Daftar isi
Indonesia merupakan negara agraris dimana masyarakatnya sebagian besar merupakan petani. Seluas 9.295.385 hektar dari tanah di Indonesia merupakan lahan pertanian dengan hasil utamanya yaitu padi, kedelai, jagung, kacang tanah, ketela pohon dan ubi jalar serta hasil pertanian tanaman perdagangan seperti teh, kopi, kelapa, kina, cengkeh, tebu, karet dan masih banyak lain.
Pertanian di Indonesia sudah dikenal luas sejak zaman nenek moyang kita. Oleh sebab itu berbagai teknik budidaya telah dikembangkan. Salah satunya adalah teknik akuaponik yang akan dibahas dalam penjelasan berikut ini.
Akuaponik adalah teknik alternatif untuk membudidayakan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Teknik ini memanfaatkan ikan sekaligus menanam tanaman dalam satu wadah. Tanaman tersebut akan mendapatkan nutrisi dari kotoran ikan sementara itu kualitas air akan terjaga dengan adanya tanaman tersebut.
Nama akuaponik berasal dari dua kata yaitu “akuakultur” yang artinya beternak ikan dan “hidroponik” yang artinya budidaya tanaman dengan menggunakan tanah. Dengan kata lain akuaponik adalah alternatif budidaya gabungan dari dua teknik tersebut.
Ikan yang dibudidayakan dalam teknik akuaponik antara lain seperti lele, patin, bawal, bawal, gurame. Sedangkan tanamannya yaitu kangkung, bayam, pakcoy, tomat, cabe, sawi, selada serta sayuran daun dan tanaman herbal lainnya.
Akuaponik bukanlah hal baru dalam dunia pertanian sebab teknik ini sudah ada bahkan sejak ribuan tahun lalu. Diperkirakan cara ini ditemukan oleh salah satu suku besar di Meksiko yaitu suku Aztec yang tinggal di daerah rawa dan Danau Tenochtician. Tepatnya yaitu setelah berakhirnya masa berburu beralih ke masa bercocok tanam.
Suku Aztec menyebut cara ini dengan nama Chinampas. Caranya pun masih sangat sederhana yaitu dengan menanam tanaman di atas pulau buatan di atas danau dangkal dengan menggunakan material organik dan limbah perkotaan dijadikan media tanam. Jenis ikan yang banyak dibudidayakan dalam teknik ini yakni mulai dari Misgurnus anguillicaudatus, Monopterus albus, dan ikan mas, hingga juga siput kolam.
Sistem budaya seperti ini sudah dikenal oleh masyarakat di daratan Mesir sejak 1000 tahun sebelum Masehi. Sedangkan di Tiongkok sudah dilakukan sejak 3000 tahun lalu sebelum Masehi.
Namun di Indonesia baru masuk pada tahun 1971 dan semakin dikembangkan pada tahun 1980an. Percobaan pertama tidak berjalan dengan mulus dan banyak menemui kendala sehingga gagal. Akuaponik baru berhasil digunakan oleh masyarakat Indonesia ketika memasuki awal tahun 2000 an.
Saat ini akuaponik telah banyak diterapkan baik untuk budidaya rumahan hingga untuk komersial.
Budidaya akuaponik tidaklah begitu rumit dan siapapun bisa merakitnya sendiri dengan alat dan bahan yang mudah. Berikut ini adalah komponen untuk membuat akuaponik.
Akuaponik merupakan teknik budidaya yang memadukan ikan dan tanaman sehingga kolam ikan adalah komponen utama yang harus disediakan. Kriteria kolam ikan yang harus dipenuhi untuk membuat akuaponik di antaranya tidak mengandung bahan kimia berbahaya, pH air terjaga, bentuk kolam ideal, kuat atau kokoh, permukaan luas serta tinggi antara 50 cm-100 cm.
Wadah tanam atau disebut juga dengan grow bed adalah tempat tanaman budidaya tumbuh. Wadah tanam dapat menggunakan apa saja asalkan sesuai dengan instalasi akuaponik yang telah dibuat.
Petani aquaponik biasanya menggunakan talang drum, pipa PVC, bak atau ember plastik, dan bak fiber. Bentuk ideal dari grow bed adalah dengan memiliki kedalaman sekitar 15—30 cm sehingga dapat menampung air.
Pompa air merupakan salah satu komponen penting dalam teknik budidaya akuaponik. Kegunaan dari pompa air adalah sebagai sirkulasi air dari tangki ikan ke wadah tanam dan kembali lagi ke tangki.
