4 Bentuk Kelompok Bermain (Peer Group) sebagai Agen Sosialisasi

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dita merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ia selalu diberikan nasihat dan motovasi oleh kedua orang tuanya. Dita juga senantiasa dibekali berbagai pengetahuan mengenai kebiasaan dan tata cara berperilaku sesuai dengan nilai serta norma sosial yang ada di masyarakat. Harapannya, Dita bisa tumbuh menjadi pribadi yang menjalankan kewajibannya dengan baik dan menjadi contoh teladan bagi adiknya.

Ilustrasi di atas merupakan contoh bentuk sosialisasi primer. Bentuk sosialisasi ini disebut sebagai tahap pertama yang dilalui oleh individu dalam mempelajari nilai dan norma sosial di lingkungan keluarga.

Bentuk sosialisasi lainnya yaitu sosialisasi represif. Proses sosialisasi ini ditandai dengan adanya penekanan berupa hukuman (punishment). Tujuannya yaitu agar perilaku tersebut tidak terulang lagi dan menjadi individu yang patuh terhadap norma sosial.

Contohnya, Emma mendapatkan nilai ujian kurang baik di beberapa pelajaran, oleh karena itu ia mendapatkan hukuman dari Ibunya untuk membersihkan kamar mandi dan membersihkan seluruh rumah.

Individu tidak dapat mempelajari dan mengahayati segala nilai serta norma sosial yang ada di sekitarnya sendiri. Individu membutuhkan pihak lain untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Dalam sosiologi, pihak lain tersebut dikenal dengan nama media / agen sosialisasi.

Salah satu agen sosialisasi dalam masyarakat yaitu kelompok bermain atau teman sebaya. Menurut Prof. Damsar, definisi kelompok bermain yaitu suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang memiliki persamaan usia, status sosial, dan dengan siapa umumnya seseorang berhubungan atau bergaul.

Berdasarkan pengertian tersebut, kelompok bermain dapat dimaknai sebagai sekumpulan individu yang memiliki rentang usia yang hampir sama. Selain itu, anggota dalam kelompok ini juga memiliki permasaan hobi/kegemaran, profesi, dan kepentingan. Kelompok bermain juga punya istilah lain, yakni teman sepermainan atau peer group.

Kelompok bermain dinilai mempunyai rasa keakraban, simpati, dan empati yang tinggi. Hal ini dikarenakan setiap individu yang tergabung dalam kelompok tersebut saling berinteraksi dan berbagi mengenai berbagai hal, seperti masalah pribadi, minat, serta pengalaman. Oleh karena itu, hubungan sosialisasi yang terjalin dalam kelompok ini bersifat ekualias (sema). 

Kelompok bermain dalam masyarakat memiliki berbagai bentuk, yaitu chums, cliques, crowds, dan kelompok terorganisir. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Chums (Sahabat Karib)

Chums diartikan sebagai sabahat karib yang umumnya berusia sama dan terdiri dari dua sampai tiga individu. Kelompok ini dapat terbentuk karena adanya berbagai keseragaman, seperti keahlian, jenis kelamin, hobi, dan bakat.

Sahabat karib memiliki intensitas interaksi sosial yang tinggi. Hal ini dapat terlihat dari seringnya para anggota kelompok berkumpul, bertemu, dan berkominkasi. Obrolan yang dibicarakan biasanya bersifat pribadi sehingga setiap individu dapat memberi nasihat dan saran tanpa rasa canggung.

Dalam setiap kelompok, baik yang jumlahnya sedikit ataupun banyak pasti pernah mengalami suatu konflik atau pertentangan. Begitu pula dengan chums, pertengakaran dan kesalahpahaman juga sering terjadi. Namun, karena rasa sayang dan ikatan batin yang terjalin begitu kuat maka proses penyelesaian konflik dapat diatasi dengan mudah.

2. Cliques (Kelompok Kecil)

Perbedaan cliques dengan chums terletak pada jumlah anggota kelompok. Jika chums merupakan sekumpulan sahabat karib yang jumlahnya tidak lebih dari tiga individu, maka cliques adalah sekelompok individu yang terdiri dari empat hingga lima sahabat karib. Clique juga dapat dikatakan sebagai sebuah kelompok gabungan dari beberapa chums.

Sementara itu, persamaan antara cliques dengan chums yakni sama-sama terbentuk karena adanya berbagai faktor. Misalnya, persamaan jenis kelamin, status sosial, kesukaan, pandangan hidup, atau kemauan. Namun dalam kehidupan masyarakat, tidak jarang ditemui cliques yang para anggotanya memiliki jenis kelamin yang berbeda.

Contoh cliques (kelompok kecil) dapat dengan mudah dijumpai di sekolah. Misalnya, di sebuah kelas terdapat beberapa kelompok kecil yang terdiri dari empat orang. Alasan terbentuknya kelompok ini yaitu dikarenakan adanya minat yang sama mengenai suatu hal atau tinggal di wilayah yang berdekatan.

3. Crowds (Kelompok Besar)

Crowds dapat diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari banyak individu berusia remaja dan mempunyai kegemaran yang serupa. Remaja merupakan individu yang memiliki rentang usia 10-19 tahun. Usia remaja juga dapat ditandai dengan perubahan fisik, psikis, dan emosional.

Pada umumnya, crowds tidak memiliki struktur organisasi yang formal / resmi dan bersifat sementara (tidak langgeng). Antaranggota kelompok tidak saling mengenal sehingga ikatan yang terjalin cenderung longgar.

Misalnya, kelompok penggemar boyband K-pop yang pada umumnya memiliki rentang usia yang sama dan didominasi oleh kaum remaja. Kegiatan yang dilakukan kelompok ini yaitu menghadiri acara bersama, mengadakan pertemuan rutin, dan melakukan kegiatan amal.

4. Kelompok Terorganisir

Bentuk kelompok bermain yang terakhir yaitu kelompok teroganisir (resmi). Kelompok ini sengaja dirancang dan dibentuk oleh individu-individu yang berusia dewasa. Tujuannya yaitu untuk mengembangkan dan meningkatan kreativitas, potensi, bakat, dan keahlian.

Karakteristik dari kelompok terorganisir adalah sebagai berikut;

  • Oraganisasi kelompok terbentuk secara resmi/legal.
  • Terdapat berbagai peraturan tegas dan sengaja dibuat oleh para anggota untuk ditaati bersama, serta memiliki fungsi untuk memelihara hubungan antaranggota kelompok.
  • Terdapat struktur dan organisasi yang bersifat formal.
  • Memiliki aturan-aturan tertulis yang harus dipatuhi.

Contoh kelompok terorganisir di sekolah yaitu ekstrakurikuler PMR, pramuka, teater, musik, basket, futsal, pecinta alam, OSIS, dan lain sebagainya.

Contoh lainnya, yaitu kelompok okupasional seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia, dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).

fbWhatsappTwitterLinkedIn