Setelah membahas mengenai alat musik Maluku dan alat musik Sunda, kali ini akan kita bahas alat musik dari daerah Papua.
Masyarakat Papua memiliki peninggalan budaya dan seni yang tinggi. Potensi alamnya yang besar serta banyaknya suku yang mendiami pulau ini menjadikan masyarakat Papua memiliki kekhasannya sendiri.
Keindahan dan kekayaan alam Papua ini cukup mempengaruhi budaya dan tradisi masyarakat di wilayah tersebut. Termasuk mempengaruhi perkembangan seni di Papua.
Khusus dibidang seni, Papua memiliki ragam seni yang unik dan menarik. Terutama jika membahas seni musik.
Masyarakat Papua tergolong ekspresif dalam menunjukkan jiwa seninya. Masyarakat Papua memiliki banyak jenis alat musik yang mereka ciptakan untuk menghasilkan suara dan nada-nada tertentu. Baik berupa alat musik tiup, pukul, petik, dan sebagainya. Dan berikut ini ulasannya.
Tifa mungkin alat musik tradisional khas Papua yang paling populer. Cara memainkan tifa adalah dipukul, sekilas cara memainkan tifa ini tidak jauh berbeda dengan cara memainkan alat musik gendang.
Walau demikian, tifa memiliki suara yang lebih halus atau ringan jika dibandingkan dengan gendang.
Tifa sering dimainkan masyarakat Papua ketika ada perayaan atau kegiatan-kegiatan suku, upacara adat.
Tifa dimainkan sebagai pengiring tari-tarian. Tifa juga dimainkan untuk penyemangat di situasi perang. Melodi tifa memiliki kesakralan tersendiri untuk suku-suku di Papua.
Alat musik tifa berbentuk tabung yang terbuat dari bahan dasar kayu. Di bagian luarnya, terdapat hiasan ukir-ukiran khas Papua yang membuat tifa nampak indah dan berseni tinggi.
Tifa sendiri memiliki beberapa jenis, antara lain tifa jekir, tifa dasar, tifa potong, tifa jekir potong, dan tifa bas.
Alat musik ini sangat identik dengan masyarakat Papua, terutama Suku Asmat.
Pikon adalah salah satu alat musik yang berasal dari tanah papua. Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup.
Pikon terbuat dari tanaman bambu. Istilah pikon sendiri berasal dari bahasa baliem, yaitu “pikonane”, yang bermakna alat musik bunyi.
Di beberapa daerah lain, alat musik ini juga dikenal dengan nama karinding. Pikon dimainkan dengan cara yang cukup sederhana. Pikon ditiup sambil ditarik tali yang ada di ujungnya.
Cara tersebut dapat membuat pikon mengeluarkan nada-nada dasar. Alat musik tradisional Indonesia ini biasanya dimainkan oleh pria, khususnya di daerah pedalaman Suku Dani.
Pikon sering dimainkan untuk mengisi waktu luang. Kemudahannya untuk dimainkan menjadikannya alternatif sebagai sarana hiburan. Pikon umumnya dimainkan oleh para pria sepulang dari aktivitas bekerja atau berburu.
Masih membahas tentang jenis-jenis alat musik tiup yang ada di Papua. Trompet adalah salah satu alat musik tiup khas dari Papua.
Trompet ini berbeda dengan terompet yang umumnya kita jumpai di acara-acara pesta ataupun perayaan tahun baru.
Trompet Papua terbuat dari bahan dasar kerang. Tidak seperti terompet modern yang biasanya terbuat dari bahan kertas, plastik, ataupun logam.
Kerang yang dipakai biasanya adalah kerang yang memiliki ukuran yang cukup besar. hal tersebut terutama agar nantinya suara yang dihasilkan juga besar.
Trompet ini khususnya berasal dari Biak, yang merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Papua.
Akan tetapi, alat musik ini juga telah dikenal di daerah-daerah sekitarnya, karena memang tergolong sebagai alat yang sederhana dan mudah dijumpai.
Pada awalnya, trompet Papua hampir sama fungsinya seperti triton. Trompet berfungsi utama sebagai alat bantu komunikasi.
Bunyi tiupan trompet memang cukup besar dan dapat didengar hingga jarak yang jauh.
