Biologi

7 Hewan yang Sudah Punah di Indonesia Beserta Gambarnya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tidak semua jenis hewan yang ada di dunia ini memiliki kemampuan untuk bertahan dan melestarikan jenisnya. Beberapa hewan kemudian punah karena berbagai sebab, seperti berkurangnya habitat mereka, perburuan liar, maupun bencana alam.

Di Indonesia sendiri, ada sejumlah hewan yang saat ini telah terancam kepunahannya sehingga pemerintah melakukan berbagai upaya pelestarian melalui cagar alam maupun suaka margasatwa. Namun, beberapa jenis hewan yang diyakini pernah hidup di Indonesia ternyata telah punah dan tidak bisa lagi ditemui keberadaannya. Berikut adalah beberapa jenis hewan asli Indonesia yang secara resmi telah dinyatakan punah.

1. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica)

Harimau Jawa merupakan subspesies harimau yang hidup secara endemik di hutan-hutan di Pulau Jawa. Hewan yang memiliki nama ilmiah Panthera tigris sondaica ini diperkirakan berukuran panjang sekitar 2,43 meter dengan bobot 100-141 kg untuk yang jantan dan sekitar 75-115 kg untuk betinanya.

Seiring perkembangan zaman, keberadaan Harimau Jawa semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena berkurangnya ruang hidup mereka akibat alih fungsi hutan maupun akibat perburuan liar. Upaya penyelamatan sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah dengan mendirikan Taman Nasional. Namun, upaya tersebut tidak berjalan efektif.

Keberadaan harimau Jawa di tahun 1950-an diperkirakan hanya tersisa 25 ekor saja. Pada tahun 1972, keberadaan Harimau Jawa yang tersisa hanya 7 ekor di Taman Nasional Meru Betiri. Dan sampai akhir tahun 1979, Harimau Jawa yang tersisa  hanya 3 ekor saja. Harimau Jawa secara resmi dinyatakan punah oleh Pemerintah Indonesia dan International Union for Conservation Nature (IUCN) sejak 1980-an.

Kemudian pada tahun 1900 an banyak laporan yang menyatakan Harimau Jawa terlihat di hutan-hutan Jawa, namun kebenaran buktinya masih belum bisa diverifikasi dengan jelas. Bahkan pada tahun 2000, pernah dilakukan penelitian intensif di Meru Betiri untuk mencari tau kebenaran klaim tersebut, tetapi hasilnya nihil.

2. Harimau Bali (Panthera tigris balica)

Selain harimau Jawa, hewan lain asli Indonesia yang telah dinyatakan punah adalah harimau Bali. Hewan dengan nama ilmiah Panthera tigris balica ini masih satu rumpun dengan Harimau Jawa yang juga telah punah dan Harimau Sumatera  yang saat ini populasinya telah menurun drastis.

Kepunahan Harimau Bali sendiri kebanyakan disebabkan oleh perburuan dari orang-orang Eropa (Belanda) yang kala itu masih menguasai Indonesia. Perburuan harimau dianggap sesuatu yang membanggakan dan dijadikan sarana hiburan. Terlebih area hutan Bali yang sempit membuat perburuan lebih mudah dilakukan.

Harimau Bali terakhir yang masih hidup, yakni di daerah Sumber Kima, Bