Daftar isi
Saraf parasimpatik merupakan salah satu dari jenis saraf otonom yang memiliki reaksi untuk mencerna serta memberikan istirahat pada organ. Sistem saraf parasimpatik memiliki peranan untuk mengatur tubuh untuk rileks setelah adanya ketegangan yang terjadi karena saraf simpatik.
Cara kerja sistem saraf parasimpatik lebih lembut dibandingkan saraf simpatik. Oleh karena itu, sistem parasimpatik di kenal dengan saraf untuk rileks atau istirahat.
4 dari 12 saraf kranial yang terhubung dengan otak juga terhubung dengan sistem saraf parasimpatik. Saraf kranial sendiri merupakan saraf yang berpasangan serta memiliki peranan dalam banyaknya gerakan pada area kepala dan leher.
Sistem saraf parasimpatik dikenal sebagai saraf yang mengatur ulang kondisi tubuh setelah saraf simpatik bekerja. Sistem saraf parasimpatik akan melepaskan suatu zat yakni astekolin yang berguna ketika tubuh sedang rileks atau istirahat.
Zat astekolin yang dilepaskan akan menghambat cara kerja organ dengan begitu tubuh dalam keadaan rileks. Cara kerja sistem saraf parasimpatik ini berlainan dengan sistem saraf simpatik. Keduanya saling melengkapi satu sama lain.
Sistem saraf parasimpatik akan membawa tubuh menjadi lebih tenang. Di mana sistem saraf parasimpatik memiliki tanggung jawab pada sejumlah organ penting seperti paru-paru. Paru-paru termasuk organ vital yang memiliki kerja berat. Oleh karena itu, keberadaan saraf parasimpatik sangat penting bagi paru-paru.
Berikut fungsi saraf parasimpatik pada paru-paru.
Salah satu fungsi dari saraf parasimpatik paru-paru adalah untuk mengencangkan otot pernapasan. Otot pernapasan yang dikencangkan akan menghambat kinerja paru-paru. Paru-paru adalah organ utama yang memiliki tanggung jawab dalam pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
Oksigen akan masuk ke dalam tubuh lewat darah kemudian karbondioksida yang dihasilkan akan dikeluarkan. Untuk membantu sistem kerja pernapasan, di dalam paru-paru terdapat otot polos. Otot polos merupakan salah satu jaringan otot yang ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh.
Otot polos ini akan bereaksi secara tidak sadar serta bekerja atas permintaan tubuh. Sekalipun dalam keadaan tidur, otot polos ini akan terus bekerja. Meskipun begitu, energi yang dibutuhkan oleh otot polos tidak terlalu banyak. Hal ini dikarenakan otot polos kerja dengan cara melambat.
Cara kerja otot polos ini diatur oleh saraf otonom yakni saraf parasimpatik. Otot polos yang terdapat pada paru-paru dinamakan dengan otot saluran napas. Otot polos saluran napas (ASM) merupakan sel efektor utama yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur kaliber saluran napas dan resistensi terhadap aliran udara di seluruh pohon trakeobronkial.
Otot polos ini akan mengatur lebar serta sempitnya saluran pernapasan. Dengan begitu, udara dapat masuk serta keluar dengan lancar. Pada sistem saraf parasimpatik, otot polos akan dikencangkan. Hal ini berguna untuk menghambat kinerja paru-paru ketika istirahat. Otot polos saluran napas ini dapat mengalami masalah yakni salah satunya penyakit asma.
Penyakit ini disebabkan karena adanya penyempitan jalan napas yang diakibatkan oleh kontraksi otot polos saluran napas. Pada penderita asma, kinerja otot polos ini mengalami gangguan. Udara yang seharusnya dapat keluar masuk dengan lancar, justru mengalami penghambatan. Akibatnya, manusia mengalami sesak ketika mengambil nafas karena saluran nafas mengalami penyimpatan.
Fungsi saraf parasimpatik dalam paru-paru adalah untuk mengatur sekresi lendir. Sekresi lendir adalah proses pengeluaran lendir yang terdapat pada udara. Udara yang terhirup, tidak sepenuhnya bersih. Terkadang membawa debu, mikroba bahkan jegala.
