Geografi

Teori Apungan Benua: Pengertian, Bukti dan Dampaknya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
Teori Apungan Benua

Planet bumi hingga saat ini merupakan satu-satunya planet yang diketahui bisa dihuni oleh makhluk hidup.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, keberadaan bumi sudah sangat lama. Saat ini usia bumi sudah mencapai milyaran tahun. Yakni 4.543 milyar tahun.

Permukaan planet bumi terdiri dari daratan dan lautan atau disebut juga samudra. Bagian daratan bumi, kini terdiri dari tujuh benua yaitu Benua Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Afrika, Australia, Antartika, dan Eropa. Sedangkan lautannya terbentang lima samudra, yang kita sebut Samudra Pasifik, Atlantik, Hindia, Arktik, dan Antartika. 

Melihat struktur permukaan bumi yang sekarang terdiri dari benua-benua yang dikelilingi oleh samudra tersebut, menarik perhatian para ilmuwan sejak dulu untuk mengetahui bagaimana terbentuknya permukaan bumi. Banyak teori pembentukan permukaan bumi yang dikemukakan oleh para ilmuwan sejak berabad-abad yang lalu. Salah satu teori yang cukup terkenal adalah Teori Apungan Benua.

Apa Itu Teori Apungan Benua?

Teori Apungan Benua merupakan suatu teori tentang pergerakan benua. Benua-benua yang ada di permukaan bumi ini tidak statis, melainkan terus bergerak. Namun, gerakannya sangat lambat, sehingga manusia tidak meyadari pergeserannya.

Menurut teori ini, awalnya di bumi hanya ada satu benua besar yang disebut Pangea. Pangea dikelilingi oleh Panthalassa. Dalam Bahasa Yunani kuno Pangea berarti keseluruhan daratan, dan Panthalassa artinya seluruh lautan. Dalam kurun waktu ratusan juta tahun, Pangea terpecah. Namun, tidak langsung menjadi seperti saat ini. Terbentuknya permukaan bumi seperti yang kita jumpai sekarang terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama, dan mengalami berbagai tahapan pemisahan benua yang awalnya dari Pangea tersebut.

Sejarah Teori Apungan Benua

Sejarah Teori Apungan Benua bermula pada tahun 1556 oleh Abraham Ortelius yang melakukan pengamatan terhadap bentuk benua-benua . Bentuk benua-benua di permukaan bumi menurutnya menyerupai potongan-potongan puzzel. Hingga menimbulkan pertanyaan, mungkinkah pada zaman dahulu benua-benua itu menyatu membentuk daratan yang besar? Ini mendapat dukungan dari beberapa ilmuwan lain yang berpendapat sama. 

Pada tahun 1620, pertama kalinya Sir Francis Bacon mengemukakan teori terpisahnya daratan Pangea. Tahun 1756 ada Christoph Lilienthal. Lalu Alexander von Humboldt tahun 1801 dan 1845. Kemudian dikembangkan oleh Antonio Snider Pellegrini pada tahun 1858 dalam bukunya yang berjudul Creation and It’s Mysteries Revealed. Selanjutnya di tahun 1885, seorang ahli Geologi asal Austria bernama Edward Suess mengembangkan teori ini lagi dalam buku The Face of the Earth.

Pada tahun 1889 Alfred Russel Wallace menyatakan bahwa pemukaan bumi memang dinamis dan berubah seiring berjalannya waktu. Tahun 1910 muncul Frank Taylor, ahli geologi Amerika Serikat, melanjutkan kembali teori ini, dan Alfred L Wegener yang menyempurnakannya. 

Prof. Dr. Alfred L Wegener

Teori Apungan Benua atau Continental Drift Theory diperkenalkan oleh Alfred Lothar Wegener pada tahun 1912. Ahli meteorologi dan geofisika dari Jerman itu menuangkan hipotesanya dalam sebuah buku yang berjudul The Origin of Continent and Oceans. Teori dari hasil riset A L Wegener inilah yang paling dipercayai banyak orang. 

