Daftar isi
Seiring perkembangan zaman, kehidupan manusia kian dipermudah dengan berbagai kemunculan teknologi termutahir. Bahkan, tak hanya individu tertentu yang mendapatkan faedah, namun masyarakat secara jamak.
Namun, tahukah kalian bila dari sekian banyak teknologi yang telah diciptakan oleh manusia, ada beberapa teknologi di mana struktur jaringan tumbuhan yang menginspirasinya? Lantas, teknologi apa sajakah yang terinspirasi dari tumbuhan? Makin kita cari tahu di bawah ini.
1. Panel Surya
Sebagian orang barangkali sudah tak asing saat mendengar frasa panel surya. Akan tetapi, untuk kalian yang belum tahu, panel surya adalah rangkaian alat yang mampu menyerap elektron sinar matahari kemudian mengubahnya menjadi energi listrik.
Nah, proses penyerapan elektron oleh panel surya ini sejatinya diilhami oleh proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan.
Di mana jika pada tumbuhan, klorofil pada daun akan menyerap elektron yang kemudian akan bergerak melalui suatu saluran. Lalu elektron ini akan membuat proton atau partikel bermuatan positif ikut bergerak menuju senyawa enzim yang bertugas menghasilkan energi kimia berupa ATP dan NADPH. Akhirnya ATP dan NADPH inilah yang akan dipakai untuk mengubah karbon dioksida menjadi glukosa bagi tumbuhan.
2. Sensor Cahaya pada Lampu Jalan
Pernahkah kalian mengamati lampu-lampu di jalan raya? Jika iya, apakah kalian menyadari jika lampu-lampu tersebut dapat menyala dan mati secara otomatis tanpa bantuan manusia? Sangat canggih bukan?
Kecanggihan lampu jalanan yang dapat menyala dan mati secara mandiri itu terjadi karena adanya fotoresistor atau LDR (light-dependent resistor). Fotoresistor sendiri merupakan suatu hambatan listrik yang bereaksi pada cahaya.
Di mana hambatan listriknya akan berkurang jika mendeteksi adanya cahaya, sehingga listrik akan mengalir menuju sakelar yang memang sudah disetel menyala lalu mematikannya. Dan dengan itu, maka aliran listrik utama akan mati secara otomasis, sehingga lampu jalan pun ikut mati. Itulah mengapa saat pagi menjelang dan hari mulai terang lampu jalanan akan mati.
Sebaliknya, ketiadaan cahaya pada malam hari akan membuat foresistor menghambat aliran listrik menuju saklar. Sehingga ketiadaan aliran listrik ini membuat saklar yang memang sudah diatur dalam mode on akan tetap menyala. Dan lampu jalanan pun otomatis akan bersinar.
3. Lapisan Pelindung dan Pengilap
Belakangan ini, jaminan tahan air atau anti air menjadi salah satu faktor yang sangat diperhitungkan oleh konsumen. Oleh karena itu para produsen kian kreatif menciptakan produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen ini. Seperti perabotan yang tahan air, bahkan cat put kini memiliki lapisan tahan air.
Namun, tahukah kalian bila para peneliti atau ilmuan yang mengembangkan mekanisme tahan air tersebut terinspirasi dari tumbuhan?
Jika kalian pernah melihat daun teratai atau daun talas, kalian pasti tahu bila daun-daun tersebut tak pernah basah saat ditetesi air. Dan hal inilah yang mengilhami terciptanya teknologi anti air.
Alasan mengapa daun teratai atau daun talas bisa tetap kering saat terkena air adalah karena adanya lapisan kutikula yang meliputi kedua permukaan daun tersebut. Kutikula sendiri tersusun dari polimer hidrokarbon serta senyawa lipid yang berupa lilin, yang mana keduanya memiliki sifat hidrofobik (tidak suka air).
Selain itu, lapisan lilin juga dapat mencegah debu atau kotoran untuk menempel. Sehingga daun talas dan teratai pun tetap bersih dan kering.
4. Alat Pemurni Air (Filter)
Pada sungai, danau, atau bendungan air, biasanya kita akan menemui keluarga eceng gondok. Tumbuhan yang sering dianggap mengganggu ini, ternyata mengilhami para ilmuan dalam menciptakan filter atau pemurni air.
Hal tersebut terjadi karena pada akar serabut eceng gondong terdapat saluran-saluran kecil yang mempunyai lubang-lubang dengan beragam ukuran serta daya tarik. Salah satu dari saluran tersebut bernama aquaporin, yang mana hanya bisa dilalui air saja, tidak dengan partikel lain yang mungkin mencemari air. Dan aquaporin inilah tepatnya yang mengilhami hadirnya filter air.