8 Contoh Puisi Metonimia dalam Kalimat

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Majas metonimia merupakan salah satu bagian dari macam majas perumpamaan yang cukup populer. Majas metonimia digunakan dalam penulisan kalimat pada puisi maupun novel.

Jenis gaya bahasa dalam puisi yang menggunakan majas metonimia akan memberi kesan estetika pada puisi tersebut.

Secara bahasa kata metonimia berasal dari bahasa Yunani yaitu meto yang artinya menunjukkan perubahan. Sedangkan anoma yang artinya nama.

Dengan demikian metonimia dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang dibandingkan dengan hal lain dengan nama tertentu.

Dalam penggunaannya, majas metonimia sering dikaitkan dengan nama barang, nama tempat, nama tokoh, maupun nama peristiwa tertentu. Dalam puisi bebas, seringkali penggunaan majas metonimia suatu diksi dilekatkan dengan suatu benda.

Seperti pada jenis rima dalam puisi, metonimia seringkali digunakan untuk menyelaraskan irama puisi. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak contoh berikut.

1. Kalimat metonimia dalam puisi “Amuk”, karya Sutardji Calzoun Bachri

“Ngiau!Kucing dalam darah, ia menderas lewat. Dia mengalir ngilu ngiau. Dia berbegas lewat dalam aortaku, dalamrimba darahku, dia besar bukan harimau, bukan singa, bukan hiena. Dialeopar, dia macam kucing, bukankucing tapi kucing.”

Padakalimat penggalan puisi tersebut, terlihat penyair menggunakan tokohdiibaratkan dengan kucing. Pada kalimat “Diaberbegas lewat dalam aortaku, dalam rimba darahku,” juga terlihat penggunaanmetonimia.

2. Kalimat metonimia dalam puisi “Burung Terbakar”, karya W. S. Rendra

Ada burung terbang dengan sayap terbakar dan terbang dengan dendam dan sakit hati. Gulita pada mata serta nafsu pada cakar.Mengalir arus pedih yang Cuma berakhir di mati.”

Pada kalimat penggalan puisi di atas, burung diartikan dengan kemarahan dan dendam serta hati yang marah.

Dengan majas metonomia, penyair membandingkan burung sebagai simbol kemarahan, yang kemudian diperkuat dengan “sayap terbakar dan terbang dengan dendam dan sakit hati”.

Pada kalimat “Gulita pada mata serta nafsu pada cakar”, juga terdapat metonimia di mana penyair menyimbolkan tokoh yang buta terhadap masalah yang dihadapi.

3. Kalimat metonimia pada puisi “ Sepasang Sepatu Tua”, karya Sapardi Djoko Damono

“Sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gedung, berdebu. Yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat jalan berlumpur sehabis hujan… keduanya telah jatuh cinta kepada sepasang telapak kaki itu.”

Pada penggalan kalimat puisi di atas, penyair menggunakan metonimia pada kalimat “jatuh cinta kepada sepasang telapak kaki itu”. Kata telapak kaki dimaksudkan untuk tokoh yang selalu melekat pada sepatu.

Artinya tokoh tersebut merupakan manusia yang disimbolkan dengan telapak kaki, karena telapak kaki yang paling dekat hubungannya dengan sepatu.

4. Kalimat metonimia pada puisi “Nota untuk Usia 40”, karya Goenawan Mohamad

Pasir dalam gelas waktu, menghambur ke dalamplasmaku. Lalu di sana tersusun gurun dan mungkin oase tempat terakhirburung-burung.”

Padakalimat penggalan puisi di atas, penyair menyimbolkan kata “pasir”. Katatersebut dimetonomiakan dengan waktu. Kalimat “Pasir dalam gelas waktu”,  merupakan simbol dari gelas pasir waktu.

5. Kalimat metonimia dalam puisi “Celana 1”, karya Joko Pinurbo

Ia telah mendapatkan celana idaman yang lamadidambakan, meskipun untuk itu ia harus berkeliling kota dan masuk kesetiap toko busana.“

Pada kalimat penggalan puisi di atas, pada kalimat “Ia telah mendapatkan celana idaman yang lama didambakan”, terlihat penyair menerapkan majas metonimia dengan menggunakan simbol pasangan hidup dengan celana.

Kata “celana idaman yang telah didambakan” menandakan pasangan hidup yang telah lama didambakannya.

6. Kalimat metonimia dalam penggalan puisi “Perempuan dalam Dekap Cinta”, karya Rainer Maria Rilke

“Kukira segala yang ada di seputarku adalah aku juga; seperti yang tertembus cahaya dalam di dalam kristal, mengelam dandiam. Kukira bisa kubawa bintang-bintangke dalam diriku, luas terang secemerlang hatiku; semarak banyak serentakseperti aku yang ingin mengejar dia. “

Pada penggalan kalimat puisi di atas, penyair menggunakan majas metonimia pada kalimat “seperti yang tertembus cahaya dalam di dalam kristal,”.

Penyair melambangkan kristal sebagai bentuk hatinya. Selain itu pada kalimat “Kukira bisa kubawa bintang-bintang ke dalam diriku”,  juga menggunakan majas metonimia dengan melambangkan bintang-bintang sebagai lambang kebahagiaan.

7. Kalimat metonimia dalam puisi “Kisah Pagi Ini”, karya Taufik Ikram Jamil

“Mungkinjuga dikaulah puteri tujuh yang tanpa lelah mengumpulkan air matamu,kemudian disulingkan sebagai minyak bumi”

Pada kalimat penggalan puisi tersebut penyair menggunakan majas metonimia dengan menyimbolkan mata air sebagai “puteri tujuh”.

Pada kalimat “tanpa lelah mengumpulkan air matamu”, juga menggunakan majas metonimia. Penyair menggunakan simbol air matamu sebagai sumber mata air sesungguhnya.

8. Kalimat metonimia dalam puisi “Bang Ali dan Jakarta tahun 1920-an”, karya Zeffry J. Alkatiri

“Tapibanyak yang nekad berjudi mimpi. Sepertidihembus oleh lagu Koes Ploes: Ke jakarta aku akan kembali… walaupun apayang kan terjadi…”

Padapenggalan kalimat puisi di atas, penyair menggunakan majas metonimia denganmelambangkan hidupnya yang tersugesti oleh lagu-lagu dari penyanyi Koes Ploes.Hal tersebut terlihat pada kalimat “. Sepertidihembus oleh lagu Koes Ploes”.

Demikianbeberapa contoh puisi metonimia dalam kalimat yang sering kita jumpai dalamkehidupan sehari-hari.

fbWhatsappTwitterLinkedIn