Daftar isi
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang mengandung ungkapan isi hati dari penulisnya yang disampaikan melalui kata-kata serta di dalamnya terdapat diksi, rima dengan pola tertentu di setiap barisnya. Puisi adalah rangkaian kata yang imajinatif dan sarat akan makna. Pada sebuah puisi terkandung pesan, pemikiran, maupun tanggapan dari sang penulisnya akan suatu hal.
Puisi terbagi dalam dua kategori, yaitu puisi lama dan puisi baru. Terdapat persamaan dan perbedaan antara keduanya. Masing-masing memiliki ciri-ciri dan karakteristik tersendiri. Sebuah puisi dapat diketahui termasuk ke dalam puisi baru atau puisi lama apabila telah mengetahui ciri dan karakteristik dari keduanya.
Puisi lama atau disebut juga puisi klasik adalah puisi yang terikat pada aturan-aturan tertentu dan terikat pada jumlah kata, baris, bait, rima, serta irama dan tanpa ada pengaruh dari luar. Puisi lama biasanya merupakan sastra lisan yang dituturkan dari mulut ke mulut dan secara turun-temurun, sehingga tidak diketahui siapa penulis atau penyairnya.
Puisi baru disebut juga puisi bebas adalah puisi yang tidak berpatokan pada kaidah atau aturan-aturan tertentu. Puisi baru lebih bebas sehingga lebih dinamis dan beragam. Sebenarnya puisi baru merupakan perkembangan dari puisi lama, namun sudah adanya pengaruh dari luar.
Puisi lama dan puisi baru dapat dibedakan melalui ciri-cirinya.
Berikut adalah tabel perbedaan antara puisi lama dan puisi baru:
No. | Perbedaan | Puisi Lama | Puisi Baru |
1. | Irama | Statis/tetap, sekali ucap dua patah kata | Dinamis, sesuai isi hati dan perasaan penulisnya |
2. | Bentuk | Terikat berbagai aturan | Tidak berpatokan pada aturan (bebas) |
3. | Penulis | Tidak diketahui / tidak dikenal | Diketahui / dicantumkan |
4. | Persebaran | Secara lisan dituturkan dan diajarkan dari mulut ke mulut | Secara lisan dan juga secara tulisan |
5. | Isi | Biasanya merupakan nasihat | Merupakan ungkapan isi hati penulisnya |
Puisi lama terbagi dalam beberapa jenis. Berikut adalah yang termasuk ke dalam puisi lama:
Berikut contoh yang termasuk pada puisi lama:
Contoh Mantra
Di bawah ini adalah contoh puisi lama yang termasuk jenis mantra:
Pulanglah engkau kepada rimba sekampung
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar
Pulanglah engkau kepada gunung guntung
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu
Pulanglah engkau kepada bak yang tiada berorang
Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering
Jikalau engkau tiada mau kembali, matilah engkau
Contoh Gurindam
Di bawah ini ada 3 contoh gurindam:
I
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
II
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( a )
Bagai rumah tiada bertiang ( a )
II
Jika suami tiada berhati lurus ( a )
Istri pun kelak menjadi kurus ( a )
Puisi baru pun terbagi dalam banyak jenis yang pengelompokan besarnya didasarkan pada isi dan bentuknya.
2. Jenis puisi baru berdasarkan bentuknya sebanyak 8 jenis, sebagai berikut:
Berikut adalah dua contoh puisi yang termasuk puisi baru:
Contoh puisi baru yang pertama adalah karya dari penyair kebanggaan Indonesia yang berjuluk Si Burung Merak. Karya-karyanya yang fenomenal mewarnai kesusastraan Indonesia sejak tahun 1952. Berbagai penghargaan sastra sudah beliau terima di antaranya Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia tahun 1970.
Balada Pembungkus Tempe
Karya WS. Rendra
Fermentasi asa
Mengharap sempurna
Bentuk utuh nan konyol
Rasa, karsa tempe
Pembungkus yang berjasa
Penuh kisah bertulis duka lara
Dibuang tanpa dibaca
Pembungkus tempe
Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai
Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya?
Contoh puisi baru yang kedua adalah puisi karya Renny Marhanny, seorang siswa SMA Negeri 1 Rancah, Ciamis, Jawa Barat. Puisi ini pernah dimuat di Majalah Sastra Horison pada Sajak Cermin Kakilangit sastra pelajar. Puisi ini juga menjadi contoh puisi pada Buku Bahasa Indonesia untuk kelas VIII yang disusun oleh Yulianti Setyorini dan Wahono.
Sapa Rindu
Untuk TS
Karya Renny Marhanny
Ketika rindu kian berat menyapa
Dan wajahmu bergayut di bulu mata
Kalori dalam diri hilang entah berapa
Terdiam, terhuyung betapa nista
Namun kau tetap kukuh, teguh
Membuat persendianku runtuh
Dan serat hati menjadi rapuh
Tak tahukah, di matamu rinduku berlabuh?!