Daftar isi
Perlu kita ketahui bahwa dalam pembelajaran terdapat proses yang kompleks dengan berbagai tujuan dan target yang hendak dicapai. Oleh karenanya, kita tidak boleh menganggap remeh proses pembelajaran, terutama mengingat harus tercapainya target – target oleh para peserta didik.
Tak jarang dalam prosesnya, pembelajaran menemukan banyak hambatan dan rintangan. Maka, diperlukan sebuah teori agar masalah tersebut dapat teruraikan dan terselesaikan, salah satunya dengan teori Gestalt. Teori tersebut dianggap efektif dan efisien untuk proses pembelajaran.
Kali ini kami akan membahas mengenai Teori Gestalt secara lebih rinci. Mari kita simak pembahasan berikut ini.
Teori Gestalt merupakan sebuah pandangan mengenai pembelajaran bahwa hal ini tidak hanya melulu tentang rangsangan dan respon, akan tetapi berkaitan dengan pemahaman mengenai sebuah permasalahan untuk dapat menarik sebuah kesimpulan yang baru dengan wawasan yang lebih luas.
Adapun beberapa teori yang dicetuskan oleh para ahli dengan hukum – hukum yang berlaku dan berjalan di dalamnya seperti hukum ketertutupan dan juga hukum kesamaan. Prinsip dari teori pembelajaran pada umumnya tidak pernah lepas dengan wawasan dan pemahaman, pengalaman dan organisasi, serta keberhasilan dari pembelajaran itu sendiri terhadap minat para peserta didik.
Dalam teori Gestalt, terdapat hukum yang mengatur dan menjelaskan mengenai sebuah pemahaman antara lain Hukum Pragnaz, Hukum Kesamaan, Hukum Keterdekatan, Hukum Ketertutupan, dan Hukum Kontinyuitas. Berikut penjelasannya.
Hukum ini mengacu pada sebuah kejelasan bahwa psikologis dalam organisasi biasanya lebih mengarah pada sebuah keadaan atau situasi yang penuh arti, makna, maupun kejelasan (pragnaz).
Contohnya saja jika ada seseorang yang mengamati sebuah objek. Orang yang mengamati tersebut akan mendapatkan sebuah arti dan kesan – kesan tertentu dari objek yang diamatinya baik bentuk, warna, ukuran, panjang, dan lain sebagainya.
Adapun hukum ini juga menunjukkan mengenai arah pada segala kejadian yakni pada hukum Pragnaz itu sendiri mengenai situasi kondisi yang seimbang dan menunjukkan Gestalt yang baik. Yang mana Gestalt yang baik menuntut adanya sifat baik keturunan, kesederhanaan, kestabilan, hingga simetri yang seimbang.
Antara satu dan lain hal, masing – masing individunya harus memiliki sifat yang dinamis agar keadaan Pragnaz dapat terwujud dan seimbang. Sedangkan keadaan problematis akan menimbulkan keadaan yang tak Pragnaz.
Dengan kata lain, situasi dan kondisi yang tidak stabil, tidak seimbang, tidak sederhana, dan tidak simetri akan menemukan pemecahan masalah dengan mengubahnya ke dalam struktur medan yang dapat mengarahkan dan membawa hal yang problematis ke dalam sifat Pragnaz.
Hal – hal yang memiliki kesamaan biasanya cenderung mengarah dan membentuk Gestalt. Terutama jika ada sebuah rangsangan pengamatan dan penglihatan. Pada umumnya orang akan lebih mengamati dan melihat pada deretan yang mendatar yang menjadi kesatuan Gestalt.
Hukum keterdekatan ini menyatakan bahwa hal yang saling berdekatan biasanya mengarah pada pembentukan kesatuan, dengan kata lain Gestalt. Misalnya saja garis – garis seperti a-b, c-d, e-f akan diamati dan terlihat sebagai kesatuan maupun Gestalt.
Hukum ketertutupan ini menganggap bahwa semua hal yang tertutup atau dalam lingkup tertutup biasanya cenderung membentuk sebuah kesatuan atau Gestalt. Yang mana hal tersebut akan bergerombol dan menjadi satu.
Hukum kontinyuitas ini mengacu pada hal – hal yang bersifat kontinyu dan saling berkesinambungan dan membentuk kontinyuitas yang baik sehingga dihasilkan tendensi sebagai pembentuk kesatuan atau Gestalt itu sendiri.
Di samping beberapa hukum di atas, adapun sebuah teori yang mangatakan bahwa dengan pembelajaran Gestalt ini seseorang akan mendapat sebuah insight.
Insight tersebut akan diperoleh ketika seseorang dapat membaca sebuah hubungan yang di dalamnya terdapat berbagai macam unsur dalam sebuah situasi tertentu. Insight inilah yang nantinya akan membantu memecahkan sebuah masalah dan maupun persoalan yang merupakan inti dari ‘belajar’.
Adapun enam prinsip teori Gestalt yang perlu kita ketahui antara lain sebagai berikut :
Prinsip yang pertama lebih mengarah pada elemen maupun sebuah objek yang berada di dalam sebuah slide yang nyata secara fisik dan saling berdekatan dan menjadi bagian dari sebuah grup.
Prinsip ini dapat diumpamakan sebagai titik – titik yang membentuk grup. Kemudian masing – masing grup berdekatan satu sama lain. Biasanya prinsip proximity diterapkan dalam sebuah visualisasi data serta meletakkandata pada Gestalt.
Prinsip Gestalt yang kedua yakni merupakan objek atau sebuah elemen dengan bentuk, warna, ukuran, hingga orientasi yang serupa dan dianggap saling berkaitan sehingga membentuk sebuah kelompok atau kesatuan.
Sama halnya dengan prinsip sebelumnya, dengan prinsip similarity kita juga dapat meletakkan label data pada Gestalt yang terbentuk sehingga memberikan kesan isyarat visual kepada para audiens.
Pada prinsip enclosure, orang akan menganggap sebuah elemen atau objek yang nyata secara fisik akan terlingkupi bersama – sama adalah bagian dari sebuah grup. Akan tetapi, tidak perlu melingkupi yang lebih kuat, melainkan hanya menggunakan bayangan halus atau kotak saja sudah cukup.
Dalam memanfaatkan prinsip ini, kita perlu menggambar perbedaan visual yang ada di dalam sebuah data yang kita sajikan misalnya dengan menunjukkan sebuah daerah bayangan dengan warna yang berbeda agar dapat menunjukkan adanya pemisahan data.
Penggunaan bayangan inilah yang nantinya dapat membantu audien agar dapat memahami informasi yang disampaikan dengan mudah. Oleh karena itu, penggunaan visualisasi data dianggap dapat menyampaikan pada para audien bahwa untuk mengatasi sebuah perbedaan harus melakukan hal tersebut.
Prinsip yang keempat ini menyatakan bahwa seseorang lebih menyukai sesuatu tyang sederhana dan sesuai dengan kontruksi yang sebelumnya sudah ada di kepala atau pikiran mereka masing – masing.
Oleh karena itu, biasanya orang lebih menganggap bahwa sekumpulan elemen yang berupa individu tersebut merupakan elemen tunggal yang telah dikenalnya saat ada elemen yang hilang atau tertutup.
Misalnya sebuah titik yang membentuk lingkaran. Orang pertama kali akan menganggap bahwa itu adalah lingkaran, bukan sebuah individu yang berkumpul dan membentuk sebuah lingkaran. Biasanya prinsip ini diaplikasikan menjadi sebuah chart atau diagram pada Excel.
Prinsip yang kelima memiliki kesamaan dengan prinsip sebelumnya yakni closure. Jika kita sedang melihat sebuah elemen maupun objek, kita akan memilih untuk mencari lintasan yang lebih halus serta secara alami akan menciptakan kontinyuitas secara eksplisit tidak terlihat.
Prinsip koneksi ini biasanya mengacu pada pemikiran bahwa elemen maupun objek yang saling terhubung satu sama lain secara fisik sehingga menjadi bagian dari sebuah kelompok dengan nilai asosiatif yang lebih kuat ditunjukkan dengan warna, ukuran, hingga bentuk yang berbeda dari yang lainnya.
Dalam segala hal, pasti terdapat kelebihan dan kekurangan begitu juga dengan teori ini. Kita perlu memahami kelebihan dan kekurangan dari teori Gestal supaya dapat mendapatkan hal positif di dalamnya serta memilah dan memperbaiki hal negatif yang dapat timbul dalam menggunakan teori tersebut.
