Daftar isi
Puisi lama menurut Uned (2010) merupakan puisi yang terikat oleh beberapa peraturan dan tanpa pengaruh puisi barat. Puisi lama lahir pada masa sebelum penjajahan Belanda, sehingga mempengaruhi penyusunan puisi lama berdasarkan aturan-aturan dan kondisi masyarakat pada saat itu yang bersifat kukuh.
Peraturan yang mengikat puisi ini yakni rima, jumlah baris tiap bait, dan jumlah baris. Rima adalah bunyi akhiran yang telah tersusun. Puisi lama juga merupakan refleksi kebudayaan masyarakat lama yang muncul melalui sastra.
Puisi lama dibedakan menjadi tujuh jenis yakni:
Mantera merupakan sastra puisi yang paling tua umurnya. Pada umumnya mantera muncul dalam kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian mantera ini dibunyikan pada saat sedang berburu, menangkap ikan, mengumpulkan hasil hutan untuk memanggil hantu baik dan untuk menghindari hantu jahat.
Mantera memiliki ciri-ciri yakni pemilihan kata sangat saksama, bunyi yang sengaja berulang-ulang agar memperkuat daya sugesti kata, banyak digunakan kata-kata yang kurang umum dalam kehidupan sehari-hari.
Dahulu membaca mantera secara keras menimbulkan efek perasaan bersifat magis, yang diperkuat oleh irama yang biasanya dibacakan oleh ahli membaca mantera.
Pantun merupakan jenis puisi lama yang dikenal secara luas di nusantara. Pantun memiliki bait yang terdiri dari empat baris, dua baris sampiran, dan dua baris isi. Pantun pada zaman dahulu merupakan sastra lisan namun seiring dengan waktu, pantun menjadi sering dijumpai pada sastra tertulis.
Pantun memiliki ciri-ciri antara lain bersajak a-b-a-b ataupun a-a-a-a, tiap bait terdiri dari empat baris, dua baris sampiran dan dua baris isi, setiap baris memiliki empat sampai enam kata, serta biasanya tidak ada nama penulis.
Talibun hampir mirip dengan pantun, namun pada talibun jumlah baris tiap bait terdiri dari lebih empat baris. Biasanya talibun memiliki enam sampai sepuluh baris dalam setiap baitnya.
Jumlah baris dalam tiap bait dalam talibun selalu harus genap, serta talibun memiliki sampiran dan isi. Talibun memiliki sajak yang lebih dari empat baris, yang berirama abc-abc, abcd- abcd, abcde-abcde dan seterusnya.
Talibun memiliki ciri-ciri yakni terdiri atas larik-larik sampiran dan isi. Talibun memiliki lirik lebih dari empat dan selalu genap, misalnya enam, delapan, sepuluh, dua belas, atau empat belas. Talibun menjadi semacam puisi bebas sehingga dapat menggunakan gaya bahasa yang luas.
Syair merupakan puisi lama yang berasal dari Arab yang memiliki ciri setiap bait terdiri dari empat baris dan semua baris merupakan isi, jadi tidak memiliki sampiran.
Syair berlarik empat tiap bait dan bersajak a-a-a-a yang mengisahkan suatu hal. Syair juga memiliki baris yang terdiri dari delapan sampai dua belas suku kata yang biasanya berisi nasihat dan petuah.
ng ataupun cerita.Syair merupakan puisi yang berlarik empat tiap bait dan bersajak a-a-a-a yang mengisahkan suatu hal, Seloka merupakan pantun berkait yang memiliki lebih dari satu bait.
Seloka biasanya ditulis dalam empat baris dengan bentuk pantun dan syair. Namun dalam beberapa karya sastra pernah dijumpai seloka yang tertulis lebih dari empat baris.
Gurindam merupakan bentuk puisi yang berasal dari India. Gurindam memiliki dua baris yang berirama a-a, pada baris pertama berisikan sebab dan pada baris kedua berisikan akibat. Isi dari gurindam merupakan sebuah nasihat.
Kalimat gurindam memiliki irama akhir yang sama sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Dua baris pada gurindam dapat diidentifikasi lebih lanjut bahwa pada baris pertama berisikan soal, permasalahan ataupun perjanjian sedangkan pada baris jawaban, akibat, ataupun perjanjian yang sama pada baris pertama.
Gurindam adalah puisi yang terdiri atas dua baris, berirama sama a a, kedua barisnya merupakan isi, baris pertama merupakan sebab dan baris kedua merupakan akibat, isinya berupa nasihat
Menurut Kaswan dan Rita tahun 2008, karmina merupakan pantun kilat yang hanya tersusun dari dua larik dan bersajak. Dalam karmina memiliki bunyi irama akhir a-a. Pada larik pertama berisikan sampiran, dan pada larik kedua berupa isi.
Adapun ciri-ciri karmina antara lain memiliki larik sampiran pada baris pertama, memiliki jeda larik yang ditandai oleh koma (,), bersajak lurus (a-a), larik kedua merupakan isi yang biasanya berupa sindiran.
Secara umum puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Terdapat perbedaan antara keduanya yakni terletak pada aturan. Pada puisi lama memiliki keterikatan dengan aturan antara lain rima, jumlah baris, suku kata, dan pola persajakan pada akhir baris.
Sedangkan puisi baru merupakan suatu jenis puisi modern yang sudah tidak terikat lagi oleh aturan- aturan atau dibuat secara bebas oleh sang pengarang, dan puisi ini ada atau lahir setelah puisi lama, artinya puisi yang bebas baik dari segi suku kata, baris atau rimanya.