Edukasi

Suku Togutil: Sejarah – Karakteristik dan Kebudayaannya 

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Wilayah Indonesia membentang dari wilayah Sabang sampai Merauke serta terdiri dari ribuan pulau. Di dalam pulau-pulau tersebut ada berbagai suku yang mendiaminya. Karena geografis yang berbentuk kepulauan inilah Indonesia memiliki berbagai macam suku. 

Salah satu suku yang ada di Indonesia adakah suku Togutil. Siapa itu suku Togutil dan bagaimana kebudayaannya?  Simak pembahasannya berikut ini. 

Siapa itu Suku Togutil?

Suku Togutil dikenal juga dengan nama lainnya sebagai Suku Tobelo Dalam. Mereka adalah salah satu suku yang paling asing di Indonesia dan jarang berinteraksi dengan dunia luar. Hal tersebut dikarenakan Suku Togutil hidup di dalam hutan belantara. 

Mereka adalah penghuni asli pedalaman hutan Halmahera, Maluku Utara. Wilayah persebaran mereka meliputi hutan Totodoku, Tukur-tukur, Lolobata, Kobekulo, dan Buli. Populasinya tidak begitu banyak yakni hanya ada 600 jiwa. Meski lebih dikenal sebagai Suku Togutil namun mereka tidak menyukai penyebutan ini. 

Hal tersebut karena kata “Togutil” memikirkan arti “tertinggal” atau “terbelakang”. Mereka lebih nyaman disebut sebagai orang Tobelo. 

Suku Togutil terdiri dari tiga kelompok berdasarkan tempat tinggal mereka. Tiga kelompok tersebut adalah suku Togutil Dodaga yakni mereka yang tinggal di kecamatan Dodaga, Togutil Wasilei yakni mereka yang tinggal di Wasilei dan Togutil Maba yakni mereka yang hidup di wilayah Maba. 

Pemerintah telah mencoba membuat program pemukiman untuk suku Togutil agar tidak tertinggal lagi. Namun tidak semua masyarakat Togutil mau menerima program tersebut. Mereka yang mengikuti program relokasi pemerintah disebut sebagai Togutil Dodaga sedangkan yang tetap tinggal di hutan disebut sebagai Togutil Asli.

Sejarah Suku Togutil 

Suku Togutil merupakan suku yang hidup di pedalaman hutan. Sebuah teori mengatakan alasan mengapa mereka lebih memilih hidup terasing. Hal itu bermula ketika para penjajah datang ke Nusantara terutama di Maluku. Kedatangan mereka mengusik Suku Togutil yang pada awalnya merupakan suku yang tinggal di pesisir. 

Pemerintah kolonial menerapkan aturan pajak bagi para pribumi. Suku Togutil tidak mau mengikuti aturan tersebut sehingga mereka bersembunyi di dalam hutan. Mereka kemudian membentuk kelompok dan menetap di dalam hutan tersebut. 

Teori lain mengatakan bahwa Suku Togutil adalah orang-orang Portugis yang datang ke Halmahera dan menyerang warga pribumi. Namun ternyata perang tersebut bukan lah konflik yang mudah dan justru beruntung pajang.

Pada akhirnya bangsa Portugis tersebut kehabisan amunisi dan tak bisa kembali ke negaranya. Mereka kemudian pindah ke Tobelo dan menikah dengan orang-orang pribumi dan mempelajari bahasa mereka agar tidak ketahuan bahwa mereka adalah bangsa Portugis.

Karakteristik Suku Togutil 

Suku Togutil memiliki ciri fisik seperti orang-orang Melayu pada umumnya namun ada sedikit perbedaan. Tubuh mereka relatif lebih tinggi dan warna kulit lebih cerah. Bola mata mereka umumnya berwarna terang seperti coklat. Hal itu lah yang menguatkan teori bahwa suku Togutil merupakan bangsa Portugis yang berbaur dengan pribumi. 

Kepercayaan Suku Togutil

Berdasarkan riset pada tahun 1996 oleh Martodirdjo kepercayaan asli orang-orang Togutil adalah percaya pada roh leluhur. Mereka meyakini adanya kekuatan tertinggi yang disebut sebagai jou ma dutu. Sedangkan kekuatan yang dipercaya sebagai pemilik alam semesta disebut sebagai o-gikiri moi. 

