Daftar isi
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 merupakan organisasi perintis kebangkitan nasional Indonesia yang diarsiteki oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo.
Budi Utomo didirikan oleh Soetomo dan delapan orang pelajar lainnya yang tengah menuntut ilmu di STOVIA, Jakarta. Kesembilan orang tokoh pendiri Budi Utomo tersebut adalah sebagai berikut.
Soetomo atau Soebroto lahir pada tanggal 30 Juli 1888 di Desa Ngepeh, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Beliau wafat pada tanggal 30 Mei 1938 di Surabaya, Jawa Timur.
Setelah menamatkan sekolahnya di Europesche Lagere School (Sekolah Dasar Eropa) di Bangil, tanggal 10 Januari 1903 Soetomo melanjutkan pendidikannya ke STOVIA, Jakarta.
Lima tahun kemudian, Soetomo bersama delapan orang lainnya yang juga pelajar STOVIA sepakat mendirikan Budi Utomo dan beliau menjabat sebagai Ketua Budi Utomo.
Beliau pun berhasil menamatkan pendidikan kedokterannya di STOVIA pada tahun 1911 dan bertugas sebagai dokter pemerintah di Jawa dan Sumatera.
Beliau kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Amsterdam, Belanda selama kurang lebih empat tahun (1919-1923).
Mohamad Soelaiman lahir di Desa Grabag, Purworejo, Jawa Tengah pada tahun 1886 dan meninggal dunia pada tanggal 13 Maret 1941.
Selain merupakan salah satu tokoh pendiri Budi Utomo, beliau juga tercatat sebagai salah satu perintis Pergurun Tinggi Gadjah Mada (Universitas Gadjah Mada), Yogyakarta.
Tahun 1893, beliau mulai mengikuti pendidikan di Europesche Lagere School (Sekolah Dasar Eropa).
Sembilan tahun kemudian, tepatnya tanggal 10 Janusari 1903, beliau melanjutkan pendidikan ke STOVIA, Jakarta.
Selama menjadi pelajar STOVIA, beliau terlibat aktif dalam berbagai diskusi kebangsaan dan pergerakan di STOVIA.
Karena alasan itulah, beliau kemudian ditunjuk sebagai wakil ketua Budi Utomo.
Seperti halnya Soetomo, beliau pun berhasil menamatkan pendidikan kedokterannya di STOVIA pada tahun 1911.
Beliau juga berhasil menyelesaikan program Doktoralnya di Universitas Leiden, Belanda pada tanggal 31 Mei 1929.
Gondo Soewarno lahir di Boyolali, Jawa Tengah pada tahun 1887 dan beliau disebut-sebut meninggal dunia di Belanda pada tahun 1974.
Setelah beliau menamatkan pendidikan di Europesche Lagere School (Sekolah Dasar Eropa), beliau memilih untuk melanjutkan pendidikannya di STOVIA, Jakarta.
Beliau pun akhirnya diterima di STOVIA pada tanggal 25 Januari 1902 dan dinyatakan lulus pada tanggal 20 September 1910.
Sebagai pelajar STOVIA, beliau dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan mahir menulis dalam bahasa Belanda.
Beberapa tulisannya bahkan diterbitkan dalam beberapa koran dan mingguan Belanda.
Ketika masih berstatus pelajar STOVIA, beliau bersama pelajar lainnya turut serta mendirikan Budi Utomo dan menjabat sebagai Sekretaris 1.
Beliau adalah adik dari dr. Tjipto Mangoenkoesoemo yang lahir pada tahun 1888 di Jepara, Jawa Tengah.
Beliau wafat pada tahun 1929 dan dimakamkan di Ambarawa, Jawa Tengah.
Beliau berhasil masuk STOVIA pada tanggal 10 Januari 1903 dan dinyatakan lulus tanpa ujian pada tanggal 11 April 1911. Enam tahun kemudian, beliau melanjutkan studi ke Belanda.
