Daftar isi
Subjektif adalah lawan kata objektif, di mana keduanya sama-sama merupakan cara pandang dan merujuk pada sikap seseorang saat menghadapi suatu hal namun memiliki inti yang berbeda. Dalam ilmu sosiologi yang memelajari sikap, perilaku dan hubungan masyarakat juga membahas sikap subjektif maupun objektif. Keduanya merupakan pandangan seseorang terhadap masalah sosial yang nampak dan harus dihadapi sehari-hari.
Jika objektif adalah sikap dan pandangan seseorang dengan berfokus pada kondisi riil tanpa ada pengaruh dari pandangan orang lain, diri sendiri maupun teori dan pengetahuan yang ada, subjektif adalah sebaliknya. Subjektif artinya merupakan sikap dan pandangan seseorang menurut dirinya sendiri tanpa terlalu memerhatikan inti dari masalah sosial yang tengah ada.
Masalah sosial tidak ada habisnya dalam kehidupan bermasyarakat, di manapun kita berada. Masalah sosial juga tidak dapat dihindari apapun bentuknya, entah itu faktor budaya, psikologis, maupun ekonomi.
Belum lagi adanya perselisihan antar ras, agama, dan suku, masalah kenakalan remaja, ketidakseteraan akses pendidikan, pengangguran, masalah perumahan dan tempat tinggal, kejahatan siber, hingga keterbatasan beberapa golongan masyarakat dalam mengakses perawatan/layanan kesehatan, dan masih banyak lagi.
Subjektif secara umum memiliki makna pandangan dan perasaan diri sendiri tanpa ada pengaruh dari luar tapi juga tidak mengena pada masalah pokoknya secara langsung. Oleh karena itu, seseorang yang berpandangan, berpikiran, dan bersikap subjektif kerap dianggap hanya menggunakan perkiraan/dugaan, selera, maupun perasaan saja tanpa benar-benar melihat dan mengamati langsung akar masalah yang ada.
Hal ini menjadi alasan mengapa para peneliti ketika melakukan studi dan penelitian tidak boleh hanya mengandalkan pandangan dan sikap subjektif. Perasaan dan pendapat pribadi sama sekali tidak dianggap sah atau valid untuk membuktikan suatu penelitian tanpa adanya fakta dan data yang tepat.
Menurut para ahli, terdapat tiga definisi dan teori subjektif, yakni antara lain :
Berikut ini adalah ciri-ciri sosiologi bersifat subjektif, di mana seseorang atau suatu kelompok dapat berpikir, bereaksi, bersikap, berperilaku dan bahkan bertindak terhadap suatu masalah sosial.
Seperti definisi dan teori para ahli di atas, subjektif tidak langsung mengena isi masalah atau masalah pokok. Seseorang atau kelompok tertentu bisa memandang suatu hal, bertindak dan bersikap secara subjektif hanya didasarkan pada emosi maupun pendapat mereka secara pribadi. Terdapat berbagai faktor yang bisa mendasari seseorang dalam berasumsi, entah itu nilai negatif maupun nilai positif.
Ciri sifat subjektif juga terletak pada ketiadaan fakta dan oleh sebab itu kalimat dan sifat subjektif tidak dapat dianggap formal. Dalam karya ilmiah, terdapat larangan untuk menggunakan kalimat subjektif karena hanya boleh menggunakan kalimat fakta yang bisa dibuktikan.
Ini juga menjadi alasan mengapa kalimat subjektif tidak ditemukan pada ilmu sejarah karena ilmu sejarah meliputi rangkaian peristiwa sesungguhnya dan merupakan kejadian faktual.
Sifat subjektif artinya hanya berdasarkan opini individu atau kelompok tanpa adanya fakta yang bisa dipertanggungjawabkan. Tanpa fakta akurat, kalimat subjektif tidak dapat disertakan pada sebuah berita karena bersifat tidak formal.
Sifat subjektif juga ditandai dengan adanya cara pandang, sikap, reaksi, keputusan, maupun tindakan perorangan atau kelompok terhadap suatu masalah sosial yang didasarkan pada perasaannya sendiri. Menggunakan perasaan pribadi tanpa melihat fakta yang ada adalah bagaimana sosiologi bersifat subjektif.
Terkadang hasil dari sikap, cara pandang dan tindakan mengandalkan perasaan pribadi tidak salah dan cenderung membuahkan hasil positif. Namun karena patokan dalam menyelesaikan atau menghadapi masalah adalah emosi dan perasaan manusia, hasilnya cenderung bersifat tidak konsisten dan dapat mengarah pada sisi negatif.
Dalam kehidupan sosial sehari-hari, sifat subjektif baik dalam perkataan, pandangan, sikap maupun tindakan akan selalu terlihat baik secara langsung maupun secara daring (dalam dunia siber), seperti :
Dengan seseorang bersikap dan bertindak secara subjektif dalam menghadapi isu sosial apapun, hal ini dapat membawa kepada dua arah, hasil yang negatif (menimbulkan masalah baru) atau hasil yang positif (membawa manfaat dan penyelesaian yang baik).