Daftar isi
Selama ini Korea Selatan terkenal dengan keberadaan boyband Korea dan Drama Korea. Namun siapa sangka, negeri gingseng ini ternyata menyimpan banyak situs sejarah dari kerajaan masa lalu. Salah satunya dari Kerajaan Joseon.
Kerajaan joseon merupakan dinasti yang memerintah dari tahun 1397-1897 setelah keruntuhan dinasti Goryeo. Dinasti ini meninggalkan beberapa peninggalan sejarah yang beberapa di antaranya termasuk ke dalam situs warisan budaya UNESCO. Berikut ini beberapa peninggalan Kerajaan Joseon.
1. Makam Kerajaan Dinasti Joseon
Peninggalan kerajaan yang pertama adalah makam raja dan ratu dinasti Joseon yang sudah ada selama 500 tahun lamanya. Adapun jumlah makam raja dah ratu yang ada di kompleks makam ini berjumlah 40 unit.
Menariknya makan-makam peninggalan kerajaan Joseon ini didaftarkan menjadi situs warisan dunia UNESCO kecuali dua makam yang letaknya ada di Korea Utara. Makam Kerajaan Joseon dibuat sesuai dengan paham konfusianisme dan Feng shui.
Menurut Feng shui, makan harus berada di wilayah yang tepat dengan prinsip Baesanimsu yakni di bagian depan terdapat sungai dan di bagian belakang terdapat gunung. Lokasi makam ini dikelilingi oleh gunung-gunung agar terpisah dari wilayah yang berada di sekitarnya.
Setelah mendapatkan tempat yang ideal maka makam pun akan diatur sesuai dengan tata cara konfusianisme. Sebagian besar makam Kerajaan ini berada di sekitar ibu kota Hanyang agar para raja dapat mudah berkunjung ke sana.
Makam Kerajaan Joseon terdiri dari tiga bagian yakni :
- Ruang masuk yang berarti ruang dunia fana atau ruang pemeliharaan makam
- Kolam dan jembatan Geumcheongyo, ruang bagi orang yang masih hidup sebagai tempat upacara pemujaan (di mana terdapat gerbang Hongsalmun, paviliun, kamar persiapan sesajen)
- Ruang sakral bagi orang yang meninggal yang terdiri dari paviliun untuk monumen prasasti, tempat tidur raja dan ratu di dalam makam.
2. Benteng Namhansanseong
Benteng Namhansanseong yang berada di pegunungan dengan tinggi 480 meter. Benteng yang berada di wilayah kota Seoul ini memiliki barisan-barisan pertahanan dalam bentuk kuil.
Benteng ini dibangun untuk melindungi Sila dari Tang China. Kemudian benteng ini diberi nama Iljangseong. Benteng ini kemudian diperbaiki dan dijadikan pos terdepan Gwangju, ibu kota terdekat oleh Raja Goryeo.
Kebanyakan benteng yang ada di Korea Selatan memiliki tanggal yang masih satu zaman dengan Joseon. Pembangunan benteng direncanakan pada awal tahun 1624 saat Manchu mengancam Ming China. Kemudian Manchu menginvasi dan raja Injo melarikan diri bersama para pejabat kerajaan serta 13.800 tentara ke Namhansanseong pada tahun 1636.
Di sinilah mereka berusaha untuk mempertahankan diri dan raja mendapatkan perlindungan dari 3000 orang biarawan petarung. Sayangnya Manchu tidak dapat mengambil alih benteng dikarenakan badai. Setelah 45 hari pengepungan di mana stok makanan mulai habis raja terpaksa menyerah dan memberikan anak-anaknya sebagai sandera.
Untuk menandai kejadian ini, didirikanlah monumen Samjeondo yang berada di jalan bagian selatan dari Seoul ke Namhansanseong. Setelah pasukan Manchu ditarik, Namhanseong dibiarkan tak terawat bahkan hingga pemerintahan raja Sukjong.
Baru pada pemerintahan ini terjadi perluasan benteng dengan menambah Pongamseong di bagian timur laut area benteng. Pada tahun 1693, terjadi penambahan ruangan lainnya yakni Hanbongsong yang dibangun sepanjang punggung bukit di bagian timur benteng.
3. Benteng Hwaseong
Peninggalan dinasti Joseon selanjutnya adalah Benteng Hwaseong yang berada di Suwon, Gyeonggi-do. Benteng ini dibangun pada tahun 1796 saat pemerintahan raja ke-22, Joseon yakni Raja Jeongjo. Benteng ini dibangun dalam rangka menjadi Suwon sebagai ibu kota kedua kerajaan dan sebagai bentuk pengabdian kepada sang ayah.
Ia juga melakukan pemindahan makam ayahnya dan beberapa banyak sumber daya negara. Benteng ini sengaja dibangun dengan gaya baru yang berbeda dari pembangunan benteng di Korea lainnya. Metode kontruksi yang dipakai mencakup kekuatan elemen asia dan barat.
Benteng ini juga dibangun secara harmonis dengan alam sekitarnya dengan menggunakan keunggulan geologis secara bijaksana guna pertahanan strategis. Benteng ini menjadi simbol kecerdikan dan kemajuan teknologi pada masa itu.
