Daftar isi
Setiap makhluk hidup tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal itu mulai dari cara bergerak, bertahan hidup hingga berkembang biak. Nah, salah satu kemampuan makhluk hidup dalam bergerak dan bertahan hidup tersebut adalah ekolokasi.
Pengertian Ekolokasi
Ekolokasi merupakan suatu sonar biologi yang dimanfaatkan oleh beberapa jenis binatang. Dengan arti lain, ekolokasi yaitu kemampuan yang ada pada makhluk hidup khususnya hewan yang berperan untuk menentukan jarak atau letak benda di sekitarnya berdasarkan pantulan bunyi atau gelombang suara (biosonar).
Istilah ekolokasi ini pertama kali dicetuskan oleh Donald Grifin. Beliau tidak sendiri melainkan bekerja sama dengan Robert Galambos pada tahun 1938.
Hal itu dibuktikan dengan penemuannya terhadap kemampuan ekolokasi pada kelelawar. Namun jauh sebelum kejadian itu yakni pada abad ke-18, seorang ilmuwan dari Italia yang bernama Lazzaro Spallanzani dengan serangkaian percobaan yang telah dilakukannya.
Lazzaro menyimpulkan bahwa kelelawar melakukan navigasinya tidak menggunakan penglihatan, melainkan melalui indra pendengarannya. Namun saat itu, percobaan ekolokasi pada jenis paus masih belum dapat dijelaskan. Dua dekade setelahnya, kemudian ekolokasi pada hewan paus baru dapat dijelaskan oleh ilmuwan bernama Schevill dan McBride.
Hewan yang mempunyai kemampuan ekolokasi dalam mengeluarkan bunyi dan mendengarkan pantulan bunyi itu berasal dari pantulan oleh objek-objek yang berada di sekitar.
Dengan menggunakan bunyi pantulan tersebut, akhirnya hewan-hewan tersebut mampu mengidentifikasi keberadaan objek. Selain itu, kemampuan ekolokasi ini juga digunakan binatang sebagai alat navigasi untuk berburu mangsa.
Ciri-Ciri Ekolokasi
Adapun ciri-ciri ekolokasi yang perlu kita ketahui sebagai berikut:
- Kemampuan dalam memantulkan bunyi
Pada sebelumnya sudah dijelaskan bahwa ekolokasi adalah kemampuan makhluk hidup dalam memantulkan bunyi untuk menentukan jarak objek yang ada di sekitarnya. Sehingga hal ini adalah menjadi ciri utama dalam ekolokasi.
- Bunyi yang dipantulkan berasal dari objek di sekitarnya
Saat hewan tersebut mengeluarkan atau memantulkan bunyi, kemudian bunyi atau gelombang suara tersebut akan dipantulkan kembali oleh objek yang ada di sekitarnya. Misal, kelelawar memantulkan bunyi dan binatang atau benda yang dilewatinya akan memantulkan lagi dan diterima oleh kelelawar.
- Lebih cenderung pada hewan yang pencahayaannya kurang
Makhluk hidup yang memiliki kemampuan ekolokasi ini biasanya lebih cenderung pada hewan yang memiliki pencahayaan kurang. Dengan arti lain, hewan-hewan tersebut tidak mengandalkan mata untuk mencari makanannya. Sehingga mereka menggunakan sistem sonar atau ekolokasi. Contohnya kelelawar dan lumba-lumba.
Contoh Hewan Ekolokasi
Berikut ini beberapa contoh hewan yang memiliki kemampuan ekolokasi yaitu:
Kelelawar
Kelelawar adalah makhluk hidup yang sering kita atau dapat dijumpai di gua-gua yang sangat gelap. Untuk bisa terbang dengan arah yang benar, maka kelelawar ini menggunakan sistem sonar.
Perlu kita ketahui bahwa kelelawar dapat berterbangan di tempat-tempat yang terpencil dengan kecepatan yang sangat tinggi. Meskipun demikian, kita sangat jarang melihat kelelawar menabrak dinding gua atau tembok yang ada di hadapannya.
Hal itu dikarenakan kelelawar mampu membelokkan tubuhnya. Dengan kata lain, kelelawar ini telah mengeluarkan gelombang suara (bunyi) dengan frekuensi yang tinggi sebanyak mungkin. Setelah itu, kelelawar akan mendengarkan bunyi pantul tersebut dengan pendengarannya yang tajam.
Dengan cara itulah, kelelawar bisa mengetahui benda-benda yang berada di sekitarnya. Sehingga ia bisa terbang meskipun dalam keadaan gelap tanpa menabrak dinding ataupun benda-benda yang ada di sekitarnya.
