Sejarah

Candi Pari: Sejarah – Fungsi dan Faktanya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Selain dengan kekayaan alam yang melimpah, Indonesia juga merupakan negara kerajaan. Namun pergerakan kerajaan dahulu kala yang ada di Indonesia ini masih sangat bersifat kedaerahan. Sehingga kerajaan-kerajaan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. nah, salah satu bukti nyata dari peninggalan kerajaan pada zaman dahulu yang ada di Sidoarjo adalah Candi Pari.

Apa itu Candi Pari?

Candi Pari merupakan candi peninggalan Kerajaan Majapahit di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Candi ini terletak di Desa Candipari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Jika dari pusat semburan PT Lapindo Brantas, untuk menuju Candi Pari berjarak sekitar 2 km ke arah barat laut.

Di antara ketiga candi yang ada di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Candi Pari adalah candi yang paling besar. Selain menggunakan kendaraan pribadi, untuk menuju ke sana kita juga bisa menggunakan bus dari Malang atau Surabaya.

Ciri-ciri Candi Pari

Bentuk Bangunan Candi Pari

Candi Pari dibangun dengan berbahan dasar dari batu bata, sementara ombang atas dan bawah pintu masuk bilik candi menggunakan bahan dari batu andesit. Jika dilihat dari arsitekturnya, Candi Pari ini memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan candi-candi lainnya yang ada di Jawa Timur. Selain dari batu fisik dari candi ini yang rada tumbun dan kokoh, perbedaan lainnya juga terlihat dari bentuk kaki, badan dan ornamennya.

Kaki candi

Untuk kaki candi ini terdiri dari dua tingkat yakni kaki candi atas dan kaki candi bawah.

  • Kaki candi atas atau batur ini memiliki denah empat bujur sangkar di mana terdapat dua jalan masuk ke arah bilik candi. Kedua jalan berupa susunan anak tangga dengan arah utara selatan dan selatan utara. Susunan batanya masih terbilang asli namun kondisinya telah rusak.
  • Kaki candi bawah ini terdapat tangga naik untuk menunjuk ke bilik candi. Pada bagian dinding candi sudah mengalami konsolidasi pada zaman pemerintahan Belanda.

Badan candi

Pada bagian badan candi terdapat 7 buah doorple di mana salah satunya terbuat dari batu andesit dan hiasan yang berbentuk segitiga. Dulunya, ambang pintu masuk pernh mengalami konsolidasi dengan diberi 6 buah kayu balok jati. Namun setelah mengalami pemugaran di tahun 1994 – 1999 diganti dengan bahan batu andesit sebanyak 7 buah.

Bilik candi

Sebagian di lantai bilik candi masih asli yang masih terlihat di sudut barat daya dan sudut barat laut dari bilik candi. Hingga saat ini, di dalam bilik candi sudah tidak ada lagi arca.

Atap candi

Pada bagian atap candi sebagian besarnya sudah runtuh. Hiasan-hiasan masih terlihat pada dinding atap yang berupa hiasan menara-menara panjal yang kurang lengkap.

Ukuran Candi Pari

Adapun ukuran Candi Pari beserta bagian-bagian yang ada di dalamnya sebagai berikut:

  • Candi Pari memiliki ukuran panjang sekitar 13,55 m dan lebar 13,40 m dengan tingginya sekitar 13,80 m yang terbuat dari batu bata.
  • Kaki candi bagian atas berbentuk bujur sangkar dengan berukuran panjang 13,55 m, lebar 13,40 m dan tingginya sekitar 1,50 m.
  • Kaki candi bagian bawah berbentuk bujur sangkar dengan panjang 10 m, lebar 10 m dan tingginya sekitar 1,95 m.
  • Badan candi berbentuk bujur sangkar dengan ukuran panjang 7,80 m dan tingginya 6,20 m.
  • Pintu masuk candi yang berbentuk segiempat memiliki ukuran panjang 2,90 m, lebar 1,23 m dan tebalnya sekitar 1 m.
  • Bilik candi memiliki ukuran sekitar 6 m x 6 m.
  • Atap candi memiliki ukuran panjang 7,80 m, lebar 7,80 m dan tingginya sekitar 4,05 m.