Hal-hal inilah yang perlu dikeluarkan oleh organ pernapasan agar tidak mengalami iritasi. Iritasi ini akan menyebabkan beberapa penyakit pernapasan yang serius. Sekresi lendir adalah pertahanan baris utama dalam melawan serangan iritan yang dibawa oleh inhalasi sekitar 500 L udara per jam ke paru-paru.
Jelaga, debu, mikroba, dan gas yang terhirup semuanya dapat merusak lapisan epitel saluran napas. Akibatnya, sekresi lendir terjadi sangat cepat, terjadi dalam waktu puluhan milidetik. Jika terlalu banyak udara kotor yang terhirup maka akan semakin banyak lendir yang dikeluarkan.
Lendir terdiri dari air serta musin. Musin merupakan protein yang terglikasi dengan memiliki kapasitas untuk menahan air yang besar. Musin ini dihasilkan oleh sel epitel khusus dan lebih banyak terdapat pada organ pencernaan.
Hal ini dikarenakan organ pencernaan membutuhkan musin untuk dapat membantu kinerja metabolisme agar berjalan lancar. Sebenarnya lendir berfungsi untuk melindungi sel epitel dari berbagai bakteri dan virus yang terdapat pada saluran pernapasan.
Oleh karena itu, lendir ini harus dikeluarkan karena sudah terkontaminasi dengan virus serta bakteri. Sebab, jika tidak dikeluarkan maka akan membuat iritasi. Jika proses sekresi berjalan tidak normal, lendir akan menumpuk dan dapat menyumbat lumen saluran napas.
Produksi lendir yang berlebihan dan berkepanjangan dinamakan dengan hipersekresi lendir kronis. Hipersekresi lendir dapat mengakibatkan keterbatasan aliran udara yang signifikan pada sejumlah kondisi pernapasan parah termasuk asma.
Sementara itu, adanya penumpukan lendir pada paru-paru dapat mengakibatkan penyakit bronkitis. Penumpukan lendir di paru-paru akan mengakibatkan batuk yang berdahak.
Fungsi selanjutnya dari saraf parasimpatik paru-paru adalah untuk mengatur lebar saluran udara. Saluran udara merupakan organ yang berfungsi sebagai tempat lintasan untuk bertukarnya udara yang masuk dalam pernapasan.
Saluran udara ini bermula dari hidung kemudian berakhir di paru-paru. Saluran udara terbagi menjadi dua jenis yakni saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Pada saluran udara bagian bawah terdiri dari trakea, laring dan pita suara.
Sementara itu, pada saluran pernapasan bagian atas terdiri dari rongga hidung, faring, dam sinus paranasal. Selain itu, terdapat pula organ vital bernama bronkus. Bronkus merupakan cabang saluran udara dari trakea.
Bronkus memiliki fungsi sebagai saluran keluar masuknya udara yang berasal dari tenggorokan menuju ke paru-paru. Bronkus ini memiliki 2 buah jumlah yakni bronkus kiri dan kanan yang memiliki sejumlah perbedaan.
Bronkus pada paru-paru kanan memiliki panjang yang lebih pendek dari pada bronkus kiri-kiri yakni hanya 2,5 cm serta memiliki 3 cabang. Sementara itu, bronkus kiri memiliki panjang 5 cm dan terdapat dua buah cabang. Namun, pada bronkus kanan diameternya lebih lebar dan vertikal dibandingkan bronkus kiri.
Hal ini dikarenakan pada bronkus kanan lebih mudah untuk dimasuki oleh kuman yang membuat timbulnya penyakit paru-paru. Meskipun memiliki ukuran serta diameter yang berbeda, susunan keduanya tetap sama yakni terdiri dari otot polos dan tulang rawan.
Tulang rawan memiliki fungsi untuk menjaga struktur bronkus tetap tegak ketika sedang bernapas. Sementara itu, otot polos berfungsi untuk mengatur lebar serta sempitnya saluran pernapasan agar udara tetap masuk dengan lancar.
Otot polos pada saluran pernapasan ini akan bergerak secara tidak sadar. Cara kerja otot polos pada saraf parasimpatik adalah untuk mengurangi kinerja paru-paru. Oleh karena itu, otot polos ini akan dikencangkan untuk mengurangi kinerja paru-paru.