Daftar isi
Tidak hanya di pulau Jawa, di Pulau Sumatera terdapat salah satu provinsi yang juga menjadi salah satu saksi sejarah penyebaran agama Buddha. Yap, provinsi tersebut adalah Jambi. Adapun peninggalan yang paling bersejarah di Jambi yaitu Candi Muaro Jambi.
Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi bercorak Hindu-Buddha yang terluas di Asia Tenggara. Candi ini diperkirakan merupakan candi peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Lokasi candi berada di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Tepatnya berada di tepi Batang Hari yakni sekitar 26 km ke arah timur dari Kota Jambi.
Adapun wilayah-wilayah yang tercakup dalam kawasan Candi Muaro Jambi yakni Desa Dusun Baru, Desa Danau Lamo, Desa Muaro Jambi, Desa Kemingking Luar, Desa Teluk Jambu, Desa Kemingking Dalam, serta Desa Dusun Mudo.
Candi ini memiliki sekitar 110 candi di mana sebagian besarnya itu masih berupa gundukan tanah yang belum dikupas. Selain itu, terdapat juga beberapa bangunan dengan bercorak Hindu. Di sekitar Candi Muaro Jambi ini juga ada sebuah sungai kecil yang berbentuk seperti parit dengan lebar sekitar 2- 3 meter. Sungai tersebut dibuat dengan mengelilingi candi dan berfungsi sebagai pembatas.
Adapun kompleks Candi Muara Jambi yang sudah dilakukan pemugaran diantaranya yakni:
Adapun ukuran dari Candi Muaro Jambi beserta bangunan kompleks lainnya yang ada di dalam kompleks candi ini antara lain:
Candi Muaro Jambi ini diperkirakan telah dibangun sejak abad ke-11 Masehi. Candi ini adalah kompleks candi yang terbesar dan paling terawatt di Pulau Sumatera. Bahkan sejak tahun 2009, kompleks Candi Muaro Jambi sudah dicalonkan ke UNESCO sebagai situs warisan dunia. Sebelumnya itu, juga sempat dilaporkan pertama kali pada tahun 1824 oleh S.C. Crooke yang merupakan seorang letnan inggris. Ketika itu, Crooke melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer.
Kemudian di tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan suatu pemugaran terhadap Candi Muaro Jambi yang dipimpin oleh R. Soekmono. Menurut aksara Jawa Kuno, pada beberapa lempeng yang ada di candi tersebut berkisar dari abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi. Saat itu, hanya 9 bangunan yang sudah mengalami pemugaran di mana semuanya merupakan bercorak Buddha. Adapun di antaranya adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong I, Gedong II, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
Sejak abad ke-7 Masehi, Candi Muaro Jambi ini sudah dijadikan sebagai pusat pendidikan agama Buddha. Jika berdasarkan catatan Biksu It Sing pada abad ke-7, terdapat ribuan siswa yang telah belajar tata bahasa sanksekerta. Namun peradaban Candi Muaro Jambi ini mulai terhapus akibat bencana banjir bandang yang terjadi sekitar abad ke-15 Masehi. Setelah itu, datang lagi musibah baru berupa wabah penyakit kolera yang menyerang masyarakat setempat termasuk biksu.
Akhirnya, kedua bencana tersebut telah membuat generasi masyarakat ketika itu terputus. Kemudian mulai pada abad ke-16 Masehi, masyarakat melayu yang merupakan generasi berbeda menjadi penghuni area yang hingga kini telah menjangkau tujuh desa di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi.
Adapun beberapa fungsi dari Candi Muaro Jambi yang perlu diketahui antara lain:
Selain pembahasan mengenai sejarah hingga fungsinya, ada beberapa fakta-fakta unik dari Candi Muaro Jambi yang perlu diketahui, antara lain:
Kini, Candi Muaro Jambi tentunya telah menjadi salah satu objek wisata di Pulau Sumatera terutama di Provinsi Jambi. Hingga saat ini, sudah terdapat puluhan bahkan ratusan peninggalan yang ditemukan di kawasan candi tersebut. Meskipun baru sebagian kecil yang sudah mengalami pemugaran, akan tetapi hal tersebut tentunya tidak mengurangi keindahan dan keunikan dari Candi Muaro Jambi itu sendiri.