12 Ciri Desa Swasembada dan Contohnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Desa menurut V.C Finch adalah suatu tempat tinggal yang terdiri dari rumah-rumah pertanian dan bukan suatu tempat untuk berdagang atau bahkan menjadi pusat perdagangan. Rumah-rumah pertanian identik berada di pedesaan, namun menurut V.C Finch ada bangunan tambahan pada rumah-rumah tersebut.

Desa swasembada adalah desa dengan tingkat perkembangan paling tinggi atau sudah cukup berhasil dan maju dalam pemanfaatan sumber daya alamnya. Tidak sekadar perkembangan sumber daya alam yang ditunjukkan dari desa swasembada, tapi juga dari segi modal sosial dan sumber daya manusia (SDM) pada desa swasembada sudah sangat memadai.

Setiap fase atau tipe perkembangan desa memiliki cirinya masing-masing.

1. Kepadatan Penduduk Tinggi

Desa masih kerap dianggap sebagai wilayah tempat tinggal dengan penduduk yang kecil dengan tingkat kepadatan rendah, tidak seperti kota yang penduduknya besar dan tingkat kepadatannya tinggi. Padahal, ciri utama dari desa swasembada adalah kepadatan penduduknya yang tidak seperti desa-desa zaman dulu.

Bahkan bila membandingkannya dengan desa swadaya dan desa swakarya, tingkat kepadatan penduduk desa swasembada jauh lebih tinggi yang berkaitan pula dengan perkembangan dan kemajuan masyarakatnya. Karena padat penduduk, berbeda dari anggapan desa sebelum ini yang jarak antar rumah berjauhan, di desa swasembada jarak antar rumah lebih berdekatan.

2. Lokasi Tidak Jauh dari Pusat Kota

Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di desa swasembada juga berhubungan erat dengan letaknya yang dekat pusat kota. Desa swasembada adalah desa yang berkembang sehingga penduduk menjadi lebih mudah ketika harus melakukan kegiatan pembelian, penjualan, dan pelayanan di pusat kota.

Walaupun tergolong maju, desa swasembada tidak sepenuhnya memadai sehingga penduduk perlu ke pusat kota untuk memperoleh barang atau jasa yang mereka butuhkan. Untuk itu, bertempat tinggal tak jauh dari kota kecamatan, kabupaten hingga provinsi adalah suatu keuntungan bagi masyarakatnya.

3. Pikiran Terbuka dan Rasional

Desa swasembada juga berciri utama pada pola pikir masyarakatnya yang cenderung rasional. Tidak hanya rasional atau penuh logika, masyarakat desa ini juga berpikiran maupun bersikap terbuka terhadap pengaruh-pengaruh baru dari luar masyarakatnya sendiri yang memicu perkembangan desa untuk lebih maju.

Selama hal baru dan pengaruh dari luar tersebut adalah positif dan bukan hal yang buruk atau menyimpang dari apa yang sudah masyarakat desa swasembada yakini dan terapkan, maka mereka akan sangat terbuka menerimanya. Masyarakat ini pun memiliki kesediaan tinggi untuk melakukan interaksi dengan orang-orang luar desa agar dapat belajar lebih banyak hal.

4. Teknologi Mulai Canggih

Ciri lain yang tidak dapat dipungkiri dari desa swasembada adalah teknologi di tengah masyarakat yang sudah mulai canggih. Masyarakat dengan keterbukaan dan pikiran rasionalnya bersedia menerima perubahan positif dan belajar untuk memakai teknologi canggih supaya maju. Teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang banyak dijumpai di bidang industri.

5. Kesadaran Tinggi Terhadap Kesehatan

Masyarakat desa cenderung masih identik dengan masyarakat tradisional yang masih memercayai mitos, termasuk dalam hal kesadaran rendah terhadap kesehatan. Desa zaman dulu mengalami ketertinggalan dalam hal fasilitas kesehatan dan sulit bagi masyarakat desa untuk memperoleh perawatan yang semestinya, tidak seperti masyarakat kota.

Namun, desa swasembada memiliki masyarakat yang berbeda, yakni yang memiliki kesadaran tinggi terhadap kesehatan. Hal ini tak lepas dari ketersediaan fasilitas bidang kesehatan yang sudah memadai, seperti keberadaan rumah sakit desa serta Puskesmas yang bisa dijumpai dengan mudah.

6. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Desa swasembada adalah desa yang tidak hanya berkembang karena ada pula yang telah maju karena ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana yang terbilang lengkap. Berbagai keperluan masyarakat desa swasembada dapat terpenuhi seperti halnya masyarakat yang hidup di kota karena faktor ini.

7. Peningkatan Jumlah Industri

Desa swasembada bukan tipe desa zaman dulu yang biasanya hanya sebagai tempat tinggal biasa, melainkan berfungsi sebagai tempat perindustrian. Jenis industri di desa swasembada pun semakin beragam dan jumlah lokasi semakin banyak menunjukkan bahwa industri sudah menjamur dengan baik karena pemanfaatan potensi daerah yang maksimal.

8. Inisiatif dan Partisipasi Tinggi untuk Kemajuan Daerah

Masyarakat yang mampu berinisiatif dan bersedia terlibat dalam pembangunan dan pengembangan daerah tempat mereka tinggal. Salah satu bentuk inisiatif dan partisipasi masyarakat untuk kemajuan daerah adalah penempuhan pendidikan yang lebih tinggi, bahkan ketika harus bersekolah di kota.

