Daftar isi
Perkembangan sastra di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh bangsa-bangsa yang pernah datang ke Indonesia. Sastra Indonesia ada beragam jenisnya dan dikelompokkan ke dalam dua jenis yakni puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat dengan aturan-aturan baku dalam pembuatannya. Ada beberapa jenis puisi lama yang terkenal di Indonesia antara lain, pantun, syair, gurindam, mantra, karmina, seloka, dan juga talibun.
Pada kesempatan kali ini akan membahas salah satu jenis puisi lama yang juga populer di Indonesia, yakni talibun. Mari disimak penjelasannya di bawah ini!
Talibun adalah salah satu bentuk puisi lama yang sepintas terlihat seperti pantun, hal ini dikarenakan talibun mempunyai sampiran dan isi. Namun yang membedakan antara talibun dan pantun yakni jumlah barisnya.
Jumlah baris yang dimiliki talibun lebih dari 4 baris dan umumnya terdapat baris genap seperti 6 baris, 8 baris, dan 10 baris. Talibun dengan 8 baris merupakan jenis yang paling banyak dan paling populer.
Adapun ciri-ciri dari talibun antara lain:
Teknik pembuatan talibun tidak berbeda dengan pembuatan pantun yang pada umumnya terdiri atas sampiran dan isi serta mempunyai rima akhir terpola. Namun ada hal yang membuat talibun berbeda dengan pantun yakni terletak pada jumlah sampiran dan isi yang bergantung pada jumlah baris.
Sebagai contoh, apabila jumlah baris pada sebuah talibun sebanyak 6 baris, maka 3 baris di awal adalah sampiran dan 3 baris akhir merupakan isi. Sedangkan untuk rima tergantung juga dengan jumlah baris, seperti contoh apabila jumlah baris pada talibun sebanyak 8 baris maka pola rimanya menjadi a-b-c-d-a-b-c-d.
Anak kecil belajar menari
Jatuh berkali-kali tak mengapa
Karena pasti selalu bangun
Sedih rasanya hatiku ini
Melihat kau berjalan dengannya
Bersuka cita bergandeng tangan
Lagu laga bunyi pedati
pedati hendak pergi ke Padang
genta kerbau berbunyi juga
walau sepiring dapat pagi
atau sepiring dapat petang
kampung halaman teringat juga
Kapal pesiar gagal berlayar
Kerana hujan beserta badai
Petir pun tak ingin kalah bersaing
Baiknya kita rajin belajar
Agar cita tetap tercapai
tuk masa depan yang gemilang
Mencari udang memakai jala
Udang sirna tak tahu kemana
Meninggalkan harap di ujung usaha
Tiada hari tanpa duka merana
Kelak engkau di masa tua
Jika tak manfaatkan masa muda
Jalan-jalan ke kota jeddah
Siggah dahulu membeli buah kurma
Buah kurma dibungkus kulitnya
Dibungkus dengan pantun jenaka
Hidup di dunia hendaknya beribadah
Menjalankan perintah agama
Menjauhi larangannya
Agar mendapat surga tak masuk neraka
Menangkap harimau menggunakan parang
Harimau mati tanda tak perkasa
Meniggalkan belang dan cakar permata
Untuk dipersembahkan kepada baginda
Kakanda berlayar ke negeri seberang
Hendak mencari harta dan kuasa
Meniggalkan adinda dengan penuh air mata
Lekaslah pulang kembali ke pelukan adinda
Hujan di bulan selalu bergelimang
Jatuh ke bumi menciptakan genangan
Genangan di jalan sungguh membuat kelam
Jalanan kelam tak bersiring
Tak bersiring menciptakan kehancuran
Melihat kebahagian nampak hilang
Yang tinggal kini hanyalah kenangan
Janganlah kau menangis sehari semalam
Janganlah kau bersedih hingga mata kering
Karena ada aku yang memberikan kebahagiaan
Ketoprak itu dari Jakarta
Panggelong dari tanah Tarutung
Dua-duanya enak sekali
Cocok dimakan saat kau lapar
Baik di pagi maupun malam
Si Bawang Merah jahat wataknya
Sama seperti sang Ibu kandung
Mereka siksa tiada henti
Si Bawang putih yang slalu sabar
Dan tidak pernah menaruh dendam
Berjalan-jalan ke Surabaya
bersama dengan kekasih hati
Di sana lihat Tugu Pahlawan
Yang sangat indah di waktu malam
Membuat kagum ini bertumbuh
Senja pun kini telah tiada
Malam pun akan hadir di sini
Membawa bintang dan juga bulan
Membawa dinginnya angin malam
Yang menusuki kulit di tubuh
Bangun tidur langsung lari pagi
Lari pagi di jalanan desa yang sepi
Dekat sawah yang banyak petani
Udaranya segar hawanya asri
Suara burung berkicau dan berseri
Suasananya masih nyaman sekali
Ketika semua temanmu sudah pergi
Dan tak ada yang mau kembali
Janganlah kau muram bersedih
Ingatlah jika kau tidak sendiri
Ada keluarga di rumah yang menanti
Yang akan selalu ada sampai nanti