5 Peran Mohammad Hatta dalam Proklamasi

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Mohammad Hatta merupakan sosok pahlawan yang namanya sudah tidak asing lagi. Ia menjadi wakil presiden Indonesia mendampingi Ir Soekarno setelah pembacaan proklamasi dilaksanakan. Namanya kerap disandingkan dengan sosok presiden pertama RI ini. Tentu saja hal ini berkat sejumlah perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan hingga akhirnya bisa menduduki jabatan penting di pemerintahan saat itu.

Mohammad Hatta merupakan sosok yang terkenal dengan kaca mata bundarnya. Namanya tidak pernah terlewatkan dalam catatan sejarah bangsa ini. Tidak hanya berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan, ia juga berjasa dalam proklamasi kemerdekaan. Oleh sebab itu, tak heran jika ia menjadi salah satu tokoh yang menjadi korban penculikan saat peristiwa Rengasdengklok.

Mohammad Hatta, bapak proklamator

Hal ini menandakan betapa pentingnya sosok Mohammad Hatta sehingga perlu diasingkan dan tidak terpengaruh dengan Jepang. Peristiwa Rengasdengklok menjadi awal dari adanya proklamasi kemerdekaan. Proklamasi kemerdekaan menjadi awal kebangkitan Indonesia dan terlepas dari belenggu penjajahan.

Proklamasi menjadi bukti nyata bahwa Indonesia dapat berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh bangsa lain. Sebagai momentum yang dinantikan, proklamasi dipersiapkan dengan baik. Oleh karena itu , Mohamad Hatta ikut berperan untuk menyiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Berikut ini sejumlah peran penting Mohammad Hatta dalam proklamasi kemerdekaan.

1. Menyusun Naskah Proklamasi

Mohammad Hatta terkenal sebagai Bapak Proklamator. Hal ini dikarenakan perannya dalam penyusunan naskah proklamasi. Ketika itu, Hatta tidak hanya menyaksikan perumusan naskah proklamasi melainkan juga ikut terlibat dalam penyusunannya. Oleh sebab itulah, pantas gelar bapak Proklamator disematkan kepada dirinya.

Sebelum proklamasi kemerdekaan dilaksanakan, Mohamad Hatta bersama dengan Ir Soekarno sempat diasingkan ke Rengasdengklok sehingga peristiwa ini dinamakan dengan Rengasdengklok. Adanya pengasingan ini dikarenakan sempat terjadinya perdebatan antara golongan tua dan golongan muda mengenai kapan proklamasi dilaksanakan.

Golongan muda menginginkan agar proklamasi dilaksanakan segera mengingat Jepang sudah menyerah kepada sekutu. Namun, berbeda dengan pandangan golongan tua yang menginginkan proklamasi jangan dilaksanakan terburu-buru. Perdebatan inilah yang menyebabkan ketegangan di antara golongan muda dan tua.

Setelah kembali ke Jakarta, mereka merumuskan naskah proklamasi yang akan dibacakan nantinya. Bersama dengan Soekarno, Ahmad Soebardjo, Mohamad Hatta ikut terlibat dalam perumusan naskah proklamasi. Bahkan Mohamad Hatta turut memberikan masukannya mengenai kalimat terakhir dalam teks proklamasi.

Adapun kalimat yang diajukan Mohammad Hatta adalah “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Kalimat tersebut mengandung makna bahwa untuk dapat mencapai kemerdekaan perlu adanya sebuah tindakan yang nyata.

Kemerdekaan tidak akan bisa dicapai jika hanya dalam angan-angan saja. Selain itu, kalimat tersebut menandakan bahwa semua hal yang berkaitan dengan pemindahan kekuasaan akan dilakukan dalam waktu yang singkat. Artinya, tidak akan membuang waktu ataupun mengulur waktu karena kesempatan untuk merdeka tidak datang dua kali.

2. Menandatangani Teks Proklamasi

Selain memiliki peran untuk merumuskan teks proklamasi, Hatta juga ikut menandatangani teks tersebut setelah selesai diketik. Hatta dan Soekarno mewakili seluruh rakyat Indonesia ketika itu untuk menandatangani naskah proklamasi kemerdekaan. Pemilihan keduanya dikarenakan keduanya merupakan tokoh penting dan terlibat dalam penyusunan naskah proklamasi.

