Sejarah

5 Peristiwa yang Terjadi Pada Tanggal 15 Agustus 1945

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dua hari menjelang kemerdekaan, banyak sekali peristiwa yang terjadi. Adanya berita kekalahan Jepang kepada sekutu membuat munculnya peristiwa lain. Kekalahan Jepang disambut baik oleh orang Indonesia.

Mereka menjadikan hal tersebut sebagai sebuah momentum yang langka dan kesempatan emas yang sayang jika dilewatkan. Maka dari itu, peristiwa tersebut menjadi pintu gerbang pembuka bagi rencana proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Tanggal 15 Agustus 1945, banyak terjadi peristiwa yang mengantarkan Indonesia pada peristiwa bersejarah. Lalu, apa saja peristiwa yang terjadi sepanjang tanggal 15 Agustus 1945? Selengkapnya di bawah ini.

1. Menyerahnya Jepang kepada Sekutu

Jepang dan sekutu terlibat dalam perang dunia kedua. Perang ini kemudian diawali dengan serangan Jepang yang dilancarkan kepada Amerika Serikat dengan mengebom pangkalan laut yang ada di Pearl Harbour, Hawai.

Tujuan pengeboman yang dilakukan Jepang sendiri adalah untuk melumpuhkan angkatan laut milik Amerika serikat yang ada di Pasifik. Akibat dari pengeboman ini adalah 2.403 orang meninggal dunia dan 1.178 orang mengalami luka-luka.

Pada tanggal 8 Desember ,1941, Amerika Serikat merespons serangan yang dilakukan oleh Jepang dengan menyatakan perang terhadap Jepang. Kemudian peperangan pun terjadi antara Amerika Serikat dengan Jepang sampai akhir Perang Dunia II. Pada rentang waktu 4 tahun, selama peperangan terjadi, Amerika Serikat telah membakar 67 kota yang ada di Jepang.

Serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat membuat Jepang semakin terdesak dalam Perang Dunia II. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para sekutu untuk membuat ultimatum kepada Jepang yang dituangkan ke dalam Deklarasi Potsdam.

Melalui Deklarasi Postdam, Sekutu memerintahkan agar Jepang segera menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Sayangnya, ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh Jepang. Sebagai akibat dari pengabaian deklarasi postdam, Sekutu melakukan pengeboman yang begitu hebat pada dua kota yang ada di Jepang yakni Hiroshima dan Nagasaki.

Sekutu melakukan penyerangan dengan menggunakan senjata nuklir atau bom atom yang baru dikembangkan Amerika Serikat pada proyek Manhattan. Pada tanggal 6 Agustus 1945, sekutu menjatuhkan bom pertamanya yang dikenal dengan little boy pada kota Hiroshima. Akibat pengeboman ini, sekitar 80.000 penduduk kota Hiroshima tewas dalam peristiwa pemboman tersebut. Tak berhenti sampai disitu.

Pada tanggal 9 Agustus 1945, sekutu kembali melakukan pengeboman di kota Nagasaki. Bom yang dijatuhkan di Kota Nagasaki bernama Fat Man. Bom ini merupakan bom nuklir dengan memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan bom yang dijatuhkan di Hiroshima. Dengan satu buah bom yang dijatuhkan, telah berhasil menewaskan 120.000 korban jiwa penduduk Nagasaki.

Di tanggal yang sama dengan peristiwa pengeboman di Nagasaki, Pasukan Uni Soviet menyerang sebuah wilayah Utara di China yakni Manchuria. Manchuria sendiri merupakan wilayah yang ada di China Utara yang saat itu diduduki Jepang. Serangan yang dilakukan Uni Soviet berhasil menghancurkan pasukan Jepang yang sedang melakukan peperangan di China dan Korea.

Setelah melihat banyak serangan yang dilancarkan akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945, Kaisar Jepang yang bernama Hirohito memutuskan untuk menyerah tanpa syarat kepada sekutu sebagaimana yang ditulis dalam deklarasi postdam.

Pada keesokan harinya, yakni lebih tepatnya tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito, menyampaikan secara langsung keputusan Jepang untuk menyerah tanpa syarat kepada sekutu melalui sebuah radio nasional.