Jenis-Jenis Teori Apungan Benua

Jenis-jenis penjelasan yang mendukung Teori Apungan Benua adalah sebagai berikut:

1. Kesamaan Jenis Fosil

Ditemukannya fosil purba yang berupa Cynognathus di daratan Amerika Selatan, dan ditemukan juga di daratan Afrika. Cynognathus adalah reptil purba yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu. 

Fosil lain yang juga sama-sama ditemukan di daratan Amerika Selatan dan di daratan Afrika adalah fosil binatang Mesosaurus. Reptil yang hidup 260 juta tahun lalu.

Lalu di daratan India, Afrika, dan Antartika ditemukan fosil Lystrosaurus. Reptil ini hidup 240 juta tahun yang lalu.

Melihat permukaan bumi saat ini, mustahil reptil dapat berenang mengarungi samudra untuk menyeberang dari Benua Amerika Selatan ke Benua Afrika atau sebaliknya.

Selain ditemukannya jenis-jenis fosil binatang, di daratan Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika ditemukan juga fosil tanaman yang diperkirakan tumbuh 260 juta tahun lalu. Yaitu fosil tanaman Clossopteris.

2. Kesamaan Jenis Iklim Purba

Ditemukannya batuan yang mengandung deposit batu bara di daratan Antartika. Batu bara merupakan hasil penimbunan dan kompaksi dari sisa tanaman hutan tropis selama jutaan tahun. Dapat disimpulkan bahwa, Antartika pada zaman dahulu pernah mengalami iklim tropis. Kemungkinan, pada zaman glasial di Antartika terdapat hutan tropis.

Jika melihat posisi Benua Antartika sekarang yang berada di daerah kutub, tidak mungkin di sana ada hutan tropis. Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa dulunya daratan Antartika berada lebih dekat dengan garis ekuator. Perkiraannya menyatu dengan daratan India yang memang beriklim tropis. 

Tahapan-Tahapan Teori Apungan Benua

Berikut adalah tahapan-tahapan pergeseran benua yang dijelaskan oleh A L Wegener dalam bukunya:

  1. Benua Pangea adalah benua pertama yang ada di muka bumi. Di mana pada saat itu, sekitar 225 juta tahun yang lalu, seluruh daratan di bumi menyatu sambung menyambung membentuk benua raksasa. Benua terdiri dari unsur batuan sial pada daratan dan batuan sima pada lautan. Batuan ini terdiri dari berlapis-lapis dan dengan massa jenis yang lebih berat.
  2. Kemudian pada 150 juta tahun yang lalu, benua besar Pangea ini terpisah menjadi dua benua, yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurasia berada di atas garis ekuator, sedangkan Gondwana berada di bawah garis ekuator. Kedua benua tersebut dipisahkan oleh jalur laut sempit yang disebut laut Thetys. Pecahnya Benua Pangea menajdi dua bagian ini dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik.
  3. Selajutnya, pada 100 juta tahun yang lalu Laurasia dan Gondwana terpecah, masing-masing menjadi beberapa bagian. Laurasia menjadi tiga benua, yaitu Amerika Utara, Eropa dan Asia. Sementara Gondwana menjadi lima benua, yakni Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia.
  4. Tahapan terakhir perubahan permukaan bumi adalah bumi pada saat ini. Amerika Utara semakin menjauh dari Eropa, Amerika Selatan semakin menjauh dari Afrika, India jadi menyatu dengan Asia, dan Australia semakin menjauh dari Antartika.

Perubahan pada permukaan bumi sejak dari benua rakasa hingga terpecah menjadi beberapa benua seperti sekarang terjadi dalam waktu ratusan juta tahun. Perubahan yang sangat lambat ini dikarenakan pergerakan lempeng tektonik hanya sekitar 16 mm pertahunnya.

