Seni

Tari Perang: Makna – Gerakan dan Pola Lantai

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kekayaan budaya, tradisi, serta alam dari daerah Timur Indonesia sudah tidak dapat diragukan lagi, salah satunya dari daerah Papua. Mulai dari bahasa, makanan khas, alat musik, rumah adat, pakaian adat, termasuk tariannya.

Tari perang Papua adalah salah satu tari perang yang terkenal di Indonesia. Tarian ini biasanya dilakukan oleh laki-laki dengan cara berkelompok dengan jumlah setidaknya tujuh orang pada saat sore hingga menjelang malam hari di sebah lapangan.

Makna Tari Perang

Masyarakat Papua memaknai tari perang lebih dari sekadar gerakan tubuh dalam sebuah tarian, tetapi tari perang dapat dimaknai sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala hal yang sudah mereka miliki saat ini.

Akan tetapi, mulanya tari perang ini memang memiliki makna sebagai bentuk upaya pemantik semangat bagi para prajurit yang akan berperang sehingga menggambarkan kegagahan, keberanian, serta jiwa kepahlawanan.

Seiring berjalannya waktu, ketika sudah tidak banyak lagi peperangan, tarian ini digunakan sebagai pertunjukkan atau tarian penyambutan yang menunjukkan penghormatan kepada leluhur yang sudah menjadi pahlawan untuk mempertahankan tanah air.

Selain itu, saat ini tari perang juga banyak digunakan untuk memperkenalkan budaya Indonesia lebih luas dengan penampilan di berbagai acara serta menjadi daya tarik bagi wisatawan di daerah Papua baik dari dalam negeri maupun luar negeri

Sejarah Tari Perang

Tari perang yang dibahas kali ini berasal dari daerah Papua, lebih tepatnya di Papua Barat. Awalnya, pada zaman dahulu tarian ini dilakukan oleh masyarakat Papua sebelum menuju tempat peperangan.

Hal tersebut dikarenakan pada masa itu perang antarsuku sering terjadi dan masyarakat Papua terlibat dalam peperangan tersebut sehingga mereka membutuhkan cara untuk meningkatkan semangat serta keberanian prajurit yang akan berperang.

Sebuah catatan sejarah memang menyebutkan pernah ada perang, seperti perang suku di Sentani pada saat itu dan menjadi bukti nyata awal mula munculnya tari perang ini.

Gerakan Tari Perang

Sesuai dengan namanya, tari perang memang menggambarkan kobaran semangat sehingga gerakan-gerakannya pun dilakukan dengan penuh energi. Oleh sebab itu, gerakan tari perang didominasi oleh berlari dan menyerang sambil membawa panah serta tombak.

Terdapat tiga skenario peran dalam tari perang, yakni sekelompok orang yang menjadi musuh, sekelompok orang yang menjadi pasukan perang, serta ketua suku. Ketua suku berperan memberi perintah untuk memulai tarian.

Setelah itu, dilakukanlah berbagai gerakan, seperti kaki menyilang serta mengayun ke depan. Sementara pada bagian tangan, terdapat gerakan memainkan panah dengan tangan kanan membawa anak panah dan tangan kiri memegang busurnya.

Pola Lantai Tari Perang

Pada dasarnya tari perang dilakukan dengan pola lantai garis lurus. Akan tetapi, ada berbagai varian gerakan juga sehingga tidak selalu dengan garis lurus karena menyesuaikan bagian koreografi yang sedang dilakukan.

Properti Tari Perang

Properti utama yang digunakan dalam tari perang merupakan busur serta anak panah atau dapat juga menggunakan tombak sebagai senjata. Penggunaan kedua senjata tersebut berdasarkan cara berperang masyarakat Papua saat itu.

Musik Iringan Tari Perang

Seperti tarian pada umumnya, tari perang juga memiliki musing pengiring. Tari perang diiringi oleh tabuhan tifa, yakni alat musik pukul khas dari Papua serta alunan musik tiup dari kerang dengan irama yang membakar semangat.

Tidak hanya itu, lantunan lagu dan sorakan penari juga menambah harmonisasi dari iringan tari perang sehingga semakin meningkatkan suasana seperti berada dalam kemenangan di medan perang.

Busana dan Tata Rias Tari Perang

Dilansir dari situs Kemenparekraf, busana yang digunakan dalam tari perang memiliki kekhasan dari tarian-tarian lain d Indonesia, yakni menggunakan akar serta daun-daun untuk dijadikan kostum yang menyerupai rok rok. 

Selain itu, penari juga memakai aksesoris ikat kepala khas Papua yang unik karena terlihat sangat menonjol, kalung dari gabungan manik-manik, serta gelang yang dibuat dari bulu-bulu. Tidak hanya itu, terdapat pula semacam gelang kaki yang terbuat dari bulu.

Sebagai tata riasnya, pada bagian tubuh penari, terutama pada bagian wajah, dada, lengan, punggung, serta kaki digambar menggunakan cat berwarna putih atau hitam dengan pola motif khas dari Papua yang sangat menarik perhatian. 

Khusus bagi orang yang berperan sebagai kepala suku, ia akan mengenakan aksesoris yang sekilas terlihat seperti taring babi di bagian hidung yang mengarah ke atas. Taring tersebut digunakan untuk membedakan peran dalam tarian ini.

Keunikan Tari Perang

Walaupun namanya cukup sederhana, tetapi tari perang juga memiliki beberapa keunikan. Pertama, kostum serta aksesoris yang digunakan cukup mencolok terutama pada bagian kepala, rok, serta gambar motif pada tubuh.

Demikianlah penjelasan terkait tari perang asal Papua, yakni mengenai makna, sejarah, gerakan, pola lantai, properti, musik pengiring, busana dan tata rias, serta keunikan yang dimiliki oleh tari perang.

Kesimpulannya, tari perang dimaknai masyarakat papua sebagai bentuk rasa syukur pada Pencipta serta penghormatan pada para leluhur. Munculnya tarian ini diawali oleh banyaknya peperangan yang terjadi di zaman dahulu sehingga memerlukan dorongan semangat.

Dikarenakan fungsinya tadi, tarian ini menggunakan gerakan yang berenergi serta bervariasi dengan adanya tiga peran berbeda serta properti berupa busur dan anak panah atau tombak. Selain itu, musik yang mengiringi tari perang dibunyikan dengan bersemangat menggunakan tifa serta alat musik tiup.

Untuk mendukung tarian ini, terdapat kostum yang semakin memeriahkan, yakni rok dari akar, hiasan kepala dari bulu burung yang sangat menarik perhatian, serta tidak lupa riasan berupa gambar motif dari cat putih di beberapa bagian tubuh.

Terlepas dari banyaknya tari perang di Indonesia, tari perang asal papua ini tetap memiliki keunikannya tersendiri berupa suara-suara yang dikeluarkan oleh penari serta ritual yang dilakukan sebelum menari, yakni meminum darah ayam.