Diastropisme: Pengertian – Proses dan Dampaknya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bumi tersusun dari berbagai lapisan tanah yang juga dapat mengalami pergerakan. Salah satu lapisan Bumi yang mengalami pergerakan adalah lapisan kulit Bumi atau disebut juga dengan kerak Bumi.

Kerak Bumi mengalami gerakan yang disebut dengan diastropisme. Berikut ini penjelasan mengenai apa itu diastropisme, gejala dan dampaknya. 

Pengertian Diastropisme

Diastropisme adalah suatu gerakan yang dihasilkan dari dalam Bumi atau biasa disebut dengan gaya endogen Bumi. Gaya endogen Bumi terbagi menjadi tiga jenis tenaga dan yang menghasilkan gerak diastropisme adalah tenaga tektonik. Dengan kata lain diastropisme adalah gerak yang berasal dari tenaga endogen Bumi yang dapat membentuk relief di atas permukaan tanpa disertai dengan adanya aktivitas magma. 

Arah gerakan diastropisme pada umumnya ke arah vertikal maupun horizontal. Apabila diastropisme terjadi di daerah yang tidak terlalu luas namun cepat dan terarah maka disebut dengan orogenesa. Pergerakan ini akan menciptakan gunung, patahan, dan lipatan.

Sedangkan apabila diastropisme terjadi di wilayah yang luas secara  horizontal maupun vertikal dengan kecepatan yang lebih lambat. Contoh dari orogenesa adalah pegunungan Himalaya sedangkan contoh dari epirogenesa adalah pengangkatan perisai benua atau shield.

Proses Terjadinya Diastropisme

Diastropisme adalah gejala yang diakibatkan oleh adanya tenaga endogen terutama berasal dari lapisan astenosfer. Lapisan astenosfer mengeluarkan arus yang menyebabkan pergesekan antar lempengan kerak Bumi. Lempengan yang terseret ke aranya masing-masing tersebut akhirnya saling berbenturan akibat arus konveksi yang terlalu besar. 

Pergerakkan lempengan yang tidak terkendali tersebut menyebabkan lempengan berhamburan ke segala arah. Lempengan bisa saja saling menyalip, saling menjauh atau bertumpukkan satu sama lain. Gerakan tersebutlah yang akhirnya muncul ke permukaan baik sebagai patahan maupun lipatan. 

Dampak Diastropisme

Gejala yang ditimbulkan dari diastropisme menghasilkan sebuah pola baru pada permukaan kulit Bumi sebagai dampaknya. Pola-pola baru tersebut antara lain:

Struktur Lengkungan (Warping)

gejala diastropisme cenderung mendatar hal tersebut dikarenakan permukaan batuan yang sebelumnya rata kemudian mendapat tekanan ke vertikal atau ke horizontal sehingga membentuk lengkungan baik ke atas maupun ke bawah.

Lengkungan yang mengarah ke atas maka disebut dengan kubah atau dome sedangkan yang mengarah ke bawah disebut dengan basin atau cekungan. 

Struktur Lipatan (Folding)

Struktur ini akan terjadi apabila permukaan atau batuan mendapat tekanan lemah. Akibat dari tekanan tersebut menghasilkan lipatan-lipatan pada permukaan yang semula datar. Bentuk dari struktur lipatan ini terbagi menjadi lima jenis yakni; 

  • Fleksur (Flexure): adalah bentuk lipatan yang terjadi ketika tenaga endogen mendorong lapisan batuan yang rapuh dan lapisan batuan yang plastis. Akibatnya adalah terjadi peralihan antara lekukan dengan putusnya lapisan batuan.
  • Lapisan tegak (upright fold) : bentuk lipatan ini terjadi ketika dua lapisan tanah saling bertemu dan mendorong satu sama lain dengan kekuatan yang sama. Peristiwa ini menghasilkan lipatan yang sumbunya tegak lurus dan lerengnya simetris.
  • Lipatan miring (oblique fold) : yaitu bentuk lipatan yang terjadi ketika suatu gelombang pada lapisan tanah yang saling menekan dengan kekuatan yang tidak seimbang. Akibatnya adalah bagian puncak atau disebut dengan antiklinal tidak seimbang dan lerengnya tidak simetris.
  • Lipatan terletak (overturned fold) : yaitu bentuk struktur lipatannya saling menutupi satu sama lain.

Struktur Patahan (Faulting)

Struktur patahan akan terbentuk apabila tekanan yang didapat cukup kuat sehingga lapisan kerak Bumi yang bersifat kaku tidak dapat membentuk lipatan dan terputus atau patah. Jika ditinjau dari arah gerak batuan maka struktur patahan terbagi menjadi lima tipe sebagai berikut:

  • Patahan Normal (Normal Fault) 

Patahan atau sesar tipe normal adalah struktur patahan yang memiliki arah gerak blok batuan yang searah dengan gaya berat yaitu ke arah bawah melalui sepanjang bidang patahan. 

  • Patahan Berlawanan (Reverse Fault) 

Bentuk dari struktur lipatan ini adalah kebalikan dari normal fault yaitu melawan arah gaya berat atau ke atas. 

  • Patahan Celah Lurus (Strike-slip Fault) 

Bentuk struktur lipatan ini terjadi ketika arah gerak blok batuan cenderung mendatar baik ke kiri maupun ke kanan namun terkadang juga secara vertikal. Peristiwa ini terjadi akibat adanya dua buah tekanan horizontal saling berlawanan arah.

  • Oblique-slip Fault 

Jenis patahan yang disebut juga dengan patahan celah miring ini adalah kombinasi dari normal fault dan juga strike slip fault. Sehingga gerakannya bisa ke kanan atau ke kiri serta naik dan turun. Peristiwa ini terjadi ketika batuan tersebut mendapat tekanan dari segala arah baik atas dan bawah maupun kanan dan kiri. 

  •  Rotational Fault

Rotation fault adalah jenis struktur patahan dimana arah gerak blok batuan searah jarum jam atau berputar mengelilingi bidang patahan. 

fbWhatsappTwitterLinkedIn