Sejarah Candi Pari

Candi Pari adalah candu yang memiliki bangunan persegi dari batu bata. Candi yang menghadap ke arah barat dengan ambang batas dan gerbang dari batu andesit ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Dahulu kala, di atas gerbang candi ini terdapat sebuah batu yang didalamnya bertuliskan angka tahun 1293 Saka atau 1371 Masehi. Sehingga Candi Pari merupakan candi peninggalan dari Kerajaan Majapahit di masa-masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada periode 1350 – 1389.

Pada kenyataannya juga bahwa Candi Pari telah dibangun sekitar tahun 1371. Hal itu dibuktikan dengan melihat rupa candi di mana bisa diperoleh gambaran mengenai bagaimana kompleksitas masalah ekonomi, aspek politik, budaya serta sosial.

Bahkan terkait penelitian dan publikasi sejarah mengenai Candi Pari yang berupa tulisan atau foto telah diterbitkan oleh sarjana-sarjana asal dari Belanda. Adapun mereka diantaranya adalah:

  • Hageman dalam TBG I tahun 1884.
  • P.J. Veth dalam Java tahun 1878.
  • JLA. Brandes dalam ROC tahun 1903.
  • J. Knebel dalam ROC tahun 1905/1906.
  • FDK Bosh dalam ROD tahun 1915.
  • Verbek yang mengadakan invetaris pada tahun 1889 – 1891.
  • NJ Krom dalam bukunya yang berjudul “Inlejding tot de Hindoe – Java Asoh Kunst” tahun 1923.

NJ Krom berpendapat kalau gaya arsitektur Candi Pari ini telah mendapat pengaruh dari Campa khususnya dengan candi-candi di Mison. Pengaruh ini terlihat pada bangunan dan ornamennya, akan tetapi candi ini masih tetap menunjukkan karakter Indonesia. untuk mendukung pendapatnya, akhirnya NJ Krom mengemukakan adanya keterkaitan antara Indonesia dengan Campa.

Sumber penelitian tertulis menunjukkan bahwa hubungan antara Indonesia dan Campa itu telah terjalin sejak masa pra sejarah. Hal ini telah didasarkan pada penemuan nekara-nekara perunggu gaya dongsan di pulau Jawa. Sementara pada masa klasik hubungan dagang tersebut makin meningkat lagi. Hubungan itu dapat dilihat dari bagunan Candi Pari itu sendri yakni bangunan suci dengan memiliki karakter Jawa yang sudah dipengaruhi kesenian Campa.

Fungsi Candi Pari

Adapun beberapa fungsi dari Candi Pari yang perlu kita ketahui sebagai berikut:

  • Sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Sri yang dianggap sebagai Dewi Padi.
  • Sebagai tempat peribadatan.
  • Sebagai tempat wisata bersejarah di Sidoarjo.

Fakta Tentang Candi Pari

Berikut beberapa fakta-fakta Candi Pari:

  • Memiliki bentuk yang sederhana dengan tatanan unik.
  • Saat menaiki candi melalui anak tangga, kita akan menemukan sebuah sumur tua. Menurut masyarakat sekitar, sumur tersebut dipercaya dapat tembus ke Laut Pantai Selatan.
  • Tidak jauh jaraknya dari Candi Pari terdapat peninggalan lainnya yakni Candi Sumur yang memiliki ukuran lebih kecil.
  • Candi yang dijadikan sebagai simbol kesuburan desa setempat yang dapat menghasilkan padi yang sangat melimpah. Sehingga masyarakat bisa menyerahkannya sebagai upeti kepada sang Raja Majapahit kala itu.
  • Salah satu candi yang banyak diteliti oleh para peneliti asal Belanda.

Hingga kini, Candi Pari tentunya masih sangat terawat dan terjaga keutuhan bangunannya. Hal itu dikarenakan candi ini memang dijaga oleh petugas-petugas yang selalu menjaga candi tersebut. Bahkan juru kunci candi menjelaskan bahwa Candi Pari memang dirawat secara rutin karena tempat tersebut memang ramai dikunjungi oleh pengunjung. Sehingga selain kelestariannya yang terjaga, kebersihan dari Candi Pari tetap dijaga.