Bunyi yang dihasilkan tersebut dimanfaatkan untuk memanggil atau memberi pertanda pada masyarakat tentang suatu hal atau kejadian.
Papua merupakan suku bangsa Indonesia yang memiliki banyak alat musik tiup. Salah satunya adalah triton. Triton merupakan alat musik yang terbuat dari kulit kerang.
Mudahnya mendapatkan kerang di wilayah pesisir Papua dimanfaatkan masyarakat di sana salah satunya sebagai bahan untuk membuat alat musik triton ini.
Papua memang terkenal dengan keragaman ekosistem pantainya, yang didalamnya banyak flora dan fauna yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Triton sendiri cukup populer di daerah-daerah peisisr pantai, seperti di kepulauan Raja Ampat, Nabire, Wondama, Waripen, Yapen, dan Biak.
Sebenarnya, triton awal mulanya dibuat bukan untuk dijadikan sebagai alat musik.
Triron pada awalnya dipakai untuk alat bantu untuk memanggil atau memberi tanda akan terjadinya sesuatu.
Namun seiring waktu berjalan, fungsi triton ini sedikit bergeser dari yang awalnya sebagai alat komunikasi menjadi alat musik.
Selain memiliki banyak jenis alat musik tiup, Papua juga memiliki alat musik dawai. Nama alat musik tersebut yaitu Guoto.
Guoto adalah alat musik yang dapat ditemukan di provinsi Papua Barat. Guoto dimainkan dengan cara dipetik. Guoto memiliki senar yang dapat menghasilkan suara ketika dipetik. Petikan guoto dapat menghasilkan beberapa nada dasar.
Alat musik ini terbuat dari kayu serta kulit lembu. Guoto berbentuk lonjong dengan beberapa senar terpasang di bagian tengahnya.
Sepintas alat musik ini terlihat sederhana, karena tidak banyak gambar atau ornamen yang terukir di bagian luarnya.
Alat musik guoto biasa dipakai pada acara-acara adat istiadat serta bermanfaat sebagai penghibur. Guoto juga sering dimainkan di pentas-pentas seni dan budaya, terutama seni dan budaya Papua.
Alat musik tradisional berikutnya dari Papua adalah krombi. DI beberapa daerah, krombi juga dikenal dengan nama krombi. Krombi adalah alat musik tradisional dari Suku Tehit yang berada di Kabupaten Sorong Selatan.
Bahkan alat musik ini juga tersebar hingga ke Papua Nugini. Krombi hingga sekarang masih dapat ditemukan, khususnya di daerah Kampung Seremuk yang berada di wilayah Sorong Selatan.
Krombi dimainkan dengan cara diketuk. Untuk menghasilkan bunyi, bagian tengah krombi diketuk menggunakan kayu berukuran kecil.
Ketukan-ketukan tersebut akan menghasilkan suara yang khas. Semakin keras dan cepat ketukan dilakukan, maka akan menghasilkan bunyi yang keras dan bersemangat sepeti halnya alat musik modern.
Bahan utama krombi adalah sebatang bambu. Bambu yang digunakan tidak terlalu panjang, sehingga mudah untuk dibawa.
Sedangkan sebagai alat untuk mengetuk atau memukul, digunakan alat berbahan kayu.
Kayu pengetuk tersebut berukuran lebih kecil dibandingkan bambu, namun memiliki struktur yang kuat, sehingga tidak rusak atau hancur ketika diketuk.
Apakah kamu tahu alat musik amyen? Amyen merupakan salah satu kekayaan budaya dan seni dari Papua.
Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup. Amyen adalah sebuah alat musik yang dibuat dari kayu putih.
Alat musik amyen berasal dari Suku Web di wilayah Kabupaten Keerom, Papua. Hingga kini amyen masih dapat ditemui di daerah tersebut.
Amyen biasanya digunakan pada acara-acara seni dan budaya daerah. Pada masa lalu, amyen bukanlah sekedar alat musik, tapi juga sering dimanfaatkan sebagai alat komunikasi pada situasi berperang.
Ditiupnya amyen bisa jadi salah satu pertanda bahwa situasi sedang dalam keadaan yang berbahaya, sehingga suara dari amyen dapat berperan sebagai tanda bahaya.
