Makna kias dalam teks (novel) sejarah adalah makna kata atau rangkaian kata yang berbeda dengan makna kata atau rangkaian kata penyusunnya. Perbedaan ini dapat menimbulkan keindahan dalam cerita atau juga menyampaikan pesan tertentu. Hal inilah yang mendorong penggunaan makna kias.
Penggunaan makna kias dalam cerita adalah salah satu gaya penulisan yang kerap digunakan. Makna kias menimbulkan keindahan sehingga kerap dibuat untuk meningkatkan daya Tarik sebuah karya sastra. Makna kias dapat dituangkan baik dalam bentuk kata, rangkaian kata, atau yang lainnya.
Sama halnya dalam penulisan cerpen atau novel lainnya. Novel sejarah juga banyak menggunakan makna kias dalam penulisannya. Tujuan menggunakan makna kias adalah untuk memperkuat rasa imajinasi atau khayalan para pembaca.
Di dalam novel sejarah kata kias dapat berupa kata, frasa, ungkapan, dan peribahasa. Kata atau frasa yang bermakna kiasan ini digunakan si penulis untuk menumbuhkan khayalan atau imajinasi para pembaca saat membacanya atau membuat lebih indah ceritanya. Makna kias atau makna konotasi yang terdapat dalam teks cerita atau novel sejarah bisa dilihat sebagai berikkut :
- Setidaknya kini peluru tidak akan lagi menghujani diriku.
Menhujani = terkena
- Ratusan korban jiwa berguguran hanya untuk menumpas beberapa orang Londo.
Berguguran = tewas, meninggal dunia, terbunuh
- Namun karena Ronggo Lawe pernah menjadi tulang punggungnya di waktu beliau masih berjuang dahulu.
Tulang punggung = penopang ekonomi
- Di antara para Ibu Ratu yang terpukul hatinya, hanya Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri yang bisa berpikir sangat tenang.
Terpukul hatinya = sangat sedih
- Mampukan Cakradana menjadi tulang punggung mendampingi istrinya menyelenggarakan pemerintahan?.
Tulang punggung = sandaran atau sumber kekuatan
- Di sebelahnya, Gajah Mada membeku.
Membeku = diam saja
- Ia tahu benar Tholib Sungkar Az-Zubaid adalah kucing hitam di waktu malam dan burung merak di waktu siang.
Kucing hitam di waktu malam dan burung merak di waktu siang = orang yang menakutkan secara fisik namun baik hatinya
- Bau kemenyan menyebar menyapa hidung siapapun tanpa terkendali.
- Majapahit memang bisa berada dalam kekuasaannya, dan kekuasaan manakah yang lebih tinggi dibandingkan kekuasaan seorang raja.
- Dalam hati kecilnya bayangan Sang Adipati, yang jelas memberanikan istrinya, antara sebenarnya mengawang dan mengancam hendak merobek-robek hatinya.