Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang mengenal tingkatan bahasa berdasarkan tata kramanya tersendiri.
Tingkatan ini cukup membingungkan untuk orang yang belajar bahasa Jawa karena masing-masing tingkatan ditujukan untuk penggunaan tertentu.
Bahkan tingkatan bahasa ini sering terlupakan karena sudah semakin sedikit yang menggunakan tingkatan bahasa Jawa ini.
Pembedaan tingkatan bahasa ini digunakan untuk penghormatan kepada orang lain yang statusnya dihormati. Misalnya anak ke orang tua. Sedangkan bahasa yang digunakan sesama, misal anak dengan temannya menggunakan bahasa ngoko.
Hal ini membuat penggunaan ngoko ke orang lain yang lebih dihormati menjadi tidak sopan. Oleh karena itu, mengerti tingkatan bahasa Jawa adalah sebuah keperluan.
Tingkatan Bahasa Jawa
Berikut tingkatan bahasa yang digunakan dalam bahasa Jawa.
Krama Inggil
Krama inggil adalah tingkatan tertinggi dalam hierarki bahasa Jawa. Krama inggil dipakai ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang harus dihormati.
Dahulu, krama inggil digunakan oleh kalangan priyayi atau keluarga keraton yang sangat dihormati, terutama digunakan oleh para abdi dalem kepada keluarga keraton.
Jika di kalangan warga biasa, krama inggil digunakan anak kepada orang tuanya.
Madya
Madya atau ngoko alus adalah tingkatan tengah dalam bahasa Jawa. Krama madya atau ngoko alus ini merupakan pencampuran krama inggil dengan ngoko sehingga ada kata yang ngoko dan beberapa kata krama.
Penggunaan madya lebih populer dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan.
Meski ngoko, madya tidak terkesan kasar. Tingkatan ini sering digunakan karena tidak sulit dan tidak terkesan kasar.
Ngoko
Tingkatan bahasa Jawa ngoko adalah tingkat terendah dalam hierarki bahasa Jawa.
Biasanya digunakan oleh orang yang status sosialnya sama, atau dari yang tinggi ke rendah. Misalnya orang tua kepada anaknya, atau sesama teman yang seumuran.
Tingkatan ini juga sering digunakan. Ngoko terkesan kasar jika digunakan oleh status rendah ke yang lebih tinggi karena dianggap tidak hormat.
Perbedaan krama Inggil, Madya, dan Ngoko
- Krama inggil
- Ibu tindak dhateng peken nitih sepeda
- Simbah saweg dhahar sekul
- Panjenengan kala wau sampun siram?
- Madya
- Ibu tindak ning peken nitih sepeda
- Simbah lagi dhahar sega
- Sampeyan mau wis siram?
- Ngoko
- Aku lunga ning pasar numpak sepeda
- Simbah lagi mangan sega
- Kowe mau wis adus?