Semula, berita kekalahan Jepang ini disembunyikan oleh pasukan Jepang agar tak terdengar oleh para pemuda Indonesia. Namun, justru para pemuda telah mendengar berita itu melalui Sutan Syahrir. Setelah mendengar berita itu, Sutan Syahrir mengajak para tokoh golongan muda lainnya untuk mendesak para tokoh golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun, hal inilah yang kemudian yang menyebabkan adanya perbedaan pendapat dan ketegangan pada golongan tua dan golongan muda. Golongan tua berprinsip bahwa status quo membuat kedudukan Indonesia menjadi tidak jelas karena Jepang telah menyerah pada sekutu namun Jepang masih berkewajiban menjaga Indonesia.

2. Ketegangan Antara Golongan Muda dan Golongan Tua

Begitu mendengar kabar bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, para tokoh golongan muda segera mendesak golongan tua terkhusus Soekarno dan Hatta yang saat itu baru tiba dari Dalat. Begitu sampai di lapangan Kemayoran, perwakilan golongan muda menyampaikan maksudnya untuk segera melakukan proklamasi. Namun, Soekarno secara tegas menolak usulan tersebut.

Ia masih berpegang teguh pada apa yang disampaikan Marsekal Terauchi ketika di Dallat. Kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 1945 sebagaimana apa yang telah dijanjikan oleh Jepang. Namun, hal tersebut secara jelas ditolak oleh para tokoh golongan muda. Menurut mereka, kemerdekaan tidak perlu ada campur tangan Jepang dan mereka tidak yakin dengan apa yang dijanjikan Jepang.

Para golongan muda terus berdiskusi bagaimana caranya agar keinginan mereka sejalan dengan apa yang diinginkan oleh para tokoh golongan tua. Setelah melalui diskusi, lewat perwakilannya yakni Wikana dan Darwis mereka menyampaikan hasil kesepakatan kepada Soekarno.

Hasil kesepakatan tersebut adalah proklamasi harus diselenggarakan besok hari atau jika tidak akan terjadi pertumpahan darah. Mendengar hal tersebut Soekarno tentu saja marah. Ia bahkan memberikan ultimatum untuk membunuh saja dirinya dari pada harus ada pertumpahan darah.

Ketegasan Soekarno ini dilatarbelakangi oleh kewajibannya sebagai ketua PPKI. Ia masih memiliki tanggung jawab untuk membicarakan hal tersebut dalam forum PPKI bersama wakil PPKI.

3. Rapat Kelompok Menteng 31 di Lembaga Bakteriologi

Selain dua peristiwa di atas, pada tanggal 15 Agustus 1945 merupakan hari di mana para tokoh golongan muda atau lebih tepatnya Kelompok Menteng No 31 melakukan rapat di Lembaga Bakteriologi. Rapat ini guna membahas strategi dan rencana proklamasi yang harus dilaksanakan sesegera mungkin.

Dalam rapat ini, diputuskan bahwa proklamasi harus dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 1945. Jika proklamasi tidak dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus maka akan terjadi pertumpahan darah. Selain itu, proklamasi sendiri harus bebas dari bayang-bayang pengaruh Jepang.

Baik itu terpengaruh dari apa yang dijanjikanJepang yang menjanjikan kemerdekaan pada tanggal 24 Agustus ataupun pelaksanaan proklamasi harus melalui sidang PPKI. Sebab, PPKI merupakan organisasi bentukan Jepang.

4. Pembebasan BM Diah

Tanggal 15 Agustus 1944 juga merupakan hari di mana BM Diah dibebaskan dari tawanan Jepang. BM Diah dibebaskan setelah mendapatkan jaminan dari keluarga besar istrinya. BM Diah sendiri merupakan sosok pejuang kemerdekaan. Sosok laki-laki yang memiliki nama lengkap Mohammad Burhanudin Dihan lahir pada tanggal 7 April 1917. Ia adalah anak dari pasangan Mohammad Diah dan Siti Saidah.

