Sejarah

11 Faktor yang Menyebabkan VOC Runtuh

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) merupakan perusahaan persekutuan dagang milik Belanda. Perusahaan ini didirikan pada 20 Maret 1602 oleh Johan van Oldenbarnevelt dan menjadikan Batavia sebagai markasnya. Tujuan perusahaan ini adalah agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat di antara pedagang Belanda. 

VOC berhasil menjadi perusahaan raksasa dan terkaya sepanjang sejarah. Jika kekayaannya dikalkulasi pada masa sekarang maka setara dengan gabungan 20 perusahaan terbesar saat ini. Total aset yang dimiliki VOC mencapai US$7.9 atau 110 Kuadriliun Rupiah atau Rp110.600 triliun.

Meski memperoleh kekayaan yang melimpah namun perusahan ini akhirnya jatuh bangkrut. VOC resmi dibubarkan pada 31 Desember 1799. Kemunduran VOC bukanlah tanpa sebab melainkan ada beberapa faktor seperti berikut ini. 

1. Praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Tindakan korupsi adalah bentuk penyalahgunaan terhadap keuangan baik perusahaan maupun negara dengan tujuan kepentingan individu. Para petinggi VOC sudah sangat akrab dengan praktik korupsi. 

Mereka menggunakan uang perusahaan untuk berfoya-foya seperti membeli rumah mewah. Hal yang memicu para pejabat VOC melakukan tindak korupsi adalah karena upah yang tidak sepadan bahkan cenderung kecil.

Akhirnya mereka mencoba mencari uang tambahan dengan cara korupsi dan juga dengan pungutan liar. Praktik korupsi semakin lancar dengan tidak adanya pengawasan yang ketat. Hampir seluruh pegawai VOC melakukan korupsi dari yang tingkat rendah hingga ke tingkat tinggi. 

Selain korupsi, pegawai VOC juga kerap melakukan pemalsuan laporan keuangan, suap atas penerimaan pegawai baru, penyelundupan barang ekspor dan lainnya. 

2. Penggulingan Raja Willem V

Ketika Belanda takluk di tangan Perancis, pemimpin Napoleon Bonaparte mengakhiri masa kepemimpinan Raja Willem V dengan cara menghilangkannya, sejak saat itu harus tunduk kepada Perancis termasuk urusan politik dan dagang. 

Perancis memegang prinsip yang tidak sejalan dengan VOC yakni kebebasan. Karena perubahan politik ini ruang gerak VOC menjadi terbatas bahkan mengalami kerugian. VOC pun tidak dapat memberikan pemasukan lagi kepada Belanda dan justru meninggalkan utang sebesar 136,7 juta Gulden. Oleh sebab itu Raja Willem menganggap VOC tidak perlu diteruskan dan akhirnya membubarkannya. 

3. Terlalu Banyak Utang

Pada poin sebelumnya disebutkan bahwa VOC dibubarkan dalam keadaan memiliki utang yang membengkak. Utang tersebut berasal dari kegagalan VOC dalam mengelola modal.

Alih-alih meningkatkan saham baru agar mendapat modal tambahan, VOC mengandalkan modal yang diinvestasikan kembali dengan jumlah yang sedikit dan akhirnya perusahaan beralih ke utang.

Utang pertama VOC dilakukan pada tahun 1630-an yang menyebabkan rasio utang meningkat menjadi dua. Rasio tersebut semakin besar hingga pada tahun 1780-an menjadi 18. 

4. Gagal Dalam Bidang Militer

VOC memiliki aturan yakni hak otroi dalam pasal 34 dan 35 yang mengatakan bahwa tidak ada yang boleh melintasi laut antara Tanjung Harapan sampai ke Selat Magellan.

Namun Meski VOC merupakan perusahaan besar dan kaya namun perusahaan ini tidak memiliki militer yang kuat sehingga penjagaan tidak begitu ketat.

Oleh sebab itu aturan tersebut dapat dilanggar dengan mudah terutama oleh bangsa lain seperti Inggris, Portugal, dan Spanyol di mana kapal halal mereka berlayar di wilayah VOC tanpa halangan sedikit pun. 

5. Anggaran yang Terlalu Besar 

Meski memiliki pemasukan yang besar namun VOC juga memiliki kegiatan yang cukup banyak. Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan anggaran yang besar. Pada akhirnya pengeluaran pun juga sama besarnya.

Kegiatan VOC di Indonesia sendiri antara lain menguasai pelabuhan dan mendirikan benteng untuk perdagangannya, pelayaran hongi, politik pecah belah atau devide et impera agar hubungan antara kerajaan-kerajaan di Indonesia tidak akur, serta membangun  pangkalan-pangkalan dan perluasan wilayah VOC. 

Pengeluaran atau anggaran VOC tidak hanya untuk mendanai kegiatan-kegiatannya saja melainkan hal lain. Hal lain tersebut antara lain biaya para pegawai yang sangat banyak. 

6. Banyaknya Perlawanan Pribumi

Tak hanya biaya anggaran saja yang besar, adanya perlawanan dari masyarakat juga semakin menambah pengeluaran VOC. Masalah semakin besar ketika perlawanan dilakukan dalam skala besar hingga memicu peperangan dan dilakukan oleh banyak kelompok.

Peperangan tersebut terjadi tidak hanya di satu daerah saja melainkan di berbagai wilayah kekuasaan VOC. Bahkan peperangan dapat berlangsung selama bertahun-tahun. 

7. Wilayah Indonesia yang Terlalu Luas

Jumlah pegawai VOC memang sangat banyak namun wilayah Indonesia terlalu luas. Saking luasnya meski banyak namun faktanya tidak mampu untuk menjangkau seluruh wilayah Nusantara. Akibatnya beberapa wilayah tidak dijaga dan akhirnya hancur. 

8. Kekurangan Kapal Dagang

Selain mendapat serangan dari warga pribumi, VOC juga mendapat serangan dari negara Eropa lainnya. Serangan tersebut merusak kapal dagang milik VOC hingga akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Sedikit kapal yang digunakan artinya hanya sedikit pula komoditas yang dapat diangkut. Maka keuntungan yang didapatkan juga menurun. 

9. Muncul Saingan Baru 

Keberadaan VOC semakin terdesak ketika muncul saingan-saingan dagang baru. Mereka adalah East Indian Company atau EIC milik Inggris dan Compagnie des Indes atau CDI milik Perancis. EIC bahkan menjadi perusahaan terkuat pada abad ke 17. 

Perusahaan dengan teh sebagai komoditas utama mereka memiliki wilayah dan tentaranya sendiri. Wilayah kekuasaan EIC hampir seluruh dari anak benua India. 

10. Kolonialisme Perancis

Negara-negara di Eropa saling bersaing dalam ekspedisi. Masing-masing negara ingin menguasai banyak negara. Terutama Perancis dan Inggris yang merupakan saingan berat. 

Perancis mencoba melakukan ekspedisi ke Asia Tenggara yang mana sebagian besar sudah diduduki Belanda. Oleh sebab itu keberadaan Perancis mengancam perusahaan-perusahaan Belanda termasuk VOC. 

11. Maraknya Perdagangan Gelap 

VOC membeli rempah-rempah dari pedagang Indonesia dengan harga yang sangat rendah. Oleh sebab itu secara diam-diam rakyat menjual rempah-rempah kepada pihak lain yang lebih menguntungkan. Untuk mengatasi hal ini maka diberlakukan kebijakan pelayaran hongi dengan menggunakan perahu kora-kora.