5 Sastrawan Angkatan 20 Beserta Karyanya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sastra merupakan salah satu hal penting ketika melihat lebih dalam dunia bahasa. Sastra dan bahasa bak sepasang kekasih yang memiliki hubungan satu sama lain. Bahasa dan sastra selalu berjalan beriringan dan menciptakan suasan selaras untuk bahasa dan juga sastra itu sendiri. Sama halnya dengan bidang-bidang lainnya, bahasa dan sastra saling dilihat lagi lebih dalam oleh seorang ahlinya. Seorang ahli bahasa dikenal dengan sebutan linguis. Sedangkan ahli sastra dikenal dengan sebutan sastrawan.

Seorang sastrawan adalah seorang dengan pengetahuan dan atau wawasan mengenai sastra itu sendiri. Seorang sastrawan pula dapat menciptakan sebuah karya dan juga hasil dari pengetahuan dan atau wawasannya mengenai sastra. Karya  dan juga hasil dari pengetahuan dan atau wawasan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai sebuah informasi maupun mengandung pandangan dari penulis atau sastrawan. Karya dan juga hasil seorang sastrawan memiliki berbagai macam bentuk, sesuai dengan minat dan keinginannya.

Sebuah bahasa, sastra, dan ditemani seorang ahli sastra masuk dalam kategori paket lengkap ketika melihat lebih jauh bidang bahasa. Bahasa dan sastra memang layaknya kawan sejati, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Begitu pula dengan seorang ahli sastra atau dikenal dengan sebutan sastrawan. Dilirik dari periodenya, sastrawan sudah menunjukkan eksistensinya sejak dahulu. Salah satunya yaitu pada tahun 1920. Angkatan tahun 20 pada sastrawan dikenal dengan sebutan Angkatan Balai Pustaka.

Dalam karya sastra angkatan 20, memberikan gambaran mengenai situasi dan kondisi pada tahun tersebut. Karya paling menempel di telinga masyarakat pada saat itu adalah Novel Siti Nurbaya. Angkatan tahun 20 memiliki karakteristiknya sendiri. Karakteristik umumnya yaitu banyak melahirkan ahli sastra dengan latar belakang budaya Sumatra dan Minangkabau. Selain itu, penggunaan bahasa Melayu juga banyak dijumpai dalam karya sastra pada angkatan tahun 20.

Angkatan tahun 1920 dikenal dengan sebutan Angkatan Balai Pustaka. Sebutan ini berlaku bagi seorang ahli sastra atau sastrawan dengan hasil karya pada masa itu. Sastrawan pada Angkatan Balai Pustaka diantaranya yaitu Abdul Muis, Merari Siregar, Marah Roesli, Nur Sutan Iskandar, serta Muhammad Kasim.

1. Abdul Muis

Abdul Muis

Abdul Muis dikenal sebagai seorang sastrawan pada angkatan tahun 20. Sastrawan yang masuk dalam Angkatan Balai Pustaka ini tidak hanya seorang sastrawan. Dirinya pula menjalankan profesi sebagai seorang wartawan. Abdul Muis adalah seorang sastrawan asal Bukittinggi, Sumatra Barat. Abdul Muis pernah menghabiskan masa mudanya di Stovia. Tidak heran jika kemampuan bahasa Belanda miliknya patut diacungi jempol. Ketika dirinya meninggalkan Stovia, Abdul Muis dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai pegawai kantoran di Department Pendidikan.

Perjalanan pekerjaan sudah dilalui oleh Abdul Muis. Berbagai pekerjaan pernah dikantonginya, mulai dari melihat bidang sastra dan jurnalistik, hingga politik. Di bidang sastra dan jurnalistik, Abdul Muis menduduki posisi anggota dewan direksi dan juga kepala korektor. Di bidang politik, dirinya bergabung dalam Serikat Islam. Karya Abdul Muis sebagai seorang sastrawan yakni novel dengan judul “Salah Asuhan”.

Novel tersebut menjadi karya yang melambungkan nama Abdul Muis. Karyanya tersebut memberikan gambaran mengenai masalah mengenai diri sendiri seperti masalah dendam, cinta, dan juga cita-cita pada tokohnya. “Salah Asuhan” diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1928 bercerita mengenai Hanafi sebagai seorang pribumi dalam bauran situasi dan kondisi yang dipengaruhi kaum Barat. 