Ia lahir dari keluarga yang terpandang. Ayahnya merupakan seorang pegawai pabean di Aceh Barat. Sayangnya, seminggu setelah ia lahir, ayahnya meninggal dunia. Maka dari itu, hanya ibunya yang menanggung biaya kehidupan BM Diah. Untuk membantu ibunya, BM Diah kerap berjualan emas dan pakaian. Saat ia berusia delapan tahun, ibunya meninggal dunia sehingga ia diasuh oleh kakaknya.

BM Diah pernah mengenyam pendidikan di HIS sebuah sekolah Bumiputera untuk kalangan bangsawan. Kemudian ia juga pernah belajar di institut Kstaria, sekolah yang dipimpin oleh Douwes Dekker. Di samping itu, ia juga belajar ilmu jurnalistik.

Begitu lulus, ia bekerja menjadi pegawai honorer di harian Sin Po. Namun, hal ini tak berlangsung lama. Hingga pada masa pemerintahan Jepang, BM Diah bekerja di sebuah radio bentukan Jepang yang bernama Hosokyoku sebagai seorang penyiar bahasa Inggris.

BM Diah berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan. Ia kerap berdiskusi dengan para pemuda yakni Sukarni dan Chairul Saleh untuk membahas gagasan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, ia juga pernah mengadakan pertemuan dengan para muda.

Dari pertemuan tersebut ia mendorong para pemuda untuk dapat mempunyai sikap dan segera lepas dari belenggu penjajahan. Oleh sebab inilah, BM Diah ditangkap oleh tentara Jepang karena dinilai berpotensi membahayakan.

Namun, penahanan BM Diah tak berselang lama sebab pada tanggal 15 Agustus ia dapat dibebaskan berkat bantuan keluarga istrinya. Bukannya takut, BM Diah justru semakin berani mendukung adanya kemerdekaan. Saat perencanaan proklamasi, ia menyimpan naskah asli proklamasi yang saat itu dibuang oleh Sayuti Melik. Kemudian naskah tersebut diberikan kepada Soekarno.

5. Penjagaan Ketat Radio Hoso Kyoku

Setelah Jepang menyerah pada sekutu, Radio Jepang yang ada di Jakarta yakni Hoso Kyoku disegel oleh kempetai. Para pegawai radio tersebut yang masih berada di dalam tidak diperkenankan keluar dari dalam gedung. Gedung tersebut kemudian dijaga ketat oleh para tentara Dai Nippon.

Penyegelan radio milik Jepang ini untuk mencegah penyebaran informasi mengenai kekalahan Jepang kepada Sekutu. Penyegelan radio Jepang membuat orang-orang tidak mengetahui bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu dan akan adanya rencana proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Seperti yang terjadi pada Jusuf Ronidipoero. Namun, Jusuf berhasil mengetahui rencana proklamasi dari sepucuk surat yang dikirim. Oleh Adam Malik. Isi dari tersebut merupakan cuplikan teks proklamasi yang akan dibacakan oleh Soekarno. Begitu mendapatkan surat tersebut, Jusuf mendapatkan mandat untuk menyebarkan isi proklamasi kepada dunia luar melalui pemancar radio.

Sayangnya, studio siaran milik Jusuf tidak terhubung dengan pemancar. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan bantuan teknisi. Akhirnya, Jusuf dapat menyelesaikan tugasnya untuk menyebarkan informasi kemerdekaan.

Ia menyampaikan berita tersebut menggunakan Dwi bahasa agar orang luar paham dengan maksud yang disampaikan oleh Jusuf. Berkat penyebaran informasi yang dilakukan oleh Jusuf, berita kemerdekaan tersebar luar.

Namun, sayangnya, hal ini terdengar oleh Jepang. Jusuf diberikan hukuman fisik bahkan kepalanya hendak dipenggal. Namun, hukuman tersebut tidak terjadi karena ia mendapatkan bantuan dari pemimpin Hoso Kyoku yakni Letkol Tomo Bachi. Berkat bantuan tersebut Jusuf dibebaskan. Meskipun begitu, kondisi saat Jusuf dibebaskan sangat menyedihkan. Giginya lepas, jalannya pincang dan bajunya robek-robek.