Bagaimanapun semua makhluk hidup membutuhkan udara untuk mendukung kehidupannya. Oleh sebab itu pompa udara tak kalah pentingnya dengan pompa air. Fungsi dari pompa udara adalah menyuplai pasokan oksigen yang diperlukan baik dalam tangki ikan maupun wadah tanam.
Pipa dalam budidaya akuaponik berfungsi sebagai penyalur air dan juga udara yang berasal dari pompa air dan pompa udara. Pipa untuk membuat pompa air yakni berukuran ½—1 inch sedangkan pipa untuk pompa udara berukuran ¼—½ inci.
Untuk menghindari tumbuhnya lumut maka sebaiknya menggunakan pipa dan selang berwarna gelap.
Biofilter sangat dibutuhkan karena berfungsi untuk mengubah amonia dari pakan kotoran ikan menjadi nitrat sehingga tidak membahayakan ikan dan tanaman. Pemilihan biofilter dapat disesuaikan dengan jenis akuaponik yang digunakan.
Akuaponik memiliki berbagai jenis atau model yang bisa dibuat seperti berikut ini:
Jenis Akuaponik Tunggal DFT atau Deep Flow Technique yaitu salah satu model akuaponik yang airnya mengalir dari bagian bawah kolam terpal menuju ke pipa tanam sayuran yang berada di atasnya lalu kembali mengalir ke kolam terpal.
Jenis Akuaponik Aliran Atas adalah model akuaponik yang airnya mengalir dari kolam ke pipa yang terhubung ke pot. Pipa yang terdapat di atas pot akan dilubangi agar dapat mengairi tanaman di bawahnya. Dalam sehari tanaman budidaya harus terus diberi air selama minimal 8 jam. Biasanya model seperti ini dengan ukuran diameter dapat menampung ikan sebanyak 4000 ekor serta 27 lubang tanam.
lJenis Akuaponik Pasang Surut adalah teknik dimana airnya mengalir dari kolam ke bak penampung di bibir kolam. Air akan mengalir dari bawah sampai media tanam terendam melalui pipa yang telah terhubung dengan wadah tanam.
Disebut sebagai model pasang surut karena tanaman akan terendam air selama 5 menit kemudian air akan mengalir ke bak pembuangan lalu ke kolam ikan sehingga air akan surut.
Jenis akuaponik dengan ukuran 2×4 meter dapat digunakan untuk menampung 4000 ekor dan 26 pot tanaman.
Model akuponik seperti ini memiliki sistem pengairan dari kolom paling bawah mengalir ke rak sayuran yang berada paling atas. Air yang merendam pipa sedalam 4-5 cm akan mengalir ke kolam terpal yang ada di tengah lalu dialirkan lagi ke setiap pot di sekeliling kolam kemudian air akan kembali ke kolam terbawah.
Pot yang terdapat pada model ini memiliki satu lubang air dengan ukuran dimensi 1 meter x 5 meter. Maka akuaponik dapat menampung 2500 ekor dan 1250 ekor di kolam atas. Sementara itu lubang tanamannya bisa mencapai 211 lubang.
Model akuaponik seperti ini adalah jenis yang mengmbil air dari bak penampungan kemudian dialirkan ke rak sayuran paling atas yang kemudian turun ke rak sayuran di bawahnya. Rak sayuran bertingkat ini menggunakan sistem Deep Flow Technique atau DFT. dengan kedalaman 4-5 cm.
Umumnya ukuran akuaponik ini berukuran 1×2 meter yang dapat menampung 500 ekor ikan dan 220-250 lubang tanam.
Sesuai dengan namanya, model ini menggunakan teknik tanaman mengapung diatas permukaan air. Dengan menggunakan model ini tanaman bisa tumbuh di dalam pipa atau pot yang diberi rockwool yang banyak digunakan oleh petani hidroponik.
Ukuran ideal untuk model ini adalah 2x 4 meter dengan populasi ikan budidaya sebanyak 4000 ekor dengan 20 lubang tanam.
Jika kamu tertarik untuk membuat akuaponik maka kamu dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini:
Sistem budidaya akuaponik mendatangkan berbagai macam manfaat atau kelebihan seperti berikut ini:
Dibalik segudang manfaat yang ditawarkan oleh akuaponik ternyata ada juga kekurangannya yaitu sebagai berikut: