5 Teori Masuknya Islam Ke Indonesia

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pemerintah Republik Indonesia telah mengakui adanya 6 agama resmi sejak tahun 1969 melalui UU No. 5/1969. Masing-masing warga negara Indonesia diberi pilihan untuk memeluk salah satu dari 6 agama tersebut yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. 

Hingga saat ini agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia adalah agama Islam. Bahkan Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia yakni sebesar mencapai 11,92% dari seluruh pemeluk Islam di dunia. Padahal agama Islam tidak datang dari Indonesia.

Lalu bagaimana bangsa kita bisa mengenal ajaran Nabi Muhammad ini? Di bawah ini adalah teori-teori yang mengatakan masuknya pengaruh Islam ke Indonesia. 

1. Teori Arab 

Teori yang pertama adalah teori Arab yang kerap dikenal juga sebagai teori Mekkah dan juga Teori Timur Tengah. Teori ini mengatakan bahwa Nusantara mendapat pengaruh Islam yakni secara langsung dari asal Agama ini yakni kota Mekkah di Saudi Arabia.

Para ahli meyakini Islam masuk ke Indonesia pada masa awal tahun Hijriah. Jika menggunakan perhitungan kalender Masehi maka itu terjadi pada abad ke-7. 

Teori ini pertama kali dirumuskan oleh HAMKA yakni seorang reformis Islam dan juga ulama terkemuka. Pemilik nama asli Haji Abdul Karim Amrullah mencetuskan teori ini pada tahun tahun 1958.

Menurut beliau anggapan bahwa bangsa Arab datang ke Indonesia untuk berdagang dan kepentingan ekonomi lainnya adalah salah. 

Beliau meyakini bahwa orang-orang Arab memang berniat menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. HAMKA juga mengatakan bahwa jalur perdagangan Arab dan Indonesia sudah terbentuk sejak belum ada penanggalan Masehi. 

Rumusan teori ini dicetuskan berdasarkan bukti dari naskah China kuno. Naskah tersebut mengatakan bahwa bangsa Arab tinggal di pulau Sumatera bagian pesisir barat pada tahun 625 Masehi.

Bukti lainnya bahwa pengaruh Islam datang langsung dari Mekkah, yakni nisan bertuliskan nama Syekh Rukunuddin dan tahun 667 Masehi. Pada masa tersebut Nusantara sedang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. 

Jika mengacu pada teori ini agama Islam masuk ke Indonesia karena dibawa oleh beberapa golongan. Golongan tersebut adalah kaum pedagang kaum Sufi, dan juga kau menengah seperti guru, mubaligh agama atau utusan ekspedisi politik.

2. Teori Persia

Teori Persia adalah pendapat yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui bangsa Persia atau saat ini dikenal sebagai Iran. Teori ini dirumuskan oleh Prof. Hoesein Djajadiningrat dan Prof. Umar Amir Husen. Mengacu pada teori ini Islam datang ke Nusantara tepatnya di pulau Sumatera pada tahun 7 hingga 13 Masehi. 

Kaum yang membawa ajaran Islam adalah para pedagang yang menilai Nusantara adalah negara kepulauan yang cocok untuk dijadikan tempat berdakwah. Teori Persia memiliki bukti yaitu adanya upacara yang serupa antara Iran dengan Indonesia.

Upacara tersebut adalah upacara Tabuik di Bengkulu dan juga Sumatera Barat yang merupakan peringatan 10 Muharram untuk mengenang cucu Rasulullah yakni Husain bin Ali. 

Selain itu masih banyak tradisi-tradisi Islam lainnya yang mirip antara yang ada di Indonesia dengan di Persia. Bahkan seni kaligrafi di batu nisan yang digunakan umat Islam di Nusantara serupa dengan yang ada di Iran.

Teori Persia mendapat dukungan dari beberapa ahli seperti Umar Amir Husen dan juga Husein Djajadiningrat. Namun teori ini juga dianggap lemah karena pengaruhnya adalah ajaran Syiah sedangkan salah satu mazhab paling banyak dipercaya di Indonesia adalah mazhab Sunni.

3. Teori Gujarat

Teori Gujarat adalah rumusan mengenai sejarah awal mula pengaruh Islam di Nusantara yang meyakini datang dari Gujarat India bagian Barat. Teori ini diungkapkan pertama kali pada awal abad ke 19 yakni oleh seorang sarjana berkebangsaan Belanda yang bernama J. Pijnapel. Menurut beliau, pengaruh Islam di Nusantara bukan berasa dari pedagang Persia ataupun Mekkah melainkan Gujarat. 

