Seni

11 Festival Kebudayaan di Indonesia yang Harus Kamu Tahu!

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Festival adalah sebuah acara yang diadakan secara besar-besaran dan meriah yang dilangsungkan dengan tujuan untuk memperingati sesuatu. Sedangkan festival budaya adalah festival yang terdiri dari berbagai kesenian dan budaya daerah yang digunakan untuk hiburan, edukasi dan juga untuk menyatukan hubungan antar masyarakat. 

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam. Budaya-budaya tersebut dikemas dalam berbagai festival seperti berikut ini. 

1. Dieng Culture Festival (DCF)

Sejak tahun 2010 Jawa Tengah memiliki sebuah festival kebudayaan yang berhasil menyita perhatian masyarakat khususnya di kawasan Dieng. Pesta yang diadakan di Banjarnegara ini merupakan hasil kerja sama dengan Equator Sinergi Indonesia dengan kelompok Sadar Wisata Dieng Pandawa. L

Di dalam rangkaian festival DCF yang dilangsungkan beberapa hari ini terdapat acara pemotongan rambut ritual doa di beberapa tempat seperti di Candi Dwarawati, Komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatotkaca, Telaga Balaikambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, Gua di Telaga Warna, dan tempat pemakaman Dieng. 

Rangkaian acara lainnya adalah festival musik Jazz Atas Awan Festival Film Dieng, Festival Lampion, Minum Purwaceng Bersama, Camping DCF, Sendratari Rambut Gimbal, Jalan Sehat dan Reboisasi, serta pameran seni dan budaya. 

2. Festival Lembah Baliem

Festival Lembah Baliem merupakan sebuah festival yang dilangsungkan di Wamena Papua. Acara ini telah berlangsung sejak 30 tahun lalu dan sudan tersohor hingga ke mancanegara. Festival ini dikemas dalam bentuk menyerupai peperangan antar suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali. 

Meski berbentuk peperangan namun bukan berarti suku-suku tersebut perang dalam arti yang sebenarnya. Festival yang berlangsung selama tiga hari  ini aman untuk disaksikan oleh masyarakat umum. 

Festival yang melangmbangkan kesuburan dan kesejahteraan ini diwali dengan adegan menculik warga, membunuh anak suku dan menyerang ladang suku lain dan dilanjutkan dengan balas dedam. Festival ini memang terlihat menyeramkan namun memiliki pesan yang baik yakni Yogotak Hubuluk Motog Hanoro yang artinya Harapan Akan Hari Esok yang Harus Lebih Baik dari Hari Ini.

3 Festival Danau Toba

Danau terbesar di Indonesia ini memiliki sebuah acara tahunan yang sudah berlangsung sejak tahun 1980 yaitu Pesta Danau Toba. Nama tersebut kemudian diubah menjadi Festival Danau Toba sejak tahun 2013. 

Festival ini berlangsung cukup lama yaitu dari bulan Mei hingga September. Tak heran karena pesta ini terdiri dari berbagai rangkaian atraksi seperti Festival Rondang Bittang yang mempersembahkan kebudayaan Kabupaten Simalungun, Parade Sigale-Gale, Tari Tor tor Sawan, Pameran kain ulos, Tao Silalahi Arts Festival yang menggabungkan budaya dan ekologi, Tour de Sinabung yang diikuti oleh ribuan pesepeda. 

4. Festival Pacu Jawi 

Di Sumatera Barat tepatnya di tanah Minang terdapat sebuah festival mirip dengan tradisi Karapan Sapi yang ada di Madura. Festival tersebut dikenal dengan sebutan Festival Pacu Jawi yang dilaksanakan masyarakat di Tanah Datar guna setelah masa panen.

Sama-sama menggunakan sapi, namun terdapat perbedaan antara Pacu  Jawi dengan Karapan Sapi. Pada Pacu Jawi tidak menggunakan tanah datar tetapi memanfaatkan lahan sawah yang masih basah. Sementara itu pemenangnya tidak berdasarkan siapa paling cepat namun siapa yang berlari paling lurus. 

Festival ini mengandung filosofi bahwa masyarakat dengan pemimpinnya dapat hidup bersama. Oleh sebab itu sapi yang digunakan dalam festival ini berjumlah dua ekor. Dalam satu tahun Pacu Jawi bisa diadakan sebanyak 3 kali.

5.  Festival Rambu Solo

Festival Rambu Solo adalah sebuah upacara kematian dari tanah Toraja yang bertabur atraksi. Tujuan dari diadakannya festival ini adalah untuk mengantarkan mendiang ke peristirahatan terakhir dan sebagai ritual penyempurnaan roh. 

Upacara ini diadakan antara bulan Juli dan Agustus secara besar-besaran bahkan diklaim sebagai upacara kematian paling megah dan paling mahal di dunia. Tak salah jika festival ini menjadi sorotan bukan hanya untuk masyarakat lokal hingga manca negara.

Rangkaian acara Rambu Solo dilaksanakan dalam dua tahap dengan tahapan pertama dilaksanakan di halaman tuan rumah sedangkan tahap kedua yaitu mengarak jenazah ke lapangan besar. 

Hal yang wajib ada dalam Rambu Solurbankan 10 ekor sapi sedangkan kelas atas bisa mencapai ratusan ekor. 

6. Festival Karapan Sapi

Sebagian dari masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan Karapan Sapi mengingat tradisi ini sudah ada sejak abad ke-13. Acara balapan sapi yang dilakukan oleh masyarakat Madura ini pertama kali diperkenalkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi. 

Sang pangeran ingin menunjukkan kepada rakyatnya bagaimana cara membajak sawah agar tanahnya menjadi subur. Seiring berjalannya waktu acara tersebut dilaksanakan secara rutin setiap tahun pada bulan Agustus dan September.

7. Festival Danau Sentani

Selain memiliki festival Lembah Baliem, Papua masih memiliki festival yang tak kalah megah yakni festival Danau Sentani. Festival yang dilakukan di Danau Sentani ini sudah diadakan sejak tahun 2007 guna untuk memperkenalkan kebudayaan Papua.

Pada festival Danau Sentani penonton akan disuguhkan dengan keindahan dan berbagai kebudayaan Sentani seperti menyaksikan secara langsung pembuatan sagu, pengepangan rambut khas Papua, pameran makanan dan hasil kerajinan Papua, serta tidak ketinggalan tarian khas seperti Suku Kamoro, Tari Perang, Felaban, dan Isosolo yang dilakukan oleh ratusan orang di atas kapal. 

8. Festival Tabuik

Dimulai sejak abad ke-19 masyarakat Pariaman mempunyai cara sendiri untuk menyambut tahun baru Islam yaitu dengan mengadakan Festival Tabuik. Selain untuk memperingati tahun baru Islam, Festival Tabuik juga digelar untuk memperingati hari kelahiran cucu Nabi Muhammad yaitu Husein Bin Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. 

Dalam festival ini masyarakat Pariaman akan membuat replika burqa yakni kendaraan yang dipercaya membawa jenazah Husein ke langit. Bentuk dari kendaraan tersebut yakni menyerupai kuda bersayap namun berkepala manusia. Festival ini berlangsung selama 15 hari dimulai pada 1-15 Muharram. 

9. Festival Cap Go Meh

Masyarakat Tionghoa di Singkawang juga memiliki sebuah perayaan yang tidak kalam meriah yang disebut dengan festival Cap Go Meh. Perayaan ini dilakukan sebagai penutup dari peringatan tahun baru  atau tepatnya 15 hari setelah perayaan imlek. 

Dalam perayaan Cap Go Meh terdapat berbagai acara seperti Pawai Tatung dimana pemainnya diyakini dirasuki oleh roh baik akan yang menangkal roh jahat, festival lampion yang jumlahnya mencapai ribuan, pemujaan terhadap Dewa Langit atau Ket Sam Thoi, arak-arakan replika naga, dan atraksi para tatung sebagai puncak acaranya. 

Pada tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf menghadiahi festival ini dengan penghargaan “Wonderful of the World  2013 paling WOW”.

10. Festival Erau Kertanegara

Erau disebut sebagai festival paling tua di Indonesia karena sudah ada sejak zaman kerajaan Kutai Kartanegara yakni abad ke-12 M. Festival yang dilakukan selama satu minggu ini berlangsung di kota Tenggarong, Kalimantan Timur. Pada zaman dulu masyarakat mengadakan upacara besar ini untuk memeriahkan penobatan sultan kerajaan Kutai. 

Setelah masa kerajaan Kutai berakhir tradisi ini diambil alih pemerintah RI dan ditetapkan serta dilestarikan sebagai bagian dari budaya bangsa. 

Rangkaian acara yang terdapat dalam festival yang diadakan pada pertengah tahun ini antara lain menjamu benua yakni berkomunikasi dengan makhluk halus, Bepelas yaitu mensucikan diri, Tari ganjur, Mengulur Naga yakni kegiatan melepas perahu naga ke pantai Kuta Lama, Belimbur yaitu ritual memercikan air dari Kutai Lama untuk rakyatnya. 

11. Festival Likurai Timor-Belu

Festival Likurai Timor-Belu merupakan sebuah festival meriah yang diadakan di pulau timor, NTT. Perayaan yang dilakukan puncak bukit Fulan Fehan di Desa Dirun, Kecamatan Lakmanen, Kabupaten Belu. Fulan Fehan ini merupakan sebuah tradisi yang dilakukan untuk menyambut para pejuang yang pulang dari medan perang. 

Festival yang biasanya dilakukan di bulan Oktober ini dilakukan oleh para penari pria yang membawa pedang dan penari perempuan membawa kendang kecil. Jumlah penari dalam festival ini bisa mencapai ribuan orang bahkan telah memecahkan rekor MURI tahun 2017.