7 Fakta Menarik Tahun Baru Islam

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tahun Baru Islam, atau yang dikenal dengan istilah Hijriah, dimulai pada tanggal 1 Muharram. Perayaan Tahun Baru Hijriah ini tidak hanya sekadar pergantian tahun dalam kalender, tetapi juga memperingati peristiwa penting dalam sejarah Islam, yakni hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Tahun Baru Islam dihitung berdasarkan kalender lunar dan memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat Islam yang merayakannya. Kalender Hijriah, yang mempunyai sistem penanggalan berbeda dengan kalender Masehi, memiliki cerita menarik di balik pendiriannya.

1. Peran Umar bin Khattab Sebagai Pemrakarsa Kalender Hijriah

Umar bin Khattab, sosok yang memainkan peran sentral dalam kelahiran kalender Hijriah, memprakarsai sistem penanggalan ini selama masa kekhalifahan. Sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab memiliki gagasan untuk menyelesaikan masalah administrasi terkait dengan penanggalan.

Umar bin Khattab memegang peran yang sangat signifikan sebagai pionir dalam penetapan kalender Hijriah. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, yang merupakan khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sistem penanggalan Hijriah diinisiasi sebagai respons terhadap permasalahan administratif yang muncul.

Gubernur Bashrah di Irak, Abu Musa Al-Asyari, mengeluhkan bahwa setiap surat yang diterimanya dari Umar bin Khattab tidak memiliki penanggalan lengkap. Kondisi ini menciptakan kesulitan dalam penataan arsip surat karena umat Islam saat itu masih menggunakan penanggalan Arab pra-Islam yang hanya mencakup bulan dan tanggal, tanpa menyertakan tahun.

Dalam upaya memecahkan masalah ini, Umar bin Khattab mengumpulkan sahabat Nabi Muhammad SAW untuk berkonsultasi dan mencari solusi. Terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan acuan kalender Islam, dengan beberapa sahabat mengusulkan agar mengikuti penanggalan Persia dan Romawi.

Dementara yang lain mengusulkan untuk menggunakan kelahiran atau wafat Nabi Muhammad SAW sebagai acuan. Akhirnya, Ali bin Abi Thalib mengusulkan agar sistem penanggalan Islam menggunakan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah sebagai acuan.

Usul ini akhirnya disetujui oleh Umar bin Khattab, dan inilah awal dari kalender Hijriah yang kita kenal saat ini. Dengan penetapan peristiwa hijrah sebagai titik awal tahun baru, kalender Hijriah tidak hanya mencatat waktu, tetapi juga merayakan perjalanan penting dalam sejarah Islam.

2. Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah

Penetapan tahun Hijriah tidak lepas dari acuan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Umar bin Khattab memilih hijrah sebagai titik awal kalender Hijriah karena peristiwa ini menjadi momen penting dalam dakwah Islam. Dengan dimulainya tahun Hijriah pada 1 Muharram 1 Hijriah, peristiwa hijrah menjadi fondasi utama kalender ini.

Hijrah Rasulullah SAW menjadi titik awal pembentukan tahun Hijriah, sistem penanggalan Islam yang memiliki relevansi sejarah yang besar. Hijrah, yang secara harfiah berarti “migrasi” atau “pemindahan tempat,” merujuk pada peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya hijrah dari kota Mekkah menuju kota Madinah.

Peristiwa hijrah tersebut terjadi pada tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriah dalam kalender Hijriah. Keputusan untuk menjadikan hijrah sebagai titik awal pembentukan kalender Hijriah memiliki latar belakang sejarah dan kebijakan administratif.

Selama masa pemerintahan Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, Gubernur Bashrah di Irak, Abu Musa Al-Asyari, melaporkan kesulitan dalam mengatur arsip surat karena surat-surat yang diterima tidak memiliki penanggalan lengkap.

Umar bin Khattab kemudian memutuskan untuk menetapkan kalender Hijriah dengan mengacu pada peristiwa hijrah, yang merupakan salah satu momen paling signifikan dalam sejarah Islam. Mengambil hijrah sebagai titik awal memiliki nilai simbolis yang mendalam.