Teori ini membantah teori Arab atau teori Mekah yakni dengan mengatakan bahwa pada masa awal Hijriah kaum Arab masih banyak yang menetap di wilayah Gujarat. Kaum tersebut juga tidak menyebarkan agama Islam melainkan hanya berniaga.

Teori ini menekankan bahwa para pedagang muslim Gujarat membawa serta agama dan kebudayaan Islam pada abad ke-13 Masehi. 

Pedagang India termasuk yang berasal dari Gujarat berlayar dengan menunggu angin laut. Angin laut yang dimaksud mereka akan datang selama 6 bulan sekali. Sehingga ada masa dalam kurun waktu tersebut untuk berbaur dan menyebarkan agama Islam di tempat perniagaan mereka termasuk di Nusantara. Para pedagang ini datang dengan memanfaatkan jalur perairan di Selat Malaka.  

Teori ini muncul karena adanya bukti yang menunjukkan adanya kemiripan antara batu nisan di Samudera Pasai Aceh dengan batu nisan di Gujarat.

Batu nisan tersebut adalah milik Marah Silu yang kemudian mengubah namanya menjadi Sultan Malik As-Saleh. Beliau adalah pendiri dari kerajaan Islam pertama di Aceh yakni kerajaan Samudera Pasai.

Tokoh pendukung dari teori ini diantaranya adalah Snouck Hurgronje, W.F. Stutterheim dan Sucipto Wirjosuparto.

4. Teori China 

Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby turut mengemukakan pendapatnya tentang asal-usul agama Islam di Nusantara. Pendapat  mereka terangkum dalam teori yang kemudian diberi nama teori China.

Berdasarkan teori ini, bangsa yang membawa ajaran Islam ke Republik Indonesia pada masa lampau adalah orang-orang dari daerah Kanton di Negeri Tiongkok atau China. Daerah tersebut merupakan pusat pemukiman sekaligus pusat penyebaran agama Islam pada masa Dinasti Tang.

Menurut Teori China Islam datang ke Kepulauan Nusantara pada abad ke 9 Masehi tepatnya pada tahun 876 M. Berbeda dengan teori sebelumnya yang berpendapat bahwa islam disebarkan melalui perdagangan, teori ini menyatakan masuknya Islam ke Nusantara terjadi karena adanya suatu peristiwa pemberontakan. 

Pemberontakan tersebut terjadi di wilayah China yang memakan ratusan ribu korban jiwa pemeluk muslim. Mereka yang selamat kemudian mencari tempat perlindungan ke wilayah Timur yakni Asia Tenggara.

Kemudian sampailah mereka ke kota Kedah dan juga Palembang. Selain ke Nusantara, mereka juga datang ke Champa, Brunei Darussalam dan pesisir Melayu. 

Dari berbagai macam teori mengenai masuknya ajaran Islam di Indonesia, teori China dianggap yang paling diterima. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa pendiri kesultanan Demak yakin kerajaan Islam pertama di Jawa yang bernama Raden Patah adalah keturunan China. Nenek moyang kerajaan Demak juga menggunakan gelar yang diambil dari bahasa China. 

5. Teori Sufi

Teori Sufi adalah gagasan mengenai bagaimana ajaran Islam sampai ke Nusantara. Dari segi pandangan para ilmuwan teori ini dianggap paling masuk akal. Berdasarkan teori ini ajaran Islam tidak mampu mengakar di kalangan masyarakat Indonesia sehingga harus diterapkan oleh para kaum Sufi yakni golongan orang-orang yang memahami dan mempelajari ilmu tasawuf.  

Teori yang dicetuskan oleh A.H. Jhons ini memberikan pandangan bahwa kaum Sufi berhasil mengembangkan politik islamisasi dari dinasti Abbasiyah dalam hal penyebaran agama Islam ke negara-negara lain. Menurutnya orang-orang yang datang ke Nusantara bukanlah untuk berdagang melainkan memang bertujuan untuk berdakwah. 

Hal ini terbukti dengan adanya surau yang pertama kali dibangun di Banda Aceh oleh Syekh Abdur Rauf as-Singkili dan muridnya yang bernama Abdul Malik al-Jawi al-Fansuri. 

fbWhatsappTwitterLinkedIn