Amyen memiliki bentuk yang sekilas mirip dengan suling atau seruling, yang merupakan alat musik tradisional dari daerah Jawa Barat.
Namun, pada amyen tidak terdapat lubang-lubang untuk menghasilkan berbagai nada seperti yang kita temui pada seruling.
Amyen berwarna cokelat muda atau keputih-putihan, yang merupakan warna khas yang dapat kita lihat dari kayu putih.
Amyen berbentu panjang seperti seruling, di mana terdapat perbedaan lingkar diameter antara ujung satu dengan ujung yang lain.
Di bagian tengah, terdapat lubang yang berfungsi sebagai jalur keluarnya udara. Pemain alat ini meniup dari ujung yang kecil. Semakin kencang tiupan, maka semakin kencang pula suara yang dapat dihasilkan.
Pada era globalisasi, alat musik satu ini semakin tenggelam. Butshake adalah sebuah alat musik yang berasal dari Papua, atau khususnya berasal dari Suku Muyu yang mendiami daerah Merauke.
Butshake pada umumnya dimainkan pada upacara-upacara adat, acara-acara pesta atau perayaan, serta acara-acara kesenian. Butshake menjadi salah satu alat musik pengiring pada tarian khas Papua.
Butshake terbuat dari bahan dasar bambu serta buah kenari. Buah kenari merupakan salah satu tumbuhan khas yang dapat ditemui di daerah Merauke.
Cara memainkan alat musik yang satu ini cukup sederhana, yaitu dengan cara menggoyang-goyangkannya dengan tangan sehingga menghasilkan suara gemericik.
Suara gemericik tersebut berasal dari buah–buah kenari yang saling berbenturan saat alat ini digoyang. Cara memainkan alat ini memiliki kemiripan dengan alat musik marakas.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, butshake terbuat dari bambu dan buah kenari.
Bambu yang dipakai berukuran ramping namun kuat. Kekuatan ini penting agar ketika digoyang-goyangkan, bambu tidak mudah patah atau rusak.
Pada bagian dasar dari bambu dapat diberi penguat agar tidak mudah rusak dan lebih nyaman digenggam.
Buah-buah kenari disusun sevara melingkar membentuk lingkaran di ujung buthsake.
Bentuk ini mempercantik tampilan butshake. Selain itu, bentuk tersebut juga mempermudah terjadinya tumbukan atau benturan antar buah kenari, sehingga suara yang dihasilkan dapat lebih optimal.
Fuu dikenal juga dengan beberapa nama sebutan lain, misalnya korno dan tahuri. Walau demikian, nama fuu lebih dikenal luas oleh masyarakat Papua.
Fuu merupakan salah satu alat musik tradisional yang dapat kita temukan di Papua, terutama di daerah Merauke.
Alat musik fuu dimainkan dengan cara ditiup. Hampir sama seperti sebagian besar alat musik tradisional Papua yang lain, fuu juga terbuat dari bahan dasar bambu dan kayu.
Sejak jaman dahulu, fuu digunakan untuk alat komunikasi antar masyarakat. Bunyi yang dihasilkan fuu ini merupakan pertanda terjadinya sesuatu.
Bisa juga sebagai salah satu cara untuk memanggil orang. Fuu juga dapat berfungsi sebagai alat musik.
Fuu biasanya dimainkan untuk mengiringi tari-tarian. Penggunaan fuu untuk mengiringi seni tari tradisional misalnya dapat kita lihat pada Suku Asmat yang berada di daerah Kabupaten Merauke.
Fuu memiliki bentuk yang cukup menarik. Sebagian bentuk fuu berbentuk seperti suling, sedangkan di bagian lain nampak seperti sebuah tabung. Jika dilihat sekilas, bentuk fuu ini menyerupai seperti sebuah teleskop.
Seperti pada alat musik tiup pada umumnya, fuu memiliki lubang di bagian ujung yang berfungsi untuk jalur keluarnya udara.
Fuu biasanya dimainkan bersama dengan alat musik lain, misalnya tifa dan butshake.
Fuu akan mengeluarkan bunyi yang kuat jika ditiup. Bunyinya cukup nyaring untuk mendapatkan perhatian dari yang mendengarnya.