Karena peristiwa tersebut tidak hanya menandai perpindahan fisik Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, tetapi juga menandai awal dari sebuah era baru dalam perkembangan Islam. Dengan ditetapkannya tahun hijrah ini, umat Islam tidak hanya memiliki sistem penanggalan yang praktis, tetapi juga sebuah kalender yang mengandung makna sejarah dan keagamaan.

3. Masalah Administrasi Mendasari Gagasan Umar

Gagasan Umar bin Khattab untuk menetapkan kalender Hijriah bermula dari masalah administrasi. Gubernur Bashrah di Irak, Abu Musa Al-Asyari, mengeluhkan ketidaklengkapkan penanggalan dalam surat-surat yang diterima dari Umar bin Khattab. Kondisi ini memunculkan kesulitan dalam penataan arsip surat. Oleh karena itu, umat Islam bersama-sama menciptakan kalender Hijriah untuk menyelesaikan masalah ini.

Masalah administrasi menjadi pendorong utama di balik gagasan Umar bin Khattab untuk pembentukan tahun Hijriah. Pada masa pemerintahannya sebagai khalifah kedua, seorang Gubernur Bashrah di Irak bernama Abu Musa Al-Asyari menyampaikan keluhannya kepada Umar.

Abu Musa Al-Asyari menghadapi kesulitan dalam mengatur arsip surat yang diterima dari Umar bin Khattab. Surat-surat tersebut tidak memiliki penanggalan lengkap, dan kondisi ini memberikan tantangan besar dalam tata kelola administratif. Umat Islam pada saat itu masih menggunakan penanggalan Arab pra-Islam yang hanya mencakup bulan dan tanggal, tanpa mencantumkan tahun.

Menghadapi permasalahan ini, Umar bin Khattab menyadari perlunya memiliki sistem penanggalan yang lebih terstruktur dan akurat. Kesulitan Abu Musa Al-Asyari dalam menata arsip surat menjadi pemicu Umar untuk mengembangkan kalender Hijriah sebagai solusi atas masalah administrasi tersebut.

Dalam upaya menetapkan sistem penanggalan yang lebih efektif, Umar kemudian mengumpulkan para sahabat Nabi Muhammad SAW untuk berunding. Meskipun terjadi perbedaan pendapat, akhirnya, diputuskan bahwa kalender Hijriah akan mengacu pada peristiwa hijrah, saat Nabi Muhammad dan para pengikutnya pindah dari Mekkah ke Madinah.

Dengan demikian, gagasan Umar untuk membentuk tahun Hijriah tidak hanya merupakan respons terhadap kendala administratif praktis, tetapi juga menjadi langkah penting dalam membangun sistem penanggalan yang memiliki makna sejarah dan keagamaan bagi umat Islam.

4. Beda Pendapat dalam Penentuan Kalender

Saat Umar bin Khattab mengumpulkan sahabat Nabi Muhammad SAW untuk membahas kalender Islam, terjadi beda pendapat. Ada usulan untuk mengikuti penanggalan Persia dan Romawi, mengacu pada kelahiran atau wafat Nabi Muhammad SAW, dan usulan Ali bin Abi Thalib agar sistem penanggalan mengacu pada peristiwa hijrah. Akhirnya, usul Ali bin Abi Thalib disetujui oleh Umar bin Khattab.

Ketika Umar bin Khattab, khalifah kedua, mengumpulkan para sahabat untuk membahas pembentukan kalender Islam, muncul beberapa usulan yang mencerminkan perbedaan pandangan.

Beberapa sahabat mengusulkan agar kalender Islam mengikuti penanggalan Persia dan Romawi, yang pada saat itu juga digunakan oleh beberapa masyarakat. Usulan ini mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk menyelaraskan sistem penanggalan Islam dengan kalender yang lebih umum dikenal.

