya, benteng tersebut kemudian lebih dikenal dengan sebutan Benteng Otanaha.

3. Batu Pallantikan

Batu Pallantikan, Peninggalan Kerajaan Gorontalo

Batu Pallantikan raja terlteka di sebelah tenggara kompleks makam Tamalate. Batu tetdrbut merupakan batu alami tanpa pembentukan tang teridir dari satu buah batu andesit dan diapit oleh 2 batu kapur. Batu andesit dijadikan sebagai pusat pemujaan yang disakralkan hingga detik ini. Biasanya warga meletakkan sesajian di atas batu. Mereka meyakini bahwa batu terdebut merupakan batu dewa kahyangan yang bertuah.

4. Sumur Pendeta

Sumur ini terletak di sebelah timur Batu Tumanurung. Dulunya, sumur itu hanya digunakan oleh para pendeta saja. Sumur tersebut msdhpakan bangunan berukuran 4 x 4 meter serta terbuat dari batu bata dan tersusun rapi tanpa spesi.

5. Kompleks Makam Katangka

Kompleks makam katangka, peninggalan Kerajaan Gorontalo

Kompleks makam ini berada di sebelah utara bukit Tamalate. Pada kompleks tersebut ada sebuah bangunan makam kubau dan jirat biasa. Umumnya jirat dan nisan terbuat dari ukiran kayu yang dihias dengan motuf flora dan memakai warna mencolok seperti merah dan kuning keemasan.

Pada bagiaj kepala serta kako jirat ada seperti gunungan yang dihias dengan kaligrafi dari ayat-ayat Al-Quran. Sementara itu, kubah makam memiliki ukuran yang jauh lebih besar. Di mana di dalam kubah terdapat seju lah makam yang diduga masih satu kerabat dekat.

6. Masjid Ketangka

masjid katangka, peninggalan kerajaan gorontalo

Masjid ketangka didirikan pada tahun 1605 masehi. Masjid sudah beberapa kali dilakukan pemugaran oleh beberapa sultan. Pada bagian masjid terdapat tembok teval dengan ukuran lebih dari 9p cm yang dihias dengan sulur-suluran. Pada ruang tengah ada 4 tiang soko guru dan mimbar yang dipasang permanen serta diplester. Pada bagian pintu masuk dan mihrab ada tulisan Arab dalam bahasa Makasar.

7. Makam Syekh Yusuf

Makam Syekh Yusuf, Peninggalan Kerajaan Gorontalo

Makam ini berada di dataram rendah Lakiung di sebelah barat Mesjid Katangka. Di dalam kompleks makam terdapat 4 cungkup dan makam biasa. Makam syekh yusuf sendiri terdapat cungkup terbesar dengan bentuk bujur sangkar.

Makam Syekh Yusuf memiliki dua nisan khas Makasar yang terbuat dari batu alam dengan permukaan yang mengkilat. Permukaan yang mengkilat disebabkan para peziarah yang kerpa menyiramkan dengan minyak kelapa atau sejenisnya. Sampai sekarang makam tersebut ramai pengunjung.

8. Benteng Tallo

Benteng Tallo, Peninggalan Kerajaan Gorontalo

Benteng tallo berada di muara sungai Tallo. Benteng ini terbuat dari batu bata, batu padas/batu pasir, dan batu kurang. Benteng ini sempat dihancurkan karena perjanjian Bongaya. Keadaan benteng sekarang tinggal sisa benteng yang berserakan. Bsbedapa bekas fondasi dimanfaatkan oleh penduduk untuk keperluan darurat.

8. Beteng Panakukang

Benteng ini berada di tebing selatan sebuah anak sungai yang bermuara pada sungai  Eru. Fungsi benteng ini sebagai kubu pertahanan kerajaan yang terdepan. Dulunya, susunan tembok benteng menghubungkan dengan benteng somba opu.

9. Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu, Peninggalan Kerajaan Gorontalo

Benteng somba opu berasa di muara sungai Jene Berang. Namun, secara administratif benteng ini ada di Maccini, Sombala Kampung Sanrobone, Desa Bontoala, Pallangga, Gowa. Benteng ini memiliki denah persegi emapat dengan salah satu panjang berukuran kurang lebih 2 km.

Benteng Somba Opu merupakan benteng induk yang memiliki fungsi sebagai pusat pertahanan utama dan pusat pemerintahan. Benteng Somva Opu memiliki tinggi tembok sekitar 7-8 meter dengan ketebalan dinding rata-rata 12 kaki atau 300 cm.

10. Benteng Ujungpandang

Benteng Ujungpandang, Peninggalan Kerajaan Gorontalo

Benteng Ujungpandang berada di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Madya Ujungpandang. Luas keseluruhan bangunan ini adalah 21.252 meter persegi dengan terdiri 15 bangunan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545.

Semula, benteng ini terbuat dari tanah liat dengan model yang mirip dengan benteng-benteng Eropa. Bentuk dasar  bangunan ini  segi empat dan melahirkan benteng yang mirip dengan penyu. Bentuk penyu ini memiliki hubungan dengan simbolisme kekuatan etnis makasar yang jaya di laut dan darat seperti seorang penyu.

Benteng ini memiliki fungsi sebagai benteng pengawal benteng induk Somba Opu. Kemudian benteng ini berganti nama menjadi Fort Rotterdam yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan kompeni.

fbWhatsappTwitterLinkedIn