Dampak Teori Apungan Benua

Ada dua dampak akibat dari tercetusnya Teori Apungan Benua ini, yaitu:

1. Membuat Munculnya Asumsi Permukaan Bumi Akan Terus Berubah

Sebelumnya manusia mempercayai bahwa benua-benua itu statis, tidak bergerak. Namun, dengan semakin adanya bukti-bukti, perlahan orang percaya bahwa benua-benua akan terus bergerak dan merubah permukaan bumi di masa yang akan datang.

2. Minat Terhadap Penelitian Geofisika Semakin Meninggat, Sehingga Sains Tektonik Semakin Berkembang

Banyak ilmuwan yang melakukan penelitian lebih lanjut atas teori dari A L Wegener ini. Di antaranya Vening Meinez dan Harry Hess. Sehingga semakin memperkuat teori ini.

Dampak Apungan Benua

Selain terdapat dampak dari tercetusnya Teori Apungan Benua, ada pula dampak dari Apungan Benuanya:

1. Terbentuknya Pegunungan-Pegunuangan

Benua-benua yang bergerak bisa menimbulkan tabrakan antar benua/daratan yang akhirnya dapat memunculkan pegunungan-pegunungan. Misalnya, tabrakan dari daratan India dengan sisi daratan Tibet dan China membuat terbentuknya pegunungan Himalaya.

2. Berpengaruh Pada Luas Lautan Atau Samudra

Terus bergeraknya benua-benua juga membuat luas samudra akan berubah. Akan semakin melebar jika benua-benua bergerak saling menjauh. Dan sebaliknya, semakin mengecil jika benua-benua bergerak saling mendekat.

3. Terjadi Perubahan Pada Iklim Global

Iklim dan cuaca dipengaruhi oleh keberadaan daratan serta lautan. Jika daratan bergerak, maka akan berpengaruh pada iklim di wilayah sekitarnya,

Bukti-Bukti Teori Apungan Benua

1. Kecocokan / Kesamaan Garis Pantai

Jika garis pantai timur Amerika Selatan dan garis pantai barat Afrika digabungkan akan terlihat seperti dua potongan puzzel yang menyatu. Membuat anggapan bahwa kedua benua ini dulunya adalah satu daratan yang kemudian terbelah dan bergerak saling menjauh.

2. Kesamaan Persebaran Fosil

Ditemukannya kesamaan fosil diberbagai benua. Seperti yang sudah disampaikan di atas, pada pembahasan jenis-jenis Teori Apungan Benua. Ini menambah kekuatan pendapat A L Wegener bahwa dahulu seluruh daratan adalah menyatu membentuk benua besar Pangea.

3. Kesamaan Jenis Batuan

Adanya kesamaan tipe dan jenis batuan di beberapa benua yang terpisah, menujukan bahwa benua-benua tersebut pernah bersatu.

Contoh, adanya gugusan pegunungan yang susunan batuannya sama di jalur pegunungan Appalachia di bagian timur Benua Amerika Utara. Batuan yang sama ditemukan di kepulauan Inggris dan Skandinavia. Pegunungan tersebut jika disatukan akan membentuk satu jalur pegunungan yang menyambung.

4. Paleo Climatic / Iklim Purba

Saat gletser bergerak di atas permukaan bumi, maka akan meninggalkan goresan pada batuan-batuan yang dilaluinya. Adanya penyebaran deposit glasial yang terjadi pada 220-300 juta tahun yang lalu, dan ditemukan pada batuan di bagian selatan Amerika Selatan, Afrika Selatan, India, dan Australia. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut dahulunya tertutup lapisan es, sebagaimana Antartika saat ini. Jadi, wilayah-wilayah tersebut pada saat itu beriklim sama.

Hipotesis Alfred L Wegener tentang Teori Apungan Benua baru mendapatkan pengakuan pada tahun 1960-an, ketika para geologis menemukan bukti pemekaran dasar samudra di tengah Atlantik. Yang ternyata benar, benua-benua dipermukaan bumi dahulu memang pernah menyatu.