12 Fakta Jam Gadang Bukittinggi yang Perlu diketahui

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
Jam Gadang Bukittinggi

Jam Gadang merupakan landmark atau ciri khas dari kota kelahiran Presiden pertama RI yaitu Bukittinggi, Sumatera Barat. Menara unik ini menjadi destinasi wisata baik domestik maupun mancanegara. Berikut ini adalah fakta menarik tentang jam gadang yang berada di Bukittinggi.

  1. Jam Gadang terletak di pusat kota Provinsi Bukittinggi dan dikelilingi oleh Pasar Bawah, Pasar Atas, Plaza Bukittinggi dan Istana Bung Hatta. Nama “gadang” diambil dari bahasa setempat yaitu bahasa Minangkabau yang artinya “besar”. Nama tersebut disematkan pada jam gadang karena  terdiri dari empat sisi menara dengan diameter cukup besar yaitu 80 cm.
  2. Jam Gadang sudah berdiri sejak tahun 1926 atas perintah Ratu Belanda bernama Wilhelmina. Ratu Belanda mendirikan menara Jam Gadang tersebut sebagai bentuk hadiah kepada HR Rookmaaker yang merupakan sekretaris kota Bukittinggi saat itu.
  3. Rancangan dari bangunan menara jam gadang di desain oleh seorang arsitek asli Indonesia yaitu Jazid Rajo Mangkuto Sutan Gigi Ameh. Sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra perta HR Rookmaaker yang kala itu masih berusia 6 tahun.
  4. Pemerintah Hindia-Belanda membutuhkan dana sebesar 3.000 gulden untuk mendirikan monumen setinggi 26 meter dan dasar seluas 13×4 meter ini. Angka yang tergolong sangat besar pada saat itu. Namun konstruksi dari bangunan ini bukan lah semen dan logam tetapi menggunakan campuran batu kapur, putih telur, dan pasir.
  5. Lokasi berdiri Jam Gadang yaitu berada di tengah Taman Sabai Nan Aluih yang dianggap sebagai titik sentral atau titik nol kota Bukittinggi.
  6. Jam Gadang terdiri dari 4 tingkat dimana masih-masing tingkat memiliki fungsi ruangannya masing-masing. Pada tingkat pertama berfungsi sebagai ruangan petugas, ruangan kedua adalah ruangan tempat bandul pemberat jam, tingkat ketiga untuk menyimpan mesin jam, dan tingkat keempat adalah puncak menara dimana lonceng jam terletak di sana.
  7. Sejak didirikannya monumen jam gadang telah banyak mengalami renovasi. Salah satunya adalah pada bentuk gonjong di puncak menara saat ini yang sebenarnya bukan bentuk asli monumen. Pada awal pembangunan bentuk puncak menara jam gadang adalah bulat dengan patung ayam jantan di atasnya yang menghadap ke arah timur. Ketika Jepang menguasai Indonesia bentuk tersebut diubah menjadi bentuk pagoda atau kelenteng. Setelah Indonesia merdeka, barulah diubah menjadi bentuk gonjong khas rumah adat Minang dan bertahan hingga saat ini.
  8. Keberadaan monumen Jam Gadang terus dilestarikan dan dirawat agar tidak rusak. Terakhir kali monumen ini direnovasi pada tahun 2010 Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) yang bekerja sama dengan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Proses renovasi tersebut diresmikan bertepatan dengan Hari jadi kota Bukittinggi ke-262 tepatnya pada tanggal 22 Desember 2010.
  9. Angka pada Jam Gadang tertulis dengan menggunakan angka Romawi. Namun ada yang unik dari angka di monumen tersebut dimana angka empat Romawi ditulis “IV” namun yang tertera pada Jam Gadang adalah “IIII”. Ada beberapa pendapat berbeda mengenai penulisan angka tersebut. Pendapat pertama mengatakan bahwa penulisan “IIII” bertujuan untuk mengenang 4 pekerja yang meninggal pada saat proses pembangunan. Sedangkan pendapat kedua mengatakan penulisan “IIII” untuk menghindari “IV” yang dipercaya bermakna “aku menang” yang mungkin bisa menimbulkan pemberontakan. Teori  lainnya mengatakan bahwa pada zaman dahulu terdapat dua macam variasi atau cara menulis angka Romawi empat yaitu “IIII” dan “IV. Hal tersebut didukung dengan ditemukannya angka romawi “IIII” pada jam matahari yang dibuat sebelum abad 19.
  10. Mesin yang digunakan pada monumen Jam Gadang adalah mesin yang sangat langka yang diberi nama mesin  Brixlion. Mesin tersebut diproduksi oleh pabrik Vortmann Recklinghausen, Jerman sebanyak dua buah. Mesin yang lainnya digunakan pada monumen jam Big Ben yang merupakan kota London, Inggris. Itulah alasannya Jam Gadang disebut sebagai kembaran Big Ben.
  11. Jam Gadang terus berfungsi selama bertahun-tahun tanpa adanya energi apapun. Hal tersebut karena jam gadang menggunakan sistem mekanik melalui dua bandul besar yang saling menyeimbangkan satu sama lain.
  12. Bukittinggi dilanda gempa bumi pada tahun 2007 yang mengakibatkan putusnya bandul jam gadang. Namun pemerintah langsung sigap mengganti bandul jam tersebut.
fbWhatsappTwitterLinkedIn