Setelah mengetahui sejarah bahasa Arab, pembahasan kali ini akan kita bahas mengenai asal usul bahasa indonesia dan sejarah adanya bahasa indonesia.
Nama Melayu muncul dari nama sebuah kerajaan yang didirikan di Jambi tepatnya di Batang Hari, bernama kerajaan Malayu.
Di kerajaan ini, diketahui bahwa bahasa Melayu masyarakat Jambi secara keseluruhan menggunakan dialek “o”, dimana akhir kalimat yang diakhiri dengan alfabet a akan diubah menjadi o seperti misalnya “kemano” yang merupakan dialek o dari kata “kemana”.
Nantinya, dialek Melayu ini akan terus berkembang dan menjadi semakin banyak ragamnya seiring semakin banyaknya tempat yang menggunakan dialek ini.
Dalam perkembangannya, penggunaan kata “Melayu” sendiri akhirnya menjadi jauh lebih luas dibandingkan daerah kerajaan Malayu yang hanya mencakup sebagian kecil dari pulau Sumatera.
Hal ini disebut dalam Kakawin Negarakertagama sebagai asal-usul mengapa pulau Sumatera memiliki sebutan lain sebagai Bumi Melayu.
Persebaran populasi bangsa Melayu secara geografis meliputi pesisir timur pulau Sumatra.
Mencari ikan (nelayan) dan berdagang adalah pekerjaan sebagian besar bangsa ini, tidak hanya berdagang di daerah domisili, namun di luar daerah Melayu bahkan sampai ke luar negeri, seperti Semenanjung Malaya (Malaysia dan Singapura).
Perdagangan bangsa Melayu membuat komunikasi transaksi antara pedagang dengan pembeli mau tidak mau menggunakan bahasa Melayu, tujuannya untuk mempermudah berkomunikasi dengan pedagang (bangsa Melayu).
Oleh karena itu, bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca, yaitu bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antara pedagang dan pembeli yang memiliki kelainan bahasa pada kala itu.
Digunakannya bahasa Melayu karena sederhana (tidak memiliki tingkatan kelas) dan mudah diingat.
Tidak jauh dari hal perdagangan bangsa Melayu, Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat besar pengaruhnya, tidak hanya berandil berdirinya bahasa Indonesia, tapi berdirinya Republik Indonesia secara utuh.
Setelah kedatangannya ke Indonesia, bangsa Belanda menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ke 2 dalam korespondensi dengan orang lokal.
Salah satu Gubernur Belanda, yaitu Gubernur Jenderal Roshussen menunjukkan ketertarikannya kepada Bahasa Melayu dan mengusulkan Bahasa Melayu dimasukkan sebagai bahasa kegiatan di sekolah-sekolah.
Tetapi beberapa pihak Belanda merasa keberatan, justru mereka ingin menjadikan Bahasa Belanda sebagai mata pelajaran wajib di sekolah.
Perkembangan bahasa Indonesia hingga saat ini
Perkembangan bahasa Indonesia terus berjalan termasuk pada masa reformasi. Hal ini ditandai dengan munculnya bahasa pers atau bahkan bahasa media massa yang dapat anda lihat melalui :
- Bentuk dari jumlah kata singkatan yang meningkat dan terus bertambah
- Penggunaan dari istilah atau bahasa asing yang juga terdapat dalam surat kabar dengan jumlah yang semakin banyak.
Dalam hal ini jelas pers memiliki jasa yang luar biasa pada proses perkembangan bahasa Indonesia.
Pasalnya melalui media tersebut lah masyarakat mulai diperkenalkan dengan beragam istilah,
Kemudian ungkapan, penggunaan kata-kata baru seperti halnya rekonsiliasi, hujat, konspirasi, kroni, provokator, arogan, proaktif, KKN dan juga beragam istilah serta kata-kata lainnya yang sebelum itu tidak atau bahkan jarang digunakan.
Sementara itu, dalam perkembangan tersebut juga terlihat bagaimana kedudukan dari bahasa Indonesia itu sendiri yang mana pada awalnya dikenal sebagai bahasa nasional serta bahasa pemersatu.
Kemudian tahun 1933 mulai berdiri para sastrawan muda seperti halnya pujangga baru yang tentunya dipimpin oleh Takdir Alisyahbana, yang kemudian menyusun tata bahasa baru dari bahasa Indonesia pada tahun 1936,
Dan pada tanggal 25 hingga 28 Juni 1938 mulai diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia yang mana penggunaannya berlanjut.
Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa negara yang memiliki kedudukan dan fungsi yang tinggi.
Hingga kini bahasa Indonesia menjadi bahasa yang digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Dan pemerintah memberi perhatian dengan membentuk lembaga Pusat Bahasa dan Penyelenggara Kongres Bahasa Indonesia.