Setelah mendapat program relokasi dari pemerintah masyarakat Togutil mulai mengenal agama seperti Kristen Protestan dan Islam. Sebagian besar mereka memilih agama Kristen Protestan. Sementara itu Togutil asli masih mempertahankan kepercayaan leluhur mereka. 

Sistem Kekerabatan 

Orang-orang Togutil hidup secara berkelompok dengan anggota keluarga orang tua, anak, keponakan, dan saudara lainnya. Suku Togutil menganut paham patriarki yakni wanita akan mengikuti suaminya setelah menikah. 

Dalam satu kelompok biasanya terdiri dari beberapa keluarga dan paling banyak 10 kepala keluarga. Meski berada dalam satu kelompok yang sama namun mereka umumnya akan tinggal di rumah yang berbeda. Dalam satu kelompok tersebut akan dipimpin oleh satu orang yang akan dijadikan sebagai panutan anggota kelompoknya. Pemimpin tersebut biasanya dipilih yang paling pandai dalam berburu dan mengobati. 

Bahasa Suku Togutil 

Bahasa adalah sarana komunikasi antar masyarakat untuk menyampaikan pesan dan mengungkapkan ekspresi. Orang-orang dari suku Togutil berbicara dalam bahasa yang  serumpun dengan bahasa suku Tobelo. Mereka menggunakan bahasa Tobelo Boeng dan bahasa Modole. Orang Togutil yang tinggal di pesisir memiliki bahasa yang sama dengan bahasa Tobelo. 

Rumah Adat Suku Togutil 

Tidak ada nama khusu untuk menyebut rumah tradisional suku Togutil. Rumah adat Suku Togutil berbentuk rumah panggung dan terbuat dari bahan-bahan alami. Rumah ini biasanya berukuran 3x4x1 meter dan dihuni oleh dua keluarga. 

Rumah panggung suku Togutil tidak memiliki sekat bahkan tembok. Pada bagian bawah rumah terdapat ruang kosong yang dimanfaatkan sebagai tempat perapian. Rumah yang sederhana ini memudahkan mereka untuk berpindah-pindah tempat mengingat mereka adalah suku nomaden. 

Pakaian Adat Suku Togutil 

Pakaian orang-orang Togutil asli atau yang masih menetap di dalam hutan hanya mengenakan kain yang dibentuk seperti cawat. Pakaian tersebut terbuat dari kulit pohon Torkowe yang dikeringkan dan dihaluskan.

Menurut penelitian pakaian tradisional Togutil tidak akan rusak selama satu tahun. Sedangkan Togutil yang menerima modernisasi sudah mulai mengenakan pakaian seperti orang-orang pada umumnya. 

Mata Pencaharian Suku Togutil 

Suku Togutil sangat bergantung pada kondisi lingkungan alam. Mereka bertahan hidup dengan cara bercocok tanam. Tanaman yang mereka tanam adalah umbi-umbian dan buah-buahan. Selain itu mereka juga berburu binatang liar. 

Namun ada pula sebagian dari mereka yang belum mengerti cara bercocok tanam. Sehingga untuk bertahan hidup selain berburu mereka mengumpulkan hasil hutan seperti sagu. Apabila persediaan makanan sudah habis  maka mereka akan berpindah tempat. 

Kebudayaan Suku Togutil 

Meskipun memiliki kepercayaan asli yakni kepada roh leluhur namun suku Togutil tidak memiliki upacara atau ritual khusus. Adat kebiasaan yang umum dilakukan adalah acara makan bersama dengan kelompok lainnya. Acara tersebut tidak terkait dengan waktu tertentu artinya bisa diadakan kapan saja. 

Biasanya ketika akan mengadakan acara makan bersama tersebut pihak tuan rumah akan bertanya apa makanan kesukaan mereka. Makanan tersebut akan disiapkan pada saat acara berlangsung. Aturan adat lainnya yang diterapkan suku Togutil adalah aturan Buko yakni larangan untuk tidak mengambil tanaman tertentu di wilayah tertentu. 

Biasanya tanaman tersebut akan diberi tanda kain merah, atau miniatur rumah berukuran 50 cm x 50 cm. Tidak ada hukuman untuk orang yang melanggar aturan ini. Namun mereka tetap mematuhi peraturan ini karena percaya apabila melanggar maka akan terjadi hal buruk.