9. Peningkatan Taraf Pendidikan

Masyarakat di desa swasembada memiliki keterampilan yang tinggi dan berbeda dari masyarakat desa pada umumnya di zaman dulu. Hal ini karena taraf pendidikan yang juga makin tinggi dan masyarakat pun bersedia untuk menempuhnya, tidak hanya lulusan SMA, tapi kini juga banyak yang berhasil lulus perguruan tinggi. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas, para masyarakat ini bisa ikut terlibat dalam proses pengembangan daerah.

10. Peningkatan Fungsi dan Jumlah Lembaga Formal Maupun Informal

Tidak hanya di kota, desa swasembada pun memiliki lembaga formal dan informal yang akan terus bertambah. Ciri desa swasembada satu ini menunjukkan bahwa lembaga ekonomi, sosial dan budaya yang aktif tidak sedikit dan fungsinya pun sangat baik. Keberadaan lembaga-lembaga ini menjamin kehidupan masyarakatnya yang lebih baik, aman dan sejahtera.

11. Tidak Ada Keterikatan Adat

Masyarakat desa selalu dihubungkan dengan cara hidup tradisional yang penuh dengan adat istiadat yang kuat dan tidak mudah diterobos. Namun di desa swasembada, para masyarakatnya masih memegang adat istiadat turun-temurun dari nenek moyang, hanya saja sudah tidak sekuat dulu.

Karena mampu membuka diri terhadap pengaruh baru demi kemajuan daerahnya, masyarakat tidak lagi terikat dengan adat istiadat seperti zaman dulu.

12. Jasa dan Perdagangan Menjadi Mata Pencaharian Dominan

Jika dahulu desa dianggap sebagai tempat tinggal semata dengan sikap dan kebiasaan tradisional tanpa adanya aktivitas perdagangan karena perdagangan identik dengan aktivitas perkotaan, di desa swasembada perkembangan ekonomi sudah tergolong maju. Sebagai desa dengan sektor jasa dan perdagangan yang membuat mata pencaharian di bidang tersebut mendominasi, hal ini sangat memengaruhi tingkat ekonomi masyarakat desa, khususnya terlihat dalam peningkatan transaksi.

Contoh Desa Swasembada

Desa swasembada atau desa yang masyarakatnya sudah sangat berkembang dalam berbagai aspek dapat dijumpai lebih banyak di Indonesia daripada yang kita kira, contohnya antara lain :

  • Desa Hanura, Lampung

Desa Hanura yang terletak di Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung ini disebut sebagai salah satu contoh desa swasembada karena kini berhasil menjadi contoh untuk desa-desa di Sumatra.

Pada tahun 2016, Desa Hanura dikabarkan sukses menjadi juara pertama lomba desa tingkat nasional karena pelayanan desa ini yang sudah pada tingkat memuaskan. Desa yang lokasinya berjarak 12 km dari ibukota provinsi dan 60 km dari ibukota kabupaten ini mendapat nilai paling tinggi dari segi pelayanan desa tersebut. Yang meliputi pembuatan kartu keterangan, pembuatan surat, dan lainnya dengan teknologi internet.

Masyarakat Desa Hanura diketahui telah mengenal internet, namun tidak semua warganya mampu melakukan sistem online atau memahami penggunaan internet. Oleh sebab itu, aparatur desa siap sedia membantu penduduk desa yang berkepentingan untuk mempercepat proses pembuatan surat, pendaftaran berbagai program kegiatan desa, perolehan informasi, bantuan raskin, dan lain-lainnya memakai internet tanpa warga harus mengantre di loket desa seperti dulu.

  • Desa Pariangan, Sumatra Barat

Desa Pariangan yang tepatnya berlokasi di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat juga diketahui sebagai salah satu desa swasembada karena mampu memaksimalkan potensi keindahan alam yang dimiliki. Pada tahun 2012 akhir, Desa Pariangan dinobatkan sebagai salah satu desa paling indah di dunia yang hingga kini masih membuat banyak orang terkagum-kagum dan mengundang banyak wisatawan.

Ditunjuk oleh Budget Travel sebagai desa terindah, hal ini menjadi faktor yang memotivasi masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan segala aspek di dalam Desa Pariangan. Jumlah wisatawan sempat membludak pada masanya, yakni 500-5.000 orang yang berkunjung, mulai dari wisatawan domestik hingga luar negeri. Desa Pariangan kemudian dianggap sebagai aset yang mampu menumbuhkan perekonomian sehingga fasilitas, keamanan dan pelayanan di sana pun sangat diperhatikan.

  • Desa Selo, Jawa Tengah

Contoh lain desa swasembada adalah Desa Selo yang lokasinya ada di Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah karena desa ini sudah cukup maju, terutama dengan objek wisata yang patut diunggulkan. Desa Selo memiliki kawasan wisata alam yang menyuguhkan berbagai aktivitas seru untuk para pengunjungnya, seperti outbound hingga pendakian gunung. Bahkan di desa yang posisinya ada di antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi ini pun tersedia New Selo, yakni sebuah Pos Pengamatan Gunung Berapi yang bisa dinikmati wisatawan lokal maupun luar negeri.

Desa yang memiliki ketinggian kurang lebih 1.000 mdpl ini juga tergolong sebagai desa swasembada karena pengembangan tanaman bawang putihnya. Pengembangan ini merupakan keputusan dari Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Dispertan (Dinas Pertanian) yang memiliki kerja sama dengan satu pihak investor agar penanaman bawang putih di Desa Selo dapat dioptimalkan untuk perekonomian yang lebih baik.

Jadi, desa swasembada merupakan desa kaya potensi yang berhasil dikembangkan satu per satu hingga pada akhirnya masyarakat desa tersebut dapat menikmati hasil partisipasi dan jerih payah untuk memiliki kehidupan yang tak beda jauh daripada masyarakat kota.

fbWhatsappTwitterLinkedIn