Daftar isi
Ibu kota negara Indonesia saat ini masih berada di pulau Jawa, yaitu di DKI Jakarta. DKI Jakarta atau yang dulu dikenal dengan nama Batavia, bukanlah satu-satunya kota yang pernah ditetapkan sebagai ibukota. Kota yang pernah menjadi pusat dari negara Indonesia diantaranya adalah Yogyakarta, Bukittinggi, dan juga Jakarta.
Presiden Jokowi dalam rapatnya pada tanggal 29 April 2019, mengumumkan bahwa ibukota Indonesia akan dipindahkan ke Balikpapan, Kalimantan Timur. Tentunya keputusan ini dibuat setelah beberapa faktor pertimbangan seperti di bawah ini:
1. Kepadatan Penduduk di Pulau Jawa
Salah satu faktor yang menyebabkan ibukota Indonesia harus dipindahkan adalah karena masyarakat di Pulau Jawa sudah terlalu padat. Berdasarkan data Situs World Atlas pada tahun 2019 menyatakan bahwa Jawa termasuk dalam kategori pulau terpadat penduduk di dunia.
Faktor yang menyebabkan banyaknya penduduk adalah Jawa sudah sejak dari dulu menjadi pusat perekonomian Indonesia. Tak heran jika lebih dari setengah total penduduk Indonesia menetap di Pulau Jawa. Sedangkan penduduk di pulau Kalimantan hanya sekitar 6,05 persen total penduduk RI.
2. Menghilangkan Istilah “Jawa Sentris”
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lokasinya yang berjauhan. Hal tersebut menjadi salah satu penghambat pembangunan di pulau-pulau lainnya.
Sementara itu pembangunan di Jawa terus berjalan hingga muncul istilah “Jawa Sentris”. Pembangunan infrastruktur di luar pulau Jawa dinilai masih sangat kurang.
Dengan adanya kebijakan memindahkan ibukota ke Kalimantan diharapkan dapat membantu pembangunan dan infrastruktur di Indonesia Timur.
3. Kontribusi Pulau terhadap GDP Negara
Gross Domestic Product (GDP) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai dari suatu jasa dalam sebuah negara yang dapat meningkatkan ekonominya.
PDB Indonesia paling banyak disumbang oleh pulau Jawa yakni mencapai 58,49 persen di susul oleh Sumatera sebesar 21,66 persen. Sementara itu Kalimantan menyumbang sebesar 8,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa mencapai 5,6 persen sedangkan di Kalimantan hanya 4,33 persen. Pulau dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di Indonesia adalah Sulawesi yakni 6,99 persen meski hanya memberikan kontribusi PDB sebesar 6,2 persen.
4. Berkurangnya Air Bersih di Jawa
Manusia tidak pernah bisa lepas dari sumber kehidupan yakni air. Tidak sembarang air dapat mendukung kehidupan melainkan harus air yang berkualitas agar tidak terserang berbagai penyakit.
Sayangnya dengan padatnya penduduk di Pulau Jawa menyebabkan lingkungan semakin menurun termasuk air. Berdasarkan data pada tahun 2016 menyatakan bahwa Pulau jawa mengalami krisis ketersediaan air bersih. Bahkan beberapa wilayah di Jabodetabek dinyatakan dalam kondisi krisis air mutlak.
Sebuah prediksi mengatakan Jawa akan mengalami kelangkaan air pada tahun 2040. Penyebabnya adalah menurunnya intensitas curah hujan di Pulau Jawa dan juga penggunaan air secara berlebihan oleh manusia.
5. Pemanfaatan Lahan yang Mendominasi di Jawa
Pemanfaatan lahan yaitu sebuah kegiatan mengubah lahan hutan maupun tanah dari fungsi awalnya seperti hutan menjadi perkebunan atau tanah menjadi pemukiman.
Pemanfaatan lahan di tanah Jawa mencapai angka 44,64 persen pada tahun 2020. Angka tersebut lebih besar lima kali lipat dari konversi lahan di Kalimantan yang hanya mencapai 10,18 persen.
Konversi lahan tersebut menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Hal positif dari adanya alih fungsi lahan adalah untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal penduduk dan juga meningkatkan Pendapat Asli Daerah. Namun apabila tidak bijak dalam hal ini, maka bisa menyebabkan masalah banjir karena hilangnya daerah resapan air.