Di sisi lain, ada juga sahabat yang mengusulkan agar kalender Islam mengacu pada peristiwa kelahiran atau wafat Nabi Muhammad SAW. Hal ini tentu saja memiliki nilai historis yang tinggi, tetapi mungkin sulit untuk diadopsi sebagai acuan penanggalan karena peristiwa tersebut bersifat khusus.

Pada akhirnya, Ali bin Abi Thalib memberikan ide yang mengarah pada kesepakatan. Ali mengusulkan agar kalender Islam mengacu pada peristiwa hijrah, ketika Nabi Muhammad dan para pengikutnya hijrah dari Mekkah ke Madinah. Ide ini diterima oleh Umar bin Khattab dan menjadi dasar penetapan kalender Hijriah.

Perbedaan pendapat ini menunjukkan kompleksitas dalam menetapkan sistem penanggalan, dan akhirnya, keputusan diambil dengan mempertimbangkan aspek sejarah, kepraktisan, dan nilai keagamaan. Sejarah perbedaan pandangan ini turut mencerminkan keragaman pemikiran di kalangan sahabat yang memainkan peran kunci dalam pembentukan kalender Hijriah.

5. Kalender Islam memiliki 12 bulan, tetapi hanya 354 hari

Dasar perhitungan kalender Hijriah didasarkan pada revolusi bulan atau peredaran bulan mengelilingi bumi. Satu bulan, dari bulan sabit hingga kembali ke bulan sabit, terjadi selama 29,5 hari. Dengan demikian, satu tahun dalam kalender Hijriah terdiri dari 12 bulan dan 354 hari, atau tepatnya 354,36708 hari.

Keunikan perhitungan berdasarkan bulan sabit ini menandai kalender Hijriah sebagai kalender lunar, yang berbeda dengan kalender Gregorian yang berdasarkan peredaran Matahari. Oleh karena itu, setiap bulan dalam kalender Hijriah dimulai dengan pengamatan hilal baru, yang menandakan awal bulan baru.

Melalui sistem perhitungan ini, umat Islam menetapkan momen-momen penting, seperti awal bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Kalender Hijriah bukan hanya sekadar sistem penanggalan, tetapi juga mencerminkan aspek keagamaan dan tradisi umat Islam dalam menetapkan waktu-waktu ibadah dan perayaan.

6. Muncul Setelah 6 Tahun Rasulullah Wafat

“Did you know? Tahun Hijriyah dimulai setelah 6 tahun wafatnya Rasulullah. Tapi, apa yang mungkin lebih mengejutkan adalah bahwa sistem yang mendasari pembentukan kalender Hijriyah telah ada sejak zaman pra-Islam.

Ini tidak hanya menjadi alat untuk menentukan waktu, tetapi juga mencerminkan kebijaksanaan dan pemikiran yang mendalam dari masa lalu. Bahkan, revisi besar-besaran terhadap kalender itu sendiri terjadi pada tahun ke-9 periode Madinah, menandai transformasi penting dalam perhitungan waktu umat Islam.

Dengan demikian, kalender Hijriyah tidak hanya sekadar alat praktis; ia merangkum sejarah, budaya, dan warisan intelektual yang kaya dari peradaban Islam.

7. Hari Penanggalan Hijriyah Dimulai dari Matahari Terbenam

Salah satu fakta menarik tentang kalender Hijriyah adalah sistem penghitungan waktu yang unik. Jika dalam kalender Masehi, pergantian hari terjadi pada tengah malam, hal ini berbeda dengan kalender Hijriyah. Di kalender Hijriyah, pergantian tanggal atau pergantian hari dimulai setelah matahari terbenam. Ini menandakan pendekatan yang berbeda dalam memandang awal hari dalam tradisi Islam. Fakta ini mencerminkan hubungan erat antara agama dan alam, serta kepedulian Islam terhadap siklus alamiah. Dengan menyelami lebih dalam sistem kalender Hijriyah, kita dapat lebih memahami betapa kompleksnya kekayaan budaya dan tradisi dalam peradaban Islam

Dengan merayakan Tahun Baru 1444 Hijriah, umat Islam mengenang perjalanan panjang kalender Hijriah dan nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn