Daftar isi
Jawa Timur memang sangat dikenal dengan beragam destinasi wisata mulai dari gunung, pantai, dan sebagainya. Selain destinasi wisata alam, Jawa Timur juga mempunyai wisata purbakala yang terdapat berbagai peninggalan bersejarah. Salah satunya peninggalan candi yang ada di Jawa Timur yaitu Candi Jawi.
Candi Jawi merupakan salah satu candi peninggalan Kerajaan Singasari yakni kerajaan Hindu-Buddha yang telah ada sejak abad ke-13 Masehi. Candi ini terletak di kaki Gunung Welirang, Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Karena letaknya berada di Kecamapat Prigen, Candi Jawi juga sering disebut dengan Candi Prigen.
Dengan kata lain, Candi Jawi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan, Kecamatan Prigen dan Pringebukan. Apabila dari Kota Pasuruan, untuk menuju candi ini hanya menempuh sekitar 31 km saja.
Candi Jawi dibangun dari batu andesit yang dikelilingi oleh pagar bata dan parit yang telah dihiasi oleh bunga teratai. Struktur bangunannya memiliki bentuk berkaki Syiwa dengan berpundak Buddha. Selain itu, candi ini juga berbentuk tinggi dan ramping layaknya Cand Prambanan yang ada di Jawa Tengah dengan atap berbentuk perpanduan antara stupa dan kubus yang bersusun meruncing di puncak candi tersebut.
Adapun beberapa arsitektur bagian Candi Jawi lainnya sebagai berikut:
Adapun ukuran Candi Jawi beserta bagiannya sebagai berikut:
Menurut Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menyebutkan bahwa Candi Jawi disebut dengan Jawajawa atau Jajawi. Dari kata Jajawi itu kemudian berubah nama menjadi Jawi. Dalam kitab ini pula dijelaskan bahwa Candi Jawi dibangun atas dasar perintah raja terakhir yakni Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari.
Candi Jawi mulai didirikan pada abad ke-13 Masehi dan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singasari. Ketika itu, bangunan candi ini digunakan sebagai tempat beribadah bagi umat beragama Syiwa-Buddha. Hal itu dikarenakan Kertanegara merupakan seorang penganut ajaran agama Syiwa-Buddha.
Selain sebagai tempat ibadah, candi ini adalah tempat penyimpanan untuk abu jenazah Raja Kertanegara dan sebagain lainnya juga disimpan pada Candi Singasari. Terdapat satu hal yang aneh karena lokasi candi ini terbilang cukup jauh dari pusat pemerintahan Kerajaan Singasari. Hal tersebut diduga karena rakyat yang ada di daerah candi ini memang sangat taat kepada raja dan banyak pula yang menganut ajaran Syiwa-Buddha.
Selain dikenal sebagai raja yang masyur, Kertanegara ternyata juga mempunyai banyak musuh di dalam negeri. Misal, pernah terjadi pemberontakan Kelana Bayangkara yang diungkapkan oleh Kidung Pani Wijayakrama dan pemberontakan Cayaraja yang tercatat dalam Kitab Negarakertagama.
Terdapat sebuah dugaan kalau kawasan Candi Jawi sempat dijadikan basis oleh pendukung Kertanegara. Dugaan itu didasarkan kepada kenyataan ketika Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) yang melarikan diri setelah Kertanegara dijatuhkan oleh Raja Jayakatwang dari Gelang-Gelang yang merupakan salah satu daerah di Kediri. Bahkan Raden Wijaya sempat bersembunyi di daerah tersebut sebelum dirinya mengungsi ke Madura.
Di dalam Kitab Negarakertagama juga menyebutkan bahwa Candi Jawi pernah disambar petir pada tahun 1253 Saka. Akibat kejadian tersebut membuat arca Maha Aksobaya menghilang. Hal itu sehingga membuat raja Hayam Wuruk menjadi sedih saat beliau mengunjungi Candi Jawi.
Mungkin banyak yang mengira kalau Candi Jawi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau tempat ibadah Buddha, padahal sebetulnya tidak demikian. Adapun beberapa fungsi dari Candi Jawi yang perlu diketahui antara lain:
Selain sejarah dan bentuknya yang unik, ternyata Candi Jawi juga menyimpan misteri-misteri yang menjadi fakta lain dari candi ini. Berikut ini beberapa fakta unik Candi Jawi:
Candi Jawi ini tentunya masih tetap terjaga keberadaannya, hal itu sudah dibuktikan dengan dilakukannya pemugaran untuk kedua kalinya yakni pada tahun 1931 – 1941 di masa pemerintahan Belanda yang ketika itu kondisinya telah runtuh. Kemudian candi ini diperbaiki lagi pada tahun 1975 – 1980 dan diresmikan di tahun 1892.