Sejarah

15 Peninggalan Kerajaan Hindu yang Masih Terjaga Hingga Saat Ini

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Hindu merupakan salah satu agama besar pada zaman kerajaan. Agama ini kerap disandingkan dengan agama Buddha. Namun, keduanya jelas memiliki perbedaan. Salah satu perbedaan yang terlihat yakni pada peninggalan kerajaannya.

Peninggalan kerajaan baik Hindu ataupun Buddha biasanya meliputi candi, prasasti, kitab dan situs-situs bersejarah. Peninggalan kerajaan Hindu memiliki ciri khas pada bangunan-bangunannya. Seperti pada bagian pintu masuk candi biasanya pada candi bercorak Hindu, terdapat kepala kala yang dilengkapi dengan rahang pada bagian bawah.

Di Indonesia terdapat banyak candi-candi yang bercorak Hindu. Selain candi, adapula peninggalan kerajaan Hindu lainnya seperti prasasti dan kitab. Berikut ini sejumlah peninggalan kerajaan Hindu di Indonesia.

1. Candi Prambanan

Candi Prambanan berada di sekitar 17 km ke arah timur dari Yogyakarta. Candi ini berada di desa Prambanan atau berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kompleks candi dinamakan pula dengan Candi Roro Jonggrang yang dibangun saat abad ke-10.

Pembangunan candi Prambanan dilakukan pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Pembangunan candi dimaksudkan sebagai wujud kejayaan Hindu di tanah jawa pada saat itu. Kompleks candi Prambanan memiliki tiga buah candi yang menghadap ke arah timur. Candi tersebut berada di halaman utama yakni Candi Wisnu, Candi Siwa dan Candi Brahma.

Ketiga candi ini melambangkan trimurti dalam agama Hindu. Di mana masing-masing candi memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke sebelah barat. Seperti Nindi untuk candi Siwa, Garuda untuk candi Wisnu, dan Angsa untuk candi Brahma.

Candi Prambanan memiliki nama asli Siwagrha. Kata Siwagrha berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti rumah Siwa. Tak heran jika pada candi ini digunakan untuk keberadaan trimurti yakni Brahmana, Wisnu dan Siwa. Pada Candi Prambanan terdapat arca Siwa Mahadewa yang memiliki tinggi sekitar tiga meter di bagian ruang utama atau garbagriha.

Candi utama pada candi Prambanan memiliki ukuran sekitar 47 meter berada di antara deretan candi-candi kecil lainnya. Candi Prambanan diperkirakan telah ada sejak tahun 850 Masehi jika dilihat dari Prasasti Siwagrha.

Kemudian candi ini berkembang pada masa kerajaan Medang Mataram saat Balitung Maha Sambu memerintah. Candi Prambanan menjadi salah satu terindah di Asia Tenggara. Selain itu, candi ini ditetapkan sebagai situs warisan dunia bersamaan dengan candi Borobudur oleh UNESCO.

2. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo berada di Puncak Ungaran, Desa candi, Kecamatan Somawono, Semarang, Jawa Tengah. Candi ini memiliki beberapa unsur kemiripan dengan candi-candi yang ada di Dieng. Di mana keduanya dianggap sebagai candi tertua yang ada di Jawa Tengah. Belum dapat dipastikan siapa yang membangun candi ini.

Begitupula dengan kapan candi ini dibangun sebab belum ditemukan bukti penunjang yang mendukung keberadaan candi ini. Namun, seperti namanya candi ini memiliki 9 buah candi. Kesembilan buah candi ini berderet dari bawah ke atas dan dihubungkan dengan jalan setapak.

3. Candi Dieng

Candi Dieng merupakan candi yang berada di kaki Pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Kawasan candi ini berada di dataran dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Candi Dien memiliki corak Hindu beraliran Siwa. Candi ini diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-8 hingga awal abad ke- 9 dan termasuk candi tertua yang ada di Jawa.

Meskipun belum dipastikan secara pasti mengenai sejarah candi Dieng, namun para ahli sejarah memperkirakan bahwa candi ini dibangun atas perintah raja dari dinasti Sanjaya. Pada kawasan candi Dieng, terdapat prasasti yang berangka tahun 808 Masehi dan ditulis menggunakan huruf jawa kuno. Selain itu, ditemukan pula arca Siwa yang saat ini disimpan di museum Nasional Jakarta.

Pembangunan candi Dieng diperkirakan dilakukan dengan dua tahap. Di mana pada tahap pertama berlangsung antara akhir abad ke-7 sampai seperempat abad ke-8. Pembangunan pada tahap pertama meliputi candi Arjuna, Semar, Srikandi dan Gatut Kaca.