Sebagai pelajar STOVIA, Goenawan Mangoenkoesoemo dikenal sebagai pribadi yang sangat tegas, kritis, cerdas, dan menaruh perhatian besar terhadap penderitaan rakyat.
Dalam kepengurusan Budi Utomo, Goenawan Mangoenkoesoemo menjabat sebagai Sekretaris 2 yang bertugas membela organisasi Budi Utomo dari berbagai serangan dan kecaman dari berbagai pihak.
Beliau juga tercatat aktif dalam mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan pelaksanaan kongres pertama Budi Utomo di Yogyakarta.
R. Angka Prodjosoedirdjo lahir di Madukara, Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 13 Desember 1887 dan meninggal dunia pada tahun 1975 di Purwokerto, Jawa Tengah.
Awalnya, beliau menempuh pendidikan formal di Holland Indische School kemudian berlanjut di Hoogere Burger Schoo (HBS).
Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan di STOVIA sejak tanggal 4 Januari 1904 hingga lulus dengan predikat cumlaude pada tanggal 30 Juli 1912.
Sebagai pelajar STOVIA, beliau dikenal sebagai pribadi yang sangat hati-hati. Atas alasan inilah, beliau kemudian didapuk sebagai bendahara dalam kepengurusan Budi Utomo.
Moehammad Saleh lahir pada tanggal 15 Maret 1888 di Desa Simo, Kabupaten Surakarta, Jawa Tengah dan wafat pada tahun 1952 di Probolinggo, Jawa Tengah.
Beliau masuk STOVIA pada tanggal 10 Januari 1903 dan berhasil lulus pada tanggal 11 April 1911.
Sebagai pelajar STOVIA, beliau dikenal sebagai pribadi yang pendiam, teliti, pekerja keras dan setia kawan.
Atas alasan itulah, beliau ditetapkan sebagai komisaris dalam kepengurusan Budi Utomo.
Soeradji Tirtonegoro lahir di Uteran, Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1887 dan wafat pada tahun 1959 di Klaten, Jawa Tengah.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Europesche Lagere School (Sekolah Dasar Eropa), beliau kemudian melanjutkan pendidikan di STOVIA, Jakarta pada tanggal 25 Januari 1902 dan lulus tanggal 1 Agustus 1912.
Sebagai pelajar STOVIA, beliau dikenal mahir berbahasa Jawa. Berbekal itulah, beliau kemudian mengusulkan dua nama kepada dr. Wahidin Soedirohoesodo yaitu Eko Projo dan Budi Utomo sebagai nama organisasi yang akan dibentuk.
Dalam kepengurusan Budi Utomo, beliau menjabat sebagai komisaris dan juga humas di antara para pelajar di Budi Utomo dan masyarakat.
Di antara tokoh pendiri Budi Utomo lainnya, mungkin beliaulah yang paling misterius keberadaannya.
Hal ini disebabkan M. Soewarno yang lahir tahun 1886 di Desa Kemiri, Purworejo, Jawa Tengah itu tidak diketahui keberadaannya setelah melanjutkan pendidikannya di Belanda.
Beliau tercatat masuk STOVIA pada tanggal 6 Februari 1901 dan lulus pada tanggal 10 September 1910.
Dalam kepengurusan Budi Utomo, beliau dipercaya menduduki jabatan sebagai komisaris.
Goembrek lahir pada tanggal 21 Juni 1886 di Kedu, Jawa Tengah dan wafat pada tahun 1968 di Banyumas, Jawa Tengah.
Beliau merupakan anak bangsawan Kebumen. Statusnya memudahkan Goembrek menuntut ilmu di Europesche Lagere School (Sekolah Dasar Eropa) di Purworejo dan lulus pada tahun 1901.
Beliau kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA, Jakarta pada 25 Januari 1902 dan berhasil lulus pada tanggal 11 April 1911.
Sebagai pelajar STOVIA, beliau dikenal sebagai pribadi yang sangat cerdas, tekun, serius, pekerja keras, sederhana, merakyat, dermawan, dan mencintai seni budaya.
Dalam kepengurusan Budi Utomo, beliau menjabat sebagai komisaris.