Biologi

Perkembangbiakan Tumbuhan Lumut

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Di dalam kerajaan tumbuhan atau kingdom plantae terdapat suatu klasifikasi tumbuhan tersendiri untuk menggolongkan suatu jenis tumbuhan tertentu. Salah satu klasifikasi tumbuhan tersebut digolongkan dalam sebuah divisi bernama divisi bryophyta.

Divisi bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan suatu tumbuhan yang sangat mudah dijumpai terutama pada tempat-tempat dengan tingkat kelembaban tinggi. Tumbuhan lumut biasanya menempel pada suatu permukaan seperti tembok, tanah, batuan lapuk, hingga kulit pohon.

Bentuk lumut beraneka macam, mulai dari lembaran hingga mirip seperti tumbuhan namun berukuran kecil. Bagian tubuh lumut yang menyerupai akar dikenal dengan sebutan rizoid, berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral, serta alat pelekat bagi tumbuhan lumut untuk dapat melekat pada suatu media.

Tumbuhan lumut dianggap sebagai tumbuhan pioner atau perintis karena dianggap sebagai tumbuhan yang pertama kali tumbuh pada lingkungan rusak seperti kebakaran hutan.

Tumbuhan lumut membutuhkan kondisi lingkungan yang lembab dan banyak air bukan tanpa sebab. Ternyata air dibutuhkan guna melakukan proses reproduksi atau pembuahan, sebab jika tidak ada air maka sel kelamin jantan tidak akan bisa membuahi sel kelamin betina.

Lalu bagaimana proses perkembangbiakan tumbuhan lumut? Mari disimak penjelasannya di bawah ini!

Organ Reproduksi Tumbuhan Lumut

Tumbuhan lumut dapat melakukan perkembangbiakan secara aseksual dan seksual, akan tetapi sebagian besar lumut melakukan perkembangbiakan secara seksual atau generatif. Sebelum mengetahui bagaimana cara perkembangbiakan tumbuhan lumut, terlebih dahulu diketahui organ reporduksi dari tumbuhan lumut.

Pada tumbuhan lumut dikenal istilah gametofit yakni bentuk tumbuhan lumut yang berwarna hijau, berbentuk lembaran, serta terdapat alat kelamin yang dapat menghasilkan gamet.

Pada tumbuhan lumut alat kelamin jantan akan menghasilkan sel jantan yang disebut sebagai anteridium dengan menghasilkan sperma berflagela, sedangkan alat kelamin betina yang menghasilkan sel betina disebut dengan nama arkegonium dan menghasilkan sel telur (ovum).

Untuk lumut yang mempunyai dua alat kelamin atau anteridium dan arkegonium dalam satu rumah, tumbuhan lumut tersebut disebut sebagai berumah satu (monesis) atau homotalus. Sedangkan bagi tumbuhan lumut yang hanya mempunyai satu alat kelamin disebut sebagai berumah dua (diesis) atau heterotalus.

Proses Perkembangbiakan Tumbuhan Lumut

Perkembangbiakan Seksual

Perkembangbiakan lumut diawali ketika anteridium atau alat kelamin jantan dalam kondisi matang dan siap menglepaskan anterozoid atau sel sperma. Sel ini memiliki ekor seperti benang dan bergerak ke arah arkegonium secara kimiawi untuk melakukan pembuahan membentuk zigot.

Pembentukan zigot memasuki fase kedua dari siklus hidup lumut. Zigot terus mengalami perkembangan dan berubah menjadi sporofit atau tanaman spora bersifat haploid (n). Ketika masak (umur 3 – 6 bulan) akan terbentuk bagian panjang bernama seta.

Sporofit mulai tumbuh dengan melakukan pembelahan sel keluar dari bagian atas arkegonium atau alat kelamin betina. Di saat yang sama sporofit masih mengandalkan gametofit betina, meskipun sporofit dapat menghasilkan makanan sendiri oleh fotosintesis di tahap awal pertumbuhan.

Tanaman spora atau sporofit tersusun atas tiga struktur, yakni:

  1. Kepala kapsul, berbentuk mirip pod di bagian ujung atas, tempat spora diproduksi.
  2. Seta, merupakan tangkai tegak panjang.
  3. Kaki, berfungsi sebagai penambat tubuh ke gametofit dan mentransfer air dan nutrisi dari gametofit.

Satu buah kepala kapsul dapat berisi lebih dari satu juta spora, tergantung dari jenis spesies lumut. Sebagian besar lumut ditutupi oleh operculum mirip seperti penutup yang akan jatuh jika spora telah matang.

Terdapat pula tudung selaput atau calyptra yang juga akan terbuang saat dewasa, dan berfungsi untuk melindungi operculum. Ada pula struktur kecil mirip gigi di sekitar mulut kapsul, tersusun dari satu atau dua baris gigi yang berfungsi mengontrol pelepasan spora.

Struktur kecil ini disebut sebagai peristome dan akan menutup saat lingkungan terlalu basah untuk mencegah spora keluar. Jika kondisi kering, peristome akan terbuka dan akan melepaskan spora serta meningkatkan peluang spora untuk terdispersi agak jauh dari induk.

Apabila spora jatuh pada lingkungan lembab, maka spora akan bertunas menjadi protonema filamen yang bercabang seperti benang. Tunas tersebut akan tumbuh menjadi gametofit jantan ataupun gametofit betina, dan kemudian melakukan siklus hidup berikutnya.

Perkembangbiakan Aseksual

Selain bereproduksi secara seksual, tumbuhan lumut juga dapat berkembangbiak secara aseksual atau vegetatif. Cara ini dapat dilakukan dengan sejumlah metode yang berbeda-beda.

Salah satu metode yang dilakukan yakni saat batang rumpun besar dari tumbuhan lumut mati, maka tumbuhan lumut akan menghasilkan rumpun baru menjadi tanaman individu.

Metode lainnya yakni jika terjadi pemotongan pada bagian batang atau satu daun tumbuhan lumut secara tidak sengaja, maka potongan-potongan bagian tersebut dapat melakukan regenerasi membentuk tanaman baru.

Pada spesies tertentu, tumbuhan lumut dapat menghasilkan struktur khusus yang disebut sebagai badan induk. Struktur khusus ini dapat berasal dari bagian mana saja tergantung spesies dan nantinya dapat digunakan untuk memperbanyak keturunan atau sebagai bentuk perkembangbiakan secara aseksual.