Benteng ini memiliki tata letak yang indah dan dilengkapi dengan fasilitas pertahanan yang dinamis. Oleh karena itu, pada tahun 1997, benteng ini didaftarkan menjadi warisan budaya dunia UNESCO. Benteng Hwaseong memiliki empat gerbang utama dengan gerbang Paldalmun di bagian selatannya.
Gerbang ini ditetapkan menjadi harta Karun No. 402 karena mempertahankan struktur aslinya sejak pertama kali dibangun. Gerbang ini dapat dikatakan unik karena terpisah dari dinding benteng. Gerbang ini dikelilingi oleh ongseong yang memiliki bentuk bulan sabit untuk mencegah penyerangan musuh secara langsung.
Selain itu, terdapat pula menara pengawal barat laut benteng Hwaseong. Sama seperti gerbang Paldalmun, menara ini juga ditetapkan sebagai harta Karun No. 1710. Menara ini terbuat dari batu bata dan memiliki fungsi sebagai titik jaga utama untuk bertahan melawan serangan dari arah Hwaseomun.
Dinding menara ini memiliki slot panah yang tidak ditemukan di tempat lain di Korea. Keberadaan slot panah ini berfungsi untuk memberi prajurit semacam perisai bawaan saat mereka menembakkan senjata api dan meriamnya lewat lubang.
Terdapat pula paviliun banghwasuryujeong yang letaknya ada di atas kolam Yongyeon. Paviliun ini memiliki fungsi sebagai posisi militer strategis. Selain itu keberadaan paviliun ini menawarkan pemandangan yang luar biasa.
Arsitektur paviliun tergolong unik karena struktur dua lantainya dibangun dengan campuran batu, kayu serta batu bata. Di bagian barat Hwaseong terdapat gerbang Hwaseomun yang memiliki fungsi sebagai rute utama yang menghubungkan pusat Suwon dengan teluk Namhangman dan pantai barat.
Gerbang ini juga ditetapkan sebagai harta Karun No 403. Gerbang Hwaseomun dikelilingi oleh dinding ongseong. Bentuk gerbang ini sedikit berbeda dengan gerbang Paldalmun karena gerbang ini terbuka di satu sisinya.
4. Bulguksa
Bulguksa atau kuil bulguk merupakan kuil Budha utama dari sekte Jogye. Bulguksa berada di Gyeongju, Provinsi Gyeongsang Selatan, Korea Selatan. Pada tahun 1995, kuil ditetapkan sebagai bagian dari situs warisan dunia UNESCO bersamaan dengan Seokguram tempat ziarah di Gunung Toham.
Kuil ini didirikan pada tahun 751, saat masa pemerintahan Gyeongdeok. Pembangunan awalnya dirancang sendiri oleh perdana menteri Kim Daeseong. Pada tahun 774 pembangunan kuil baru selesai setelah kematian Kim. Kuil ini kemudian dinamakan Bulguksa.
Kuil ini dilakukan renovasi oleh Zaman Goryeo dan Dinasti Joseon. Namun pada tahun 1592-1598, kuil ini dihancurkan karena adanya invasi jepang saat itu. Pada tahun 1604, rekontruksi dilakukan sebanyak 40 kali dan baru selesai pada tahun 1805.
Renovasi juga beberapa dilakukan saat zaman penjajahan jepang namun hal ini menyebabkan beberapa buah harta kuil hilang. Pada tahun 1966, dilakukan restorasi setelah perang dunia kedua dan perang Korea terjadi.
Pada tahun 1969 dan 1973, upaya restorasi dimulai oleh Presiden Park Chung Hee dengan mengadakan perbaikan besar-besaran hingga strukturnya seperti sekarang ini. Pada bagian pagoda batu dikembalikan strukturnya seperti semula.
Kuil bulguk merupakan kuil utama distrik ke-11 dari sekte Jogye yang berada di kaki gunung Toham. Untuk memasukinya, harus melalui sebuah Gerbang bernama sokgyemun. Selain terdapat Gerbang sokgyemun, pada bagian pintu masuk terdapat tangga batu menuju ke kuil.
Keduanya memiliki bentuk yang unik sehingga termasuk ke dalam harta nasional nomor 23. Tangga bawah dinamakan dengan jembatan awan biru atau Cheong-Ungyo yang memiliki 17 buah pijakan dengan panjang 6,3 meter.
Sementara itu, jembatan atas dinamakan dengan jembatan awan putih atau Baek-ungyo memiliki 16 buah pijakan dan panjang 6,3 meter. Pijakan kedua pada jembatan ini berjumlah 33 yang di mana melambangkan 33 tahap pencerahan dalam agama Budha.
Terdapat dua buah pagoda yang bernama seokgatap dan dabotap di dalam Bulguksa. Seokgatap memiliki 3 tingkap dengan tinggi yang mencapai 8,2 meter. Seokgatap ini diberi nama pagoda Sakyamuni. Seokgatap memiliki bentuk yang sederhana karena tidak terdapat banyak ukiran.
