Konflik sosial adalah sesuatu yang lumrah terjadi dalam masyarakat, terutama pada masyarakat heterogen dengan berbagai latar belakang yang beragam. Adanya konflik sejatinya merupakan salah satu proses yang apabila dilalui dengan baik oleh masyarakat, justru akan membantu mereka untuk tumbuh menjadi kelompok masyarakat yang lebih baik.
Meski dikatakan lumrah dan wajar, namun konflik haruslah dicari jalan tengah dan penyelesaiannya agar tidak berkembang menjadi perpecahan dan disintegrasi yang membawa kerugian bagi masyarakat yang bersangkutan. Ada berbagai jenis upaya yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik, salah satunya adalah transformasi konflik. Lantas, apakah yang dimaksud dengan transformasi konflik itu?.
Pengertian Transformasi Konflik
Secara umum, yang dimaksud dengan transformasi konflik adalah sebuah proses yang melibatkan transformasi atau perubahan bentuk hubungan, perdebatan, kepentingan, dan konstitusi yang mendukung keberlanjutan konflik untuk mewujudkan perubahan hubungan, struktur sosial, dan juga perubahan keadaan yang dapat menimbulkan konflik.
Transformasi konflik sendiri merupakan suatu upaya penyelesaian konflik yang lebih menekankan pada proses perubahan secara sistemik, yakni proses perubahan yang bergerak dari sistem konflik menuju ke sistem perdamaian. Transformasi konflik juga lebih mengutamakan perubahan konflik itu sendiri, bukan pada pengendalian maupun menghilangkannya. Sehingga, bisa dikatakan bahwa transformasi konflik mencakup proses penyelesaian konflik yang lebih mendalam, mengatasi sumber konflik yang lebih luas, yakni dengan membangun perdamaian melalui struktur sosial dan budaya.
Terminologi transformasi konflik sendiri mulai digunakan oleh John Paul Laderach pada tahun 1980 an setelah dirinya memperoleh pengalaman selama berkunjung ke Amerika Tengah. Menurutnya, transformasi konflik merupakan suatu cara untuk memandang konflik secara utuh, yakni melihat konflik tidak terbatas pada kasus-kasus yang terjadi atau muncul di permukaan melainkan juga melihat pada akar-akar konflik yang telah menjadi pola berkelanjutan, dimana yang apabila tidak diselesaikan maka akan terjadi kembali.
Untuk lebih memahami tentang pengertian dari transformasi konflik, berikut adalah beberapa pengertian lain dari transformasi konflik menurut sejumlah lembaga sosial:
- Berghof Foundation menyebutkan bahwa transformasi konflik adalah sebuah istilah generik dan komprehensif, merujuk pada tindakan dan proses yang berusaha mengubah berbagai manifestasi dan karakteristik konflik kekerasan dengan cara mengatasi akr penyebab konflik tertentu dalam jangka panjang. Hal ini bertujuan untuk mengubah konflik yang destruktif negatif menjadi konflik yang konstruktif positif serta menangani aspek konflik struktural, perilaku, dan sikap.
- Institute for Conflict Transformation and Peacebuilding (ICP) menyatakan bahwa transformasi konflik tidak hanya berupaya menyelesaikan kontradiksi yang terjadi dalam situasi konflik, namun juga berupaya mengatasi akar penyebab konflik dan memulihkan hubungan manusia yang berkaitan dengan dimensi budaya dan berbasis nilai. Transformasi knflik bukan hanya berupa alat melainkan pola pikir, yang dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif, penuh kasih sayang, dan kreatif.
- Search for Common Ground menyatakan bahwa transformasi konflik seringkali ditandai dengan intervensi jangka panjang pada berbagai tingkatan yang bertujuan untuk mengubah persepsi dan meningkatkan keterampilan komunikasi dalam mengatasi akar permasalahan atau konflik, termasuk diantaranya ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial.
Dimensi Transformasi Konflik
John Paul Laderach dalam bukunya yang berjudul The Little Book of Conflict Transformation (2003) menjelaskan tentang beberapa aspek yang harus diubah atau ditrasformasikan dalam upaya melakukan transformasi konflik, yaitu:
- Transformasi Personel
Transformasi personel merupakan upaya perubahan pada tingkat individu yang meliputi beberapa aspek seperti aspek kognitif, emosi, persepsi, dan spiritual. - Transformasi Relasional
Transformasi relasional merupakan upaya perubahan terait dengan pola komunikasi dan interaksi yang dipengaruhi oleh konflik yang terjadi. Diantaranya adalah dengan meminimalisir komunikasi yang negatif atau tidak bermanfaat dan memaksimalkan komunikasi positif yang mengarah pada rasa saling pengertian. - Transformasi Struktural
Transformasi struktur merupakan upaya perubahan terkait dengan hubungan sosial, politik, ekonomi, dan juga hubungan institusi yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan menyediakan akses sumber daya. - Transformasi Kultural/Budaya
Transformasi budaya merupakan upaya perubahan terkait dengan pola budaya yang menimbulkan konflik serta upaya untuk membangun budaya konstruktif untuk mengendalikan konflik.
Prinsip-Prinsip Transformasi Konflik
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang dalam upaya transformasi konflik, yaitu sebagai berikut:
- Konflik yang ada tidak boleh dianggap sebagai peristiwa tersendiri yang dapat dikelola dan diselesaikan, namun harus dipandang sebagai bagian menyeluruh dan evolusi dan perkembangan masyarakat yang sedang berjalan.
- Konflik tidak boleh hanya dipahami sebagai kejadian yang inheren dan destruktif, namun juga sebagai kekuatan yang memiliki potensi positif dan produktif untuk perubahan apabila mampu dimanfaatkan secara konstruktif.
- Transformasi konflik bukan hanya sekedar cara yang dilakukan untuk mengelola dan mengendalikan konflik, akan tetapi juga berupaya mengubah akar penyebab konflik tersebut.
- Transformasi konflik merupakan sebuah proses jangka panjang, bertahap, dan kompleks yang membutuhkan keterlibatan dan interaksi berkesinambungan.
- Transformasi konflik tidak terbatas pada pendekatan dan serangkaian teknik atau cara, melainkan cara berpikir dan pemahaman akan konflik itu sendiri.
- Transformasi konflik terutama ditujukan untuk konflik yang tidak dapat diselesaikan yang mana isu-isu konflik telah mengakar dan memicu perselisihan dan kekerasan berkepanjangan.
Tujuan Transformasi Konflik
Transformasi konflik memiliki sejumlah tujuan yang berbeda untuk setiap level dimensi atau aspeknya, yakni sebagai berikut:
- Tujuan pada Aspek Perubahan Personal
Pada dimensi personal, tujuan transformasi konflik adalah untuk meminimalisir dampak negatif atau destruktif yang dapat ditimbulkan oleh konflik sosial pada tingkat individu serta memaksimalkan potensi perkembangan individu baik secara fisik, emosional, intelektual, dan juga spiritual.
- Tujuan pada Aspek Perubahan Relasional
Pada dimensi relasional, transformasi konflik bertujuan untuk menjabarkan, memperbaiki, dan merekatkan alur-alur komunikasi dan interaksi antarindividu, individu dan kelompok, maupun antarkelompok, yang sebelumnya tidak berjalan dengan baik atau bahkan terhenti karena konflik yang terjadi.
Tujuan lainnya adalah untuk membangun kembali hubungan antarindividu tanpa adanya rasa takut maupun prasangka berlebihan, serta didasarkan pada hubungan keterikatan yang saling membutuhkan dan saling membawa harapan satu sama lain.
- Tujuan pada Aspek Perubahan Struktural
Pada aspek struktural, transformasi konflik bertujuan untuk mencoba memperoleh jawaban atas permasalahan yang menjadi akar konflik. Transformasi konflik pada aspek ini juga berusaha menyelesaikan konflik dengan prinsip anti kekerasan, berkesinambungan, dan bersifat partisipasif. Mengembangkan struktur sosial yang sejalan dengan kebutuhan individu dan masyarakat akan keadilan serta memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan yang akan membawa dampak bagi kehidupan mereka.
- Tujuan pada Aspek Perubahan Kultural
Transformasi konflik pada aspek kultural atau budaya bertujuan untuk mengenali dan memahami pola budaya yang ada dalam masyarakat yang memberi kontribusi besar dalam menyelesaikan konflik. Selain itu, juga untuk mengembangkan mekanisme peace building dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada, dimana di dalamnya terdapat suatu dasar budaya untuk merespon dan mengatasi konflik secara konstruktif.
Contoh Transformasi Konflik
Diantara contoh transformasi konflik yang pernah terjadi di Indonesia adalah transformasi konflik pada peristiwa separatis GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang diakhiri dengan perjanjian Helsinki dan pemberian status daerah istimewa Aceh.