Kelelawar adalah hewan yang dapat mendengarkan bunyi ultrasonik dengan frekuensi yang sangat tinggi yakni di atas 20.00 Hz. Gelombang ultrasoniknya itu akan dikeluarkan pada saat terbang.
Sehingga gelombang yang dikeluarkannya akan dipantulkan lagi oleh benda atau hewan lain yang akan dilewatinya dan diterima oleh alat yang ada di tubuh kelelawar. Seperti itulah mekanisme kemampuan ekolokasi yang dilakukan oleh kelelawar.
Lumba-Lumba
Seperti yang kita ketahui, lumba-lumba merupakan hewan yang hidup di laut atau hewan laut. Hewan yang satu ini biasanya bisa dilihat di permukaan air, akan tetapi sebagian waktu mereka berada di kedalaman lautan yang cukup gelap tanpa cahaya.
Meskipun demikian, lumba-lumba memiliki sistem yang memungkinkan dirinya untuk bisa berkomunikasi dan menerima rangsangan. Kemampuan tersebut berasal dari adanya sistem sonar. Pada lumba-lumba, sistem ini berfungsi untuk mendeteksi benda-benda yang ada di lautan, mencari makan dan juga berkomunikasi.
Lumba-lumba adalah hewan yang bernapas melalui lubang di atas kepalanya. Tepat berada di bawah lubang tersebut ada kantung-kantung kecil yang berisi udara. Jika lumba-lumba mengalirkan udara melalui kantung-kantung tersebut, maka ia akan menghasilkan gelombang suara dengan frekuensi yang tinggi.
Kantung udara tersebut berfungsi sebagai cermin akustik di mana akan memfokuskan bunyi yang dihasilkan pada gumpalan kecil jaringan lemak pada tepat di bawah lubang pernapasan. Setelah itu, bunyi tersebut akan dipancarkan ke arah sekitarnya secara terputus-putus.
Kemudian gelombang bunyi tersebut segera memantul kembali jika membentur suatu benda atau hewan dan ditangkap oleh bagian rahang bawahnya yang disebut dengan jendela akustik. Setelah itu, bunyi itu diteruskan menuju telinga bagian tengah dan kemudian ke otak untuk diterjemahkan.
Pantulan bunyi itu akan memberikannya informasi secara rinci terkait jarak benda-benda yang ada di sekitarnya, ukuran serta pergerakannya. Dengan cara tersebutlah, lumba-lumba untuk mengetahui lokasi mangsanya.
Bahkan antar lumba-lumba lainnya dapat saling berkirim pesan meskipun terpisahkan dengan jarak yang lebih dari 220 km seperti untuk menemukan pasangan atau saling mengingatkan akan bahaya. Itulah cara kerja sistem sonar yang dimiliki oleh lumba-lumba.
Celurut
Selain kelelawar dan lumba-lumba, celurut juga termasuk ke dalam hewan dengan kemampuan ekolokasi. Celurut merupakan hewan pemakan serangga dengan tubuh yang kecil dan mirip seperti tikus. Karena ukuran, warna rambut dan moncong yang dimilikinya sehingga hewan yang satu ini sering disebut sebagai tikus kesturi.
Selain itu, ada sebutan lainnya yaitu cencurut dan munggis. Padahal celurut ini sangat jauh kekerabatannya dengan tikus. Celurut ini adalah hewan mamalia yang memiliki kemampuan ekolokasi. Hal itu dikarenakan penglihatan celurut yang sangat buruk. Bahkan Britannica telah mencatat bahwa anak-anak celurut dilahirkan dalam kondisi buta.
Burung Merpati
Hewan selanjutnya adalah burung merpati yang kemampuan ekolokasinya sejak dahulu telah diperdebatkan oleh para ahli satwa. Hal itu dikarenakan burung merpati mempunyai pancaindera yang terbilang cukup baik jika dibandingkan dengan hewan ekolokasi lainnya.
Secara umum, kemampuan ekolokasi yang dimiliki oleh burung merpati ini menggunakan gelombang suara dengan frekuensi yang rendah untuk menampilkan jalur pada peta yang sudah ia rekam dalam memori otaknya.
Bahkan dalam studi dan penelitian oleh Live Sciene menjelaskan bahwa burung merpati ini mempunyai kemampuan ekolokasi yang sekaligus mampu mendeteksi medan magnetic bumi pada tingkat tertentu melalui saraf di indera penciumannya.
Itulah yang alasan mengapa burung merpati bisa selalu pulang ke sarangnya tanpa tersesat atau hambatan.