Setelah tiba di rumah Laksamana Maeda, Soekarno, Hatta, Sukarni, Ahmad Soebardjo dan Sayuti Melik bertugas untuk merumuskan teks proklamasi. Mereka kemudian merumuskan teks tersebut di ruang makan milik Laksamana Maeda. Sebelumnya teks proklamasi memang sudah pernah dirumuskan. Hanya saja ketika itu, tidak ada yang membawa teks tersebut sehingga perlu ditulis ulang.

Soekarno kemudian meminta Mohamad Hatta untuk membantu merumuskan teks proklamasi karena menurutnya tata bahasa Hatta cukup baik. Ir Soekarno kemudian menuliskan teks proklamasi dibantu dengan usulan dari Mohamad Hatta dan Ahmad Soebardjo.

Achmad Soebardjo menyumbangkan kalimat pertama sedangkan Hatta menyumbangkan kalimat terakhir pada teks proklamasi. Soekarno kemudian membantu menuliskannya pada secarik kertas. Proses perumusan ini memakan waktu hingga dua jam.

Setelah selesai dirumuskan, ketiganya kemudian pergi ke ruang tengah tempat berkumpulnya para tokoh.Teks tersebut dibacakan oleh Soekarno di hadapan sejumlah tokoh dan menuai banyak saran terkait perubahan kata.

Setelah disepakati isi dari teks proklamasi, teks tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Sayuti Melik ditemani dengan BM Diah mengetikkan teks proklamasi dan mengganti beberapa kata dan kalimat yang telah disepakati.

Setelah selesai diketik, Mohammad Hatta dan Soekarno mengusulkan teks proklamasi ditandangani oleh seluruh tokoh yang hadir saat itu. Namun, usulan itu ditentang oleh Sukarni. Menurutnya, Soekarno dan Hatta saja yang menandatanganinya karena itu sudah mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Kemudian teks proklamasi ditandangani oleh kedua tokoh Indonesia. Mohamad Hatta menjadi salah satu tokoh yang menandatangani proklamasi kemerdekaan. Bahkan namanya disematkan dalam proklamasi kemerdekaan mewakili seluruh rakyat Indonesia.

3. Menemani Soekarno saat Membacakan Teks Proklamasi

Kedekatan Soekarno dan Hatta tidak diragukan lagi. Nama keduanya bahkan kerap disandingkan. Selain menjadi pasangan presiden dan wakilnya, keduanya dekat karena sama-sama memerjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tak heran jika ketika pembacaan teks proklamasi, Soekarno meminta ditemani oleh Hatta.

Setelah melalui berbagai peristiwa dan negosiasi, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada akhirnya dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan telah dipersiapkan sematang mungkin. Ada yang bertugas sebagai pengibar bendera, pembaca teks hingga tim pengamanan.

Berbagai elemen masyarakat ikut merayakan detik-detik proklamasi kemerdekaan. Bahkan ada yang sudah datang sejak pagi dini hari. Hal ini dikarenakan proklamasi kemerdekaan menjadi hal yang sangat dinantikan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Salah satu hal yang dinantikan dalam Proklamasi kemerdekaan ialah pembacaan teks proklamasi. Teks proklamasi yang sebelumnya sudah dirumuskan dan ditandatangani, kemudian dibacakan. Soekarno menjadi sosok yang akan membacakan teks proklamasi.

Namun, ketika waktunya dibacakan, Soekarno enggan membacakan teks proklamasi tersebut. Hal ini dikarenakan Mohamad Hatta belum hadir hingga akhirnya lima menit sebelum upacara Mohammad Hatta hadir juga.

Dengan menggunakan pakaian serba putih, Mohamad Hatta menemani Soekarno membacakan teks proklamasi. Setelah teks proklamasi dibacakan, dilanjutkan dengan pidato yang disampaikan Soekarno. Pembacaan teks proklamasi menjadi momen penting karena pada saat itulah Indonesia mendeklarasikan bahwa negara ini sudah merdeka dan terlepas dari belenggu penjajahan.

Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat dan tidak bisa dipengaruhi oleh negara lain. Soekarno sengaja menunggu Mohamad Hatta karena bersama dengan Hatta lah, ia memperjuangkan kemerdekaan. Hingga akhirnya, bisa melaksanakan upacara kemerdekaan dan membacakan teks proklamasi.

Pembacaan teks proklamasi disebarluaskan ke berbagai media baik cetak maupun tulisan seperti radio, surat kabar, telegram. Penyebarluasan itu dilakukan oleh BM Diah dan Yusuf Ronodipuro. Selain itu, momen pembacaan proklamasi juga diabadikan dalam sebuah foto oleh seorang jurnalis bernama Frans dan Alex Moendoer.

