Daftar isi
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak buddha yang terletak di Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya ini mendapat julukan sebagai kerajaan maritim karena kerajaan ini dapat menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan Nusantara yaitu Selat Sunda dan Selat Malaka. Berikut adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya :
Prasasti kedukan bukit adalah prasasti yang ditemukan di tepi Sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang. Prasasti ini berisikan tentang kemenangan sriwijaya dan Daputang Hyang yang melakukan perjalanan suci (Sidhayarta) dengan menggunakan perahu.
Pada prasasti kedukan bukit terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa melayu kuno. Prasasti ini berangka tahun 604 Saka atau 682 Masehi. Ukuran Prasasti kedukan bukit ialah 45 cm x 80 cm.
Prasasti talang tuwo adalah prasasti yang ditemukan di kaki Bukit Siguntang. Prasasti ini berisikan tentang pembangunan taman yang disebut Srisetra. Srisetra ini merupakan taman dengan berbagai macam tanaman yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di Kerajaan Sriwijaya sehingga masyarakat dapat hidup sejahtera dan tentram.
Pada prasasti talang tuwo terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa, bahasa melayu kuno dan terdiri dari 14 baris. Prasasti ini berangka tahun 606 saka atau 684 Masehi. Ukuran prasasti talang tuwo ialah 50 cm x 80 cm.
Prasasti kota kapur adalah prasasti yang ditemukan di Kota Kapur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Prasasti berisikan tentang kutukan untuk orang yang berbuat jahat dan melanggar perintah raja akan celaka.
Pada prasasti kota kapur terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti ini berangka tahun 608 saka ayau 686 Masehi. Ukuran prasasti kota kapur ialah tinggi 177 cm, lebar 32 cm dan 19 cm pada bagian puncak prasasti.
Prasasti telaga batu adalah prasasti yang ditemukan di kolam Telaga Biru Kota Palembang. Prasasti ini berisikan tentang kutukan untuk orang yang melakukan kejahatan, melanggar perintah raja dan pujian untuk orang yang melakukan perbuatan baik kepada Kerajaan Sriwijaya. Pada prasasti telaga batu terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno.
Prasasti telaga batu memiliki hiasan berupa 7 buah kepala ular kobra yang terletak di bagian atas prasasti dan ada pancuran tempat mengalirnya air pembasuh yang terletak di bagian tengah prasasti. Ukuran prasasti telaga batu ialah tinggi 118 cm dan lebar 149 cm.
Prasasti karang berahi adalah prasasti yang ditemukan di tepian Batang Merangin Provinsi Jambi. Prasasti ini berisikan tentang kutukan bagi orang yang berbuat jahat dan tidak patuh kepada raja Kerajaan Sriwijaya.
Terdapat tulisan pada prasasti karang berahi yang ditulis dengan menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti ini memiliki bentuk seperti separuh telur pada bagian bawah prasasti. Ukuran prasasti karang berahi ialah 90 cm x 90 cm x 10 cm.
Prasasti ligor adalah prasasti yang ditemukan di Ligor, Thailand. Prasasti ini berisikan tentang raja sriwijaya disebut sebagai raja dari segala raja di dunia mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara dan berita mengenai Visnu yang memiliki gelar Sri Maharaja.
Prasasti ini memiliki dua sisi yang disebut sisi A dan sisi B sehingga dikenal juga sebagai prasasti Ligor A dan prasasti Ligor B. Terdapat tulisan pada kedua sisi prasasti ligor yang ditulis dengan aksara Kawi.
Prasasti palas pasemah adalah prasasti yang ditemukan di Palas Pasemah Provinsi Lampung. Prasasti ini berisikan tentang kutukan untuk orang-orang jahat yang tidak setia dan tidak patuh kepada raja Kerajaan Sriwijaya.
Pada prasasti palas pasemah terdapat tulisan yang ditulis dengan huruf pallawa, bahasa melayu kuno, dan terdiri dari 13 baris. Berdasarkan pada tulisan di prasasti palas pasemah dapat diperkirakan bahwa prasasti ini berasal dari abad ke-7 Masehi.
Prasasti hujung langit adalah prasasti yang ditemukan di Desa Haur Kuning Provinsi Lampung. Prasasti ini berisikan tentang pemberian tanah Sima.
Pada prasasti ini terdapat tulisan yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Diperkirakan bahwa prasasti hujung langit berasal dari tahun 997 Masehi.
Prasasti leiden adalah prasasti yang disimpan di museum Volkenkunde Leiden Belanda. Prasasti ini berisikan tentang hubungan baik antara Dinasti Chola dengan Dinasti Syailendra. Pada prasasti leiden terdapat tulisan yang ditulis dengan menggunakan bahasa sanskerta dan bahasa tamil.
Selain itu, prasasti leiden ini memiliki tulisan yang tidak ditulis di atas batu melainkan ditulis pada bagian permukaan lempengan tembaga.
Candi muaro jambi adalah candi yang terletak di Kabupaten Muaro jambi. Candi ini dibangun pada abad ke 9 sampai abad ke 12 Masehi. Candi ini memiliki luas kawasan sebesar 3.981 hektar sehingga candi muaro jambi termasuk candi yang paling luas di Asia Tenggara.
Candi muaro jambi juga sebagai bukti adanya masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Di dalam area candi muaro jambi terdapat 9 candi yakni Candi Gedong Satu, Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Kembar Batu, Candi Tinggi, Candi Astano, Candi Gumpung, Candi Kembang Batu, dan Candi Telago Rajo .
Candi muara takus adalah candi yang terletak di desa Muara Takus Provinsi Riau. Candi ini bercorak buddha karena berdasarkan pada bentuk stupa terlihat berisi mantra agama buddha. Candi muara takus juga disebut sebagai salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaannya.
Selain itu, Di dalam candi muara takus terdapat empat bangunan yang berukuran besar yakni Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, Dan Palangka. Candi ini juga dikelilingi oleh tembok sepanjang 74 x74 meter yang terbuat dari batu putih.
Candi bahal adalah candi yang terletak di desa Bahal Provinsi Sumatra Utara. Candi Bahal juga dikenal sebagai Candi Biaro Bahal atau Candi Portibi. Candi ini terbuat dari bata merah dan diperkirakan berasal dari abad ke 11.
Candi bahal merupakan candi terluas di Sumatera Utara yang memiliki tiga bangunan kuno candi yakni candi bahal I, candi bahal II, dan candi bahal III. Selain itu, ketiga candi tersebut dikelilingi oleh para tinggi dan tebalnya sekitar 1 meter yang dibuat dari susunan batu merah.
Pada candi bahal I, candi bahal II, dan candi bahal III terdapat bangunan utama yang berada di tengah halaman dengan pintu masuk tepat mengarah ke gerbang. Ketiga candi ini dipisahkan dengan jarak sekitar 500 meter dan seluruh bangunan yang terletak di area tersebut terbuat dari susunan bata merah kecuali arca-arca yang terbuat dari batu keras.