Daftar isi
Pergerakan nasional yang menjadi cikal bakal kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran kaum kaum terpelajar. Yang mana pada saat itu banyak sekali organisasi organisasi yang beranggotakan para kaum terpelajar.
Kaum terpelajar itu hanya menginginkan kemerdekaan Bangsa Indonesia saja. Dengan bekal pengetahuan yang mereka punya, mereka mencoba untuk melakukan perlawanan yang berstrategi.
Salah satu organisasi pergerakan nasional yang beranggotakan kaum terpelajar ini adalah Tri Koro Dharmo.
Pengertian Tri Koro Dharmo
Tri Koro Dharmo merupakan organisasi pergerakan nasional yang juga seringkali disebut dengan Jong Java. Organisasi Tri Koro Dharmo berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 dengan diprakarsai oleh Satiman Wirjosandjojo.
Organisasi ini pendiriannya dilangsungkan di Gedung Stovia dengan nama awalan Tri Koro Dharmo. Yang mana apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti tiga tujuan yang mulia.
Pendirian dari organisasi ini dilatarbelakangi karena adanya anggapan bahwa organisasi Budi Oetomo merupakan sebuah organisasi elit. Oleh karena itu, beberapa asosiasi pemuda bersepakat untuk mendirikan sebuah organisasi.
Sejarah Kelahiran Tri Koro Dharmo
Perkembangan dan sejarah berdirinya Tri Koro Dharmo dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama pada tahun 1915-1921 dan bagian kedua pada tahun 1921-1929.
Periode 1915-1921
Ketika pertama kali didirikan, Dr. Satiman Wirjosandjojo merupakan ketua dari organisasi Tri Koro Dharmo ini. Sedangkan yang menjabat sebagai wakil ketua adalah Wongsonegero, bersekretarisan Sutomo. Dan anggota yang menyokong berdirinya organisasi ini adlaah Muslich, Musodo dan juga Abdul Rahman.
Sebenarnya pendirian dari organisasi Tri Koro Dharmo ini bertujuan untuk dapat menyatukan semua siswa asli, menumbuhkan bakat dan minatnya dalam hal seni serta bahasa nasional.
Selain itu, pendirian organisasi ini juga memiliki tujuan mulia untuk memperluas berbagai pengetahuan umum bagi seluruh anggota organisasi. Untuk dalam mewujudkan semua cita cita itu, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan tersebut mencakup diadakannya pertemuan dan kursus, pendirian lembaga beasiswa, diadakannya berbagai pertunjukan seni dan melakukan penerbitan majalah Tri Koro Dharmo.
Setelah mengalami begitu banyak proses perkembangan, organisasi Tri Koro Dharmo ini diubah namanya menjadi Jong Java tepat pada tanggal 12 Juni 1918. Perubahan nama tersebut diadakan pada kongres pertama yang bertepatan di Solo.
Dalam kongres itu diupayakan untuk dapat mengumpulkan berbagai kaum dengan berbagai wilayah dan latar belakang. Bahkan dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo ini dapat memiliki ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond. Namun, sayang sekali rencana tersebut belum bisa terealisasikan dengan baik.
Hal tersebut dilatarbelakangi dengan banyaknya siswa yang berlatarbelakang Jawa. Pada tahun 1919, diadakan kembali kongres kedua organisasi Jong Java. Yang mana terdapat beberapa poin yang berhasil dibahas dalam pertemuan tersebut. Poin tersebut mencakup:
- Milisi untuk seluruh rakyat Indonesia
- Mengubah bahasa Indonesia menjadi bahasa yang lebih demokratis.
- Membahas mengenai perguruan tinggi.
- Posisi yang dimiliki oleh perempuan Sunda.
- Tanah dan sejarah Sunda.
- Makna nasionalisme yang dihasilkan dari berdirinya gerakan rakyat.
- Rencana untuk diadakannya kongres ketiga di Solo.
Periode 1921-1921
Melalui semua kongres yang telah diadakan, organisasi atau asosiasi ini tidak akan pernah mengambil bagian dalam berbagai aksi politik. Hal tersebut telah dikonfirmasikan kebenarannya pada kongres kelima yang diadakan di Solo tepat pada tahun 1922. Namun, dalam perkembangannya organisasi ini termakan pengaruh politik yang cukup besar.
Yang mana Uni Islam (SI) yang memberikan pengaruh tersebut. Pada tahun 1924, tepat saat kongres diadakan pengaruh SI semakin berdampak pada organisasi ini. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya beberapa tokoh yang berpegang teguh dengan prinsip prinsip yang berbau agamis (islam).
Yang mana hal tersebut melatarbelakangi berdirinya sebauh organisasi yang diberi nama Jong Islamieten Bond (JIB). Dalam perkembangannya pada saat wawasan mengenai organisasi ini telah berkembang. Dan memiliki kemampuan untuk menyerap gagasan persatuan Indonesia dan pencapaian atas kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1928, organisasi ini menyatakan ketersediaannya untuk bergabung dalam organisasi pemuda yang diketuai oleh R. Koentjoro. Pada tahun 1929 lah, Jong Java ini akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan organisasi Indonesia Moeda.
Tokoh-Tokoh Tri Koro Dharmo
Berikut merupakan tokoh tokoh yang berperan dalam pendirian dan pengembangan Tri Koro Dharmo.
Tokoh dalam Struktur Keorganisasian Tri Koro Dharmo
Berikut tokoh yang terlibat dalam kepengurusan organisasi ini.
- Ketua: Dr Satiman Wirjosandjojo
- Wakil ketua: Wongsonegoro
- Sekretaris: Sutomo
- Anggota: Muslich, Musodo, dan Abdul Rahman
Tokoh Pemuda dalam Tri Koro Dharmo
Banyak sekali organisasi pemuda regional yang berpartisipasi dalam pendirian dan pengembangan organisasi ini.
Organisasi pemuda itu mencakup Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), dan organisasi pemuda lainnya.
Asas dan Tujuan Tri Koro Dharmo
Adapun beberapa asas dan tujuan yang melatarbelakangi berdirinya organisasi Tri Koro Dharmo. Berikut tiga tujuan dari Tri Koro Dharmo:
- Membangun hubungan persahabatan yang terjalin antara murid yang berada dalam jenjang sekolah menengah dan kursus perguruan.
- Menambah dan membagikan berbagai pengetahuan umum kepada seluruh anggotanya.
- Membangkitkan dan meningkatkan adanya rasa untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa dan kebudayaan “hindia”.
Namun, sebenarnya ketiga tujuan tersebut bukanlah tujuan utama dari pendirian organisasi ini. Melainkan masih tujuan perantara.
Tujuan utama dari pendirian organisasi ini adalah untuk mencapai Jawa Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan yang terjalin antara para pemuda Jawa, Madura, Sunda, Lombok, dan juga Bali.
Tujuan utama ini telah disampaikan oleh organisasi dalam masalah Tri Koro Dharmo sendiri.