2. Merari Siregar

Merari Siregar

Merari Siregar merupakan seorang guru. Dirinya dilahirkan di Sumatra Utara pada tahun 1896. Sebelum menjadi seorang guru, Merari Siregar menjalani kesehariannya dengan menempuh edukasi di sekolah guru yaitu Kweeschool dan melanjutkan pendidikanya lagi di Vereeniging Tot Van Oost En West. Menjalankan keseharian sebagai seorang guru memberikan ruang pada diri Merari Siregar untuk menyukai sastra. Layaknya naluri seorang guru, Merari Siregar suka menuangkan sebuah nasihat serta pembenaran terhadap norma baik dalam karya sastranya. Karya yang melebarkan sayapnya di dunia sastra yaitu karya dengan judul “Azab dan Sengsara”.

Novel dengan judul tersebut muncul ke permukaan pada tahun 1921 melalui Balai Pustaka. Novel tersebut mengisahkan tentang tokoh Mariamin dengan kehidupan pahitnya. Mariamin ditinggal ke surga oleh sang ayah dan mendapatkan perlakuan tidak adil oleh kekasihnya.

3. Marah Roesli

Marah Roesli

Telinga mana yang tak pernah mendengar tentang Sitti Nurbaya. Kisah Siti Nurbaya dibawa ke permukaan oleh Marah Roesli. Marah Roesli lahir di Padang, Sumatra Barat pada tahun 1889. Dirinya lah pencipta dari novel dengan judul “Sitti Nurbaya”. Meski Marah Roesli dikenal sebagai seorang sastrawan, keseharian sebenarnya adalah seorang dokter hewan. Bak menyelam sambil minum air, Marah Roesli menjadi dokter hewan dan dibarengi dengan menjadi seorang sastrawan. Masa kecilnya sangat sekali menyimak orang-orang bercerita. Hal inilah penyebab dirinya menjatuhkan hati pada bahasa dan sastra.

Novel dengan judul “Sitti Nurbaya” diketahui publik pada tahun 1922 melalui penerbit Balai Pustaka. Novel tersebut memberikan gambaran mengenai tokoh Sitti Nurbaya yang tak mendapatkan cinta kekasihnya akibat terhalang oleh jarak dan kehidupan dengan hutang. Demi hal tersebut, Sitti Nurbaya rela memilih lelaki lain dan berpisah dengan sang pujaan hati.

4. Nur Sutan Iskandar

Nur Sutan Iskandar

Nur Sutan Iskandar merupakan seorang kelahiran tahun 1893 di Sungai Batang, Sumatra Barat. Keseharian setelah menyelesaikan pendidikannya, dirinya melakukan kegiatan pelatihan di sebuah sekolah. Hingga sampai akhirnya menjadi guru tetap. Nur Sutan Iskandar menjalani pekerjaannya sampai di ibukota. Dirinya bekerja mulai dari menjadi korektor redaksi hingga menjadi redaktur dijalaninya. Ketika di ibukota pun profesi sebagai guru masih dijalaninya. Ia pernah menduduki kursi dosen di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Karya terkenal Nur Sutan Iskandar terbit pada tahun 1928 yaitu novel dengan judul “Salah Pilih”. Novel tersebut mengambil setting tempat di Minangkabau. “Salah Pilih” memberikan gambar cerita mengenai seorang laki-laki yang hanya melihat fisik dan paras daripada wanita yang hendak dinikahinya. Tokoh laki-laki tersebut tidak mengetahui seluk-beluk wanita itu dan menyesal sudah salah memilih karena melihat fisik dan paras cantinya saja.

5. Muhammad Kasim

Muhammad Kasim

Muhammad Kasim lahir pada tahun 1886 di Muara Sipongi di Sumatra Utara. Sebagai seorang sastrawan, Muhammad Kasim pernah memperoleh penghargaan atas karyanya dengan judul “Si Samin”. Penghargaan  tersebut diperoleh dalam acara lomba mengarang untuk bacaan anak-anak yang diadakan oleh Balai Pustaka pada tahun 1924. Kesehariannya pernah melanglangbuana menjadi seorang guru di beberapa wilayah di Sumatra.

Dalam karya sastranya, Muhammad Kasim mengekspresikan kepolosan dan kejenakaan anak-anak dengan cara yang baik. Dalam “Si Samin”, Muhammad Kasim mengisahkan mengenai tokoh anak Betawi yaitu Samin. Samin juga memiliki seorang adik. Layaknya anak-anak pada umumnya, Samin pula memiliki teman-teman bermain. Pada novel inilah Muhammad Kasim memberikan kisah anak-anak di dalam dunia Samin dan kehidupan anak-anak melalui karya “Si Samin”.

fbWhatsappTwitterLinkedIn