Sedangkan pada tahap kedua merupakan kelanjutan dari pembangunan pertama yang dilakukan pada tahun 780 Masehi. Candi Dieng memiliki luas sekitar 1.8 x 0.8 kmĀ². Di mana candi yang ada di kawasan candi Dieng terbagi ke dalam 3 kelompok dan terdapat satu candi yang berdiri sendiri dengan nama salah satu tokoh pewayangan yang diambil dari kitab Mahabarata.

Ketiga komplek candi ini adalah kelompok Arjuna, Gatut Kaca dan Dwarawati. Sedangkan candi yang berdiri sendiri adalah candi Bima.

4. Candi Asu Sengi

Candi asu sengi merupakan candi Hindu yang berada di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Candi ada di lereng gunung Merapi bagian barat atau berada di sekitar sungai tlingsing Pabelan. Nama candi asu wengi diambil karena saat penemuan terdapat arca lembu nandi yang dalam keadaan rusak.

Meskipun begitu, arca tersebut masih bisa dikenali dan berbentuk menyerupai anjing. Maka dari itu candi ini dinamakan candi asu sengi karena dalam bahasa Jawa anjing dinamakan dengan asu. Candi asu sengi memiliki pemandangan yang menakjubkan dan kerap dijadikan sebagai tempat upacara adat masyarakat sekitar.

5. Candi Klero

Candi klero merupakan salah satu candi Hindu yang berada di Ngentak Lor, Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Candi berukurang lebih kecil dibandingkan candi lain sehingga para pengunjung tidak mudah lelah saat mengunjunginya.

Letak candi ini sangat strategis karena ada di Jalan Raya Salatiga Solo yang tidak jauh dari Pasar Tengarang. Meskipun lokasi yang strategis, candi ini jarang dikunjungi. Candi klero masih terjaga dan terawat dengan baik.

6. Candi Umbul

Candi umbul merupakan candi bercorak Hindu peninggalan Kerajaan Mataram saat Dinasti Syailendra. Candi ini ada di Dusun Candi Umbul, Desa Kartohajo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Asal usul nama candi ini berasal dari kata umbul dalam bahasa Jawa.

Penamaan ini dikarenakan sumber air yang keluar dari dasar kolam selalu menyembul berupa gelumbung yang biasa disebut dengan mumbul atau naik dalam bahasa Jawa. Pemandangan candi begitu sejuk dengan sawah yang indah.

Terdapat pula dua kolam yang berbentuk besar dan kecil yang digunakan sebagai tempat berendam oleh para pengunjung. Kolam ini terbagi menjadi dua tempat yang di mana pada kolam pertama merupakan kolam air panas yang mengandung belerang dan berada di bagian atas. Sementara itu, kolam kedua berisi air dingin.

Di sekitar tepian kolam terdapat sejumlah bagian situs yang berjejer dan menggambarkan relief flora, fauna dan stupa pada bagian puncak. Di setiap sudut dasar kolam terdapat umpak atau fondasi yang menjadi tiang penyangga atap pelindung. Sementara itu, batuan lain yang berbentuk lingga datar menjadi alas duduk untuk melakukan semedi oleh para ksatria.

7. Candi Pringapus

Candi Pringapus berada di Temanggung, Jawa Tengah. Saat ini keadaan candi ini masih terawat sehingga candi Pringapus dijadikan destinasi wisata. Banyak pengunjung yang mengabadikan momen di sana sebagai objek wisata.

Di waktu tertentu, para pengunjung dapat melihat keindahan candi bercorak Hindu ini. Selain menjadi objek wisata, biasanya candi ini digunakan untuk kepentingan upacara adat masyarakat setempat. Pada tahun 1930, candi pringapus pernah dilakukan pemugaran.

Jika dilihat dari bentuknya, candi ini berasitektur Hindu Syiwa. Hal ini menandakan bahwa Candi ini dibangun untuk memuja Dewa Syiwa dan merupakan miniatur dari tempat tinggal para Dewata yakni Mahameru. Hal ini dapat dilihat dari adanya arca Lembu Nandini yang merupakan kendaraan dari Syiwa serta relief hapsara-hapsari.

Candi ini dibangun dengan menggunakan batu andesit dan luas sekitar 29,68m. Candi ini dihubungkan dengan salah satu prasasti yakni prasasti Argapura. Pintu candi dihiasi oleh kalamakara di atas ambangnya. Tangga yang dibuat untuk mencapai pintu dibuat tanpa pipi tangga. Adapun atap candi berbentuk kotak bersusun tiga yang dimana makin ke atas akan semakin mengerucut.

8. Candi Jago

Candi jago berada di Jalan Wisnu Wardhana, Ronggowuni, Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Menurut kitab Negarakertagama, candi ini memiliki nama asli Jajaghu. Jajaghu sendiri memiliki arti kagungan. Hal ini sama dengan tujuan utama pembangunan candi ini yakni untuk menghormati Raja Sri Jaya Wisnu Wardhana yang merupakan penganut agama Syiwa Buddha.

Raja Sri Jaya Wisnu Wardhana merupakan raja Singasari. Aliran Syiwa Buddha merupakan aliran perpaduan antara ajaran Hindu dan Buddha. Candi Jago dibangun dengan menggunakan batuan andesit. Di dalam candi ini terdapat relief Kunjarakarna dan Pancatantra.

9. Candi Ngempon

Candi ngempon merupakan salah satu peninggalan kerajaan Hindu. Candi ini kerap disebut dengan candi muncul. Menurut cerita dulu, candi ngempon digunakan sebagai tempat penggemblengan untuk melatih orang-orang yang akan menjadi para empu. Di sekitar candi ngempon terdapat pemamdian air panas pentirtaan derekan. Meksipun menjadi salah satu tempat yang disakralkan, saat ini candi ini sepi pengunjung.

10. Candi Arca Gupolo

Candi Arca Gupolo merupakan situs peninggalan dengan corak Hindu yang terdiri dari kumpulan arca sebanyak 7 buah. Nama candi ini diberikan oleh penduduk sekitar kepada patung agasta yang merupakan salah satu arca pada situs candi Arca Gupolo. Di dalam candi ini terdapat mata air jernih yang tidak pernah kering meskipun musim kemarau yang panjang.

11. Candi Sukuh

Candi Sukuh berada di daerah Tambak, Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini memiliki bentuk seperti Piramida. Pada candi ini memiliki relief dan arca yang menggambarkan alat kelamin manusia secara eksplisit. Arsitektur pada candi ini berbeda dengan candi Hindu lainnya.

Arsitekturnya menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Sesuai dengan ketentuan seharusnya sebuah candi dibangun dengan denah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci berada di tengah. Penyimpangan ini terjadi dikarenakan pada saat dibangunnya candi ini pengaruh Hindu di Jawa memudar.

Memudarnya pengaruh Hindu di Jawa, menghidupkan kembali unsur budaya dari zaman megalitikum. Pengaruh dari zaman megalitikum, dapat dilihat dari bentuk bangunan yang berundak. Candi Sukuh pernah diajukan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1995.

12. Prasasti Kutai

Prasasti kutai merupakan salah satu peninggalan kerajaan Hindu. Prasasti adalah sebuah dokumen yang berisi informasi penting yang dituliskan dalam sebuah batu ataupun logam. Prasasti Kutai atau prasasti Mulawarman merupakan peninggalan dari Kerajaan Hindu tertua di Indonesia yakni Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Pertama kali prasasti ini ditemukan di Sungai Mahakam yang saat itu masih termasuk ke dalam wilayah kerajaan Kutai.

Prasasti Kutai berisikan tentang Raja Mulawarman yang memberikan banyak sapi kepada para kaum Brahmana. Di dalam prasasti ini dikatakan bahwa Raja Mulawarman merupakan anak dari Aswawarman dan cucu dari Kudungga. Adapun bahasa yang dipakai dalam prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

13. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun merupakan salah satu peninggalan bercorak Hindu. Prasasti Ciaruteun ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, dekat muara Sungai Cisadane, Bogor Jawa Barat. Prasasti ini dipercaya merupakan peninggalan dari kerajaan Tarumanegara. Adapun bahasa yang digunakan ialah bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.

14. Kitab Hariwangsa

Kitab Hariwangsa adalah sebuah karya yang berangka tahun 1135 hingga 1157 Masehi. Kitab peninggalan kerajaan Kediri ini ditulis oleh MPU Panuluh. Adapun isi dari kita ini ialah menceritakan prabu Kresna yang merupakan titisan Batara Wisnu yang mempersunting Dewi Rukmini dari Negeri Kundina yang merupakan titisan dari Dewi Sri.

15. Kitab Bharatayuda

Kitab Bharatayuda merupakan karya seni yang dibuat oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Kitab ini ditulis pada masa pemerintahan Kerajaan Kediri. Kitab Bharatayuda berangka tahun 1079 saka dan selesai ditulis tahun 6 November 1157 Masehi. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang menceritakan kemenangan Pandawa atas Kurawa di Padang Kuruserta atau yang lebih dikenal dengan perang Bharatayuda.

Bentuk candi Hindu biasanya jauh lebih ramping dibandingkan candi-candi bercorak Buddha. Pada umumnya, candi Hindu biasanya berdiri secara kelompok atau berkompleks yang di mana di dalam areanya terdapat beberapa candi. Dalam candi Hindu biasanya terdapat arca Dewi Trimurti. Di mana bagian puncak candi biasanya berbentuk Ratna.

Candi Hindu memiliki tiga buah struktur bangunan yang terdiri dari Bhurloka, Bhuvarloka dan Svarloka. Candi Hindu biasanya memiliki fungsi sebagai tempat pemakaman raja-raja dan tempat pengembangan dewa yang ada di dalam kepercayaan agama Hindu.