4. Bertemu dengan Jenderal Jepang terkait Proklamasi

Pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan bukanlah hal yang mudah. Telah banyak peristiwa sejarah yang pada akhirnya mengantarkan Indonesia merdeka. Tentunya hal itu tak lebih dari peran para pahlawan bangsa ini. Salah satunya yakni Mohamad Hatta. Setelah Hatta dan Soekarno terbebas dari pengasingan, mereka lalu pergi menuju rumah Laksamana Maeda.

Kedatangan mereka di rumah Laksamana Maeda guna membahas masalah proklamasi kemerdekaan. Laksamana Maeda kemudian menjelaskan permasalahan terkait pelaksanaan proklamasi dalam waktu dekat.

Ia menyarankan ketiganya untuk mendatangi rumah salah satu Jenderal Jepang yakni Moichiro Yamamoto. Moichiro Yamamoto ketika itu menjabat sebagai kepala Pemerintahan Jepang. Setelah mendapatkan arahan tersebut ketiganya lalu pergi menuju markas Gunseikan yang berada di Gambir.

Mereka menemui Moichiro Yamamoto dan mengutarakan maksud kedatangannya untuk membahas proklamasi. Sayangnya, kekecewaan harus diterima oleh ketiga tokoh ini karena Moichiro Yamamoto tidak mengizinkan adanya proklamasi kemerdekaan dalam waktu dekat.

Moichiro Yamamoto melarang adanya perubahan kekuasaan selama masa tunggu peralihan kekuasaan. Indonesia diharuskan sabar menunggu hingga para sekutu datang. Sekalipun telah membujuknya, ketiganya kemudian pulang dari rumah Moichiro Yamamoto karena tidak membuahkan hasil.

Pada akhirnya mereka tetap sepakat Proklamasi kemerdekaan akan tetap dilaksanakan pada esok hari. Mereka kemudian pulang ke rumah Laksamana Maeda tempat berkumpulnya para tokoh. Ketiganya menyampaikan apa yang dikatakan oleh Moichiro Yamamoto. Setelah itu, mereka merumuskan teks proklamasi yang akan digunakan esok hari.

5. Tokoh yang diasingkan

Peristiwa Rengasdengklok merupakan awal mula adanya proklamasi kemerdekaan. Tanpa adanya Rengasdengklok mungkin proklamasi tidak akan cepat dilaksanakan. Perbedaan pendapat yang terjadi di antara golongan muda dan tua inilah yang mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

Hatta sejalan dengan pendapat para tokoh golongan tua yang menginginkan kemerdekaan tidak boleh dilaksanakan secara tergesa-gesa. Menurutnya, perlu persiapan yang matang selagi menunggu keputusan dari Jepang. Namun, pemikiran ini tidak sejalan dengan golongan muda. Menurutnya, Kemerdekaan merupakan buah hasil perjuangan rakyat buat pemberian hadiah dari Jepang.

Hatta dan Soekarno pun diasingkan ke Karawang lebih tepatnya di daerah Rengasdengklok. Golongan muda takut kedua tokoh penting itu mendapatkan pengaruh dari Jepang. Rengasdengklok dianggap menjadi wilayah yang aman dan tidak mudah dijangkau oleh tentara Jepang.

Ketika berada di pengasingan, Soekarno dan Mohamad Hatta terus didesak untuk memproklamasikan kemerdekaan. Namun, hingga malam tanggal 16 Agustus belum juga ada keputusan mengenai kapan proklamasi dilaksanakan. Tokoh golongan muda yang berada di Rengasdengklok terus melakukan komunikasi dengan tokoh yang ada di Jakarta.

Para tokoh yang berada di Jakarta sedang melaksanakan negoisasi mengenai pengembalian Soekarno dan Hatta. Pada akhirnya, Ahmad Soebardjo berhasil membujuk golongan muda setelah menjadikan dirinya sebagai jaminan jika proklamasi tidak segera dilaksanakan. Kemudian, Ahmad Soebardjo berhasil membawa Soekarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta.

Adanya peristiwa Rengasdengklok sangat berperan penting dalam pelaksanaan proklamasi. Peristiwa tersebut pada akhirnya berhasil mengantarkan Indonesia merdeka meskipun harus disertai dengan perpecahan terlebih dahulu. Peristiwa itu dianggap sebagai gertakan agar tidak lagi bergantung pada keputusan Jepang.

fbWhatsappTwitterLinkedIn