Kelebihan Teori Gestalt
Kekurangan Teori Gestalt
Teori pembelajaran yang ada saat ini berasal dari ketidakpuasan karakter terhadap teori yang sebelumnya telah ditemukan. Respon kehidupan dan juga stimulus yang didapat dari teori Gestalt ini mengajak manusia untuk tidak hanya terpaku pada sebuah ransangan dan memberikan respon saja.
Manusia diharapkan dapat melakukan lebih dari itu karena pasti kita dapat mengambil sebuah keputusan dan langkah yang lebih bijaksana untuk menghadapi berbagai macam hal dan situasi. Manusia dapat menarik pemahaman terkait dengan banyak hal, terutama berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
Adapun beberapa konsep Teori Gestalt yang perlu kita pahami dalam menerapkannya, antara lain sebagai berikut :
Mengingat pada kurikulum pembelajaran 2013 sangat mengutamakan peserta didik untul selalu mengingat ilmu yang diterimanya. Untuk dapat menjadi lebih dekat dengan pembelajaran yakni dengan menemukan ilmu itu sendiri.
Pembelajaran dengan dasar sebuah permasalahan menunjuk para peserta didik untuk dapat memahami dan menyelesaikan masalah dan menjadi lebih dekat, salah satunya dengan problem based learning yang menjadi salah satu teori Gestalt.
Dengan memecahkan masalah, peserta didik dapat menyimpulkan suatu ilmu dan berpotensi untuk dapat lebih mengingat konsep materi pembelajaran. Peserta didik dapat memahami bagaimana cara menemukan serta menanamnya dalam ingatan menjadi sebuah pemahan dan bukan hanya informasi belaka yang diberikan satu arah yakni guru.
Selain itu, para peserta didik biasanya diajak untuk mengingat kembali pengalaman yang pernah terjadi dan menghubungkannya dengan ilmu yang didapatkannya. Misalnya saja panas dapat merambat melalui benda padat, terutama logam.
Kemudian memberinya contoh dengan meletakkan sendok logam pada di dalam air mendidih, maka seiring berjalannya waktu sendok itu juga akan memanas. Dengan begitu para peserta didik akan lebih memahami dan mengingatnya dibanding dengan membaca buku saja atau menghafalkan dari teori tertulis.
Adapun dua tokoh dalam teori Gestalt yang perlu kita ketahui yakni Max Wertheimer dan Wolfgang Kohler.
Max Wertheimer merupakan seorang ilmuwan yang mendalami bidang psikologi. Ketika terjadi perang Eropa, Max pindah ke Amerika dan mendapatkan sebuah ide untuk melakukan penelitian.
Mulanya ia hanya melihat lampu kereta yang berkedip, namun dari situlah muncul berbagai pertanyaan terkait dengan rangsangan mata mengenai objek dapat tercipta karena adanya ilusi gerakan. Kemudian Max Wertheimer menamai fenomena tersebut dengan Phi Phenomenon.
Kemudian, saat usianya 30 tahun, ia menemukan strobscope pada toko mainan. Ketertarikannya terhadap benda tersebut menuntunnya menemukan sebuah konsep persepsi dan bereksperimen untuk mempelajari banyak hal. Yang mana kemudian ia mencetuskan Teori Gestalt yang berkaitan tentang persepsi.
Wolfgang Kohler merupakan seorang ilmuwan yang bekerja dan mendalami bidang psikologi. Ia melakukan beberapa eksperimen yanmg berhubungan dengan teori Gestalt. Bahkan ia sempat menulis buku tahun 1929 yang diberi judul Gestalt Psychology.
Eksperimen pertama hingga keempat yang dilakukannya dengan meneliti tentang perilaku simpanse agar mendapatkan pisang dengan beberapa macam tingkat kesulitan untuk mendapatkannya. Dari keempat eksperimen tersebut ia menyimpulkan bahwa setiap masalah yang muncul akan memberikan sebuah pembalajaran.
Pembelajaran ditujukan agar dapat memecahkan sebuah masalah terutama dengan menciptakan situasi yang menyenangkan, bermakna, serta selaras dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik sebelumnya.