Sejarah

3 Peran Soekarno pada Masa Pergerakan Nasional

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Jika mengurutkan satu per satu peristiwa dan fase dalam sejarah Indonesia, maka akan ada banyak sekali bila dirunut sejak awal. Salah satu fase yang ada adalah kemunculan dan pembentukan organisasi pergerakan nasional yang termasuk sebagai awal perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan di bawah penjajahan Belanda.

Pergerakan Nasional terbentuk pada tahun 1908 sampai pada tahun kemerdekaan RI, yakni tahun 1945. Pergerakan ini adalah usaha perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah melalui organisasi modern dan didasari oleh semangat nasional untuk bangkit dari penindasan.

Tujuan dari pembentukan organisasi Pergerakan Nasional adalah untuk menunjukkan bahwa rakyat Indonesia tidak setuju dan tidak puas dengan kondisi penindasan yang membuat mereka tidak berdaya. Kondisi dan situasi rakyat Indonesia sempat mengalami hal-hal memprihatinkan ketika penjajah berkuasa, maka organisasi ini ada sebagai wadah perjuangan dan perlawanan.

Organisasi Pergerakan Nasional pun tidak hanya satu atau dua, melainkan ada sederet organisasi yang silih berganti memperjuangkan dan mengembangkan cita-cita nasional. Peran Soekarno pada masa pergerakan nasional sendiri dimulai pada tahun 1915, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Menjadi Anggota Jong Java

Peran Soekarno yang terlihat di awal pergerakan nasional adalah dengan menjadi salah satu anggota Jong Java, yakni organisasi yang didirikan 7 Maret 1915. Satiman Wirjosandjojo adalah pendiri organisasi yang bertujua menyatukan para pelajar pribumi sehingga anggotanya semua berisikan para pemuda.

Selain itu, organisasi ini ada sebagai wadah bagi para pemuda yang berminat pada kesenian dan bahasa nasional untuk mengembangkannya. Para anggota organisasi ini juga diajarkan pengetahuan umum, diberi kesempatan untuk meraih beasiswa, dan diberi kesempatan juga untuk terlibat sebagai penyelenggara sekaligus peserta dalam berbagai pertunjukan seni.

Sebagai organisasi yang bersifat Jawa-sentris dan berfokus pada pengembangan seni dan budaya, Soekarno menghadapi tantangan cukup besar sebagai salah satu anggotanya yang menempati cabang Surabaya.

Organisasi yang tiap tahunnya mengadakan rapat pleno menjadi kesempatan bagi Soekarno yang pada waktu itu menggunakan bahasa Jawa kasar (ngoko) saat berpidato dalam sidang. Setelah kejadian menggemparkan ini, terkait surat kabar Jong Java Soekarno sempat memberi usul agar penerbitan tidak lagi menggunakan bahasa Belanda, melainkan menggantinya dengan bahasa Melayu.

Sesuai namanya, Jong Java, mayoritas anggota organisasi ini adalah pemuda atau pelajar Jawa dan mengadakan kongres.

  • Pertama di Solo pada tahun 1918
  • Kedua di Yogyakarta pada tahun 1919
  • Ketiga di Solo lagi pada tahun 1920
  • Keempat di Bandung di tahun 1921, dan kongres kelimanya di Solo tahun 1922.

Meski bertujuan mempersatukan suku-suku di Indonesia, tujuan organisasi ini tidak berkaitan sama sekali dengan politik di awal. Namun setelah Haji Agus Salim memimpin Serikat Islam, Jong Java pada akhirnya mendapat pengaruh politik, khususnya dalam kongres di tahun 1924.

Tujuan organisasi semakin jelas dan berkemban di tahun 1925, yakni dengan adanya gagasan persatuan Indonesia sekaligus meraih kemerdekaan sebelum kemudian tahun 1928 dibubarkan demi tanah air.

2. Mendirikan ASC (Algemeene Studie Club)

Pada masa pergerakan nasional, peran Soekarno lainnya adalah menjadi salah satu pendiri dari sebuah klab kuliah umum. Klab tersebut dinamakan ASC, yakni singkatan dari Algemeene Studieclub atau Algemeene Studie Club pada tahun 1926.

Klab ini berisikan anggota-anggota intelektual nasionalis Bumiputera dan Bumiputeri di Bandung dengan tujuan menjadi sebuah tempat kelompok studi. Pada tahun 1927, tepatnya tanggal 4 Juli, Soekarno kemudian melanjutkan keaktifannya di masa pergerakan nasional dengan mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) bersama kawan-kawannya.

Popularitas Soekarno sejak menjadi anggota Jong Java, ASC dan kemudian PNI semakin meningkat dan sempat menggoyahkan pemerintah kolonial Belanda kala itu. Perserikatan Nasional Indonesia kemudian berubah menjadi Partai Nasional Indonesia yang dikembangkan secara pesat tidak hanya oleh Soekarno. Supriadinata, Maskun, serta Gatot Mangkupradja turut serta pula dalam pembangunan partai.

Namun pada akhir tahun 1929, para aktivis PNI yang berjumlah ratusan sempat tertangkap oleh pemerintah Belanda yang masih menjajah Indonesia. Tujuan penangkapan tersebut oleh Belanda adalah agar situasi tetap aman dan tertib di mana hal ini kemudian disusul dengan aktivitas pembelaan Indonesia Menggugat saat para pemuda tersebut diadili tahun 1930.

3. Menjadi Bagian dari Partindo

Sempat dipenjarakan di Penjara Banceuy, Soekarno dan aktivis PNI lainnya kemudian dipindahkan ke Sukamiskin pada tahun 1930 dan diadili di pengadilan Landraad Bandung. Di tahun yang sama, mereka membuat pembelaan Indonesia Menggugat melalui pembacaan pleidoi oleh Soekarno sendiri di mana acara ini menjadi sangat fenomenal pada masanya.

Pembebasan Soekarno terjadi pada akhir tahun 1931 yang disusul dengan partisipasi dan keterlibatannya dalam Partindo (Partai Indonesia) di tahun 1932. Setelah masa penangkapan dan pemenjaraan aktivis atau anggota-anggota PNI oleh pemerintah Belanda, PNI kemudian pecah.

Partindo ini merupakan hasil pecahan dari PNI yang menjadi awal penangkapan kembali Soekarno dan pengasingannya ke Flores di tahun 1933. Pengasingan Soekarno termasuk dalam fase akhir peran Soekarno pada masa pergerakan nasional.

Dan walaupun para tokoh nasional sempat hampir melupakan Soekarno, beliau tetap bersemangat untuk Indonesia yang nampak dari surat-surat yang dikirimkan ke Ahmad Hasan (guru Persatuan Islam). Pengasingan di Flores pun tidak cukup singkat karena Soekarno harus melanjutkan pengasingannya di Bengkulu selama sekitar 4 tahun (1938-1942) sebelum kembali berjuang untuk kemerdekaan Indonesia yang kali itu sudah berada di bawah pemerintahan Jepang.