Pagoda jenis ini termasuk ke dalam jenis pagoda umum yang dimiliki oleh kuil-kuil Buddha di Korea. Berbeda halnya dengan pagoda dabotab. Pagoda dabotap termasuk pagoda yang langka karena hanya dimiliki oleh bulguksa dan satu-satunya pagoda yang ada di Korea.
Dabotab jauh lebih tinggi dari seokgatap yakni memiliki ketinggian 10,4 meter. Dabotap dan seokgatap termasuk ke dalam harta nasional nomor 20 dan 21.
5. Gyeongbokgung Palace
Gyeongbokgung Palace adalah istana yang pertama kali dibangun pada tahun 1394. Istana ini menjadi istana utama dan paling luas yang dibangun oleh dinasti Joseon. Istana ini memiliki 330 bangunan dan 5.792 ruangan sehingga dapat dibayangkan betapa luasnya Isyana ini.
Namun dikarenakan kependudukan jepang saat itu, sebagian besar bangunan ini dihancurkan. Kemudian pemerintah Korea baru membangun kembali bangunan yang hancur pada tahun 1989.
6. Gyeonghuigung Palace
Gyeonghuigung Palace merupakan istana kerajaan yang berada di Seoul bagian bawah. Pada masa akhir pemerintahan dinasti Joseon, istana ini dijadikan sebagai istana sekunder. Biasanya istana ini akan digunakan saat kondisi darurat sebagai tempat pengungsian oleh raja.
Istana Gyeonghuigung Palace memiliki arsitektur tradisional yang indah dan dibangun di antara pegunungan yang miring. Sama seperti bangunan bersejarah lainnya saat masa pendudukan jepang istana ini juga dihancurkan. Baru pada tahun 1990-an istana ini dibangun kembali oleh pemerintah Korea.
Selama puluhan tahun istana ini dibiarkan dan pemerintahanya bisa merekonstruksi bangunan sekitar 33% dari bangunan asli karena pertumbuhan kota yang pesat. Saat ini, di sekitar istana Gyeonghuigung Palace dijadikan sebagai museum sejarah Seoul dan museum seni Seoul. Banyak pengunjung yang berdatangan untuk mengunjungi istana kerajaan ini.
7. Deoksugung Palace
Pada tahun 1450-an sebuah tempat peristirahatan Pangeran Welson dibangun. Tempat ini dinamakan dengan Deoksugung Palace. Kontruksi bangunan ini sudah mengalami banyak perombakan. Bangunan aslinya dilakukan kontruksi ada tahun 1902 bahkan tidak hanya satu kali melainkan beberapa kali.
Pada tahun 1904 pernah terjadi kebakaran pada istana ini yang menyebabkan beberapa bagian istana rusak sehingga perlu dilakukan renovasi kembali pada tahun 1906. Pada tahun 1618, Isyana Deoksugung dijadikan istana pelengkap setelah istana kerajaan pindah ke Changdeokgung.
Sebagai istana pelengkap, istana ini dinamakan dengan Seogung atau West Place. Deoksugung Palace memiliki arsitektur yang indah sehingga banyak pengunjung yang tertarik untuk mengunjunginya.
8. Changgyeonggung Place
Changgyeonggung Place merupakan pemberian dari jaman George kepada dinasti Joseon. Istana ini berada di dekat Changdeok dan memiliki luas yang lebih kecil dibandingkan istana lainnya di Korea.
Istana ini terdiri dari ruang hijau seperti pepohonan dan kolam sekitar 70% dari area istana. Sejumlah bangunan istana ini juga menjadi daya tarik pengunjung seperti aula, jembatan, pintu gerbang dan paviliun.
Changgyeonggung Place menjadi salah satu istana yang banyak dikunjungi dan menjadi destinasi wisata saat berkunjung ke Korea Selatan. Di istana kerap diadakan beberapa upacara seperti upacara pernikahan, ulang tahun raja, upacara minum dan tradisi lainnya.
9. Changdeokgung Palace
Changdeokgung Palace merupakan peninggalan kerajaan Joseon. Letaknya tauk jauh dari Changgyeonggung Palace atau lebih tepatnya berada di sebelah timur istana utama gyeongbokgung. Oleh karena itulah, istana ini dinamakan dengan east place karena berada di sebelah timur. Istana ini sempat mengalami kehancuran saat tentara jepang menguasai Korea Selayan.
Hanya sekitar 30% sisa bangunan asli dari istana sedangkan sisanya merupakan hasil rekonstruksi yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan. Istana ini dibangun di antara puncak Marbong dari Gunung Bugaksan dan aliran anak sungai Geumcheon.
Tidak sama seperti istana lainnya arsitektur bangunan ini cenderung tidak beraturan. Hal ini dikarenakan menyesuaikan dengan topografi alam yang ada di sana. Pada tahun 1997, istana ini menjadi situs warisan dunia UNESCO.
Pada kompleks istana terdapat huwon atau taman belakang seluas 32 hektar. Di taman inilah para raja kerap melakukan upacara kerajaan. Taman ini terlihat begitu asri dan rindang karena dihuni berbagai pepohonan, bunga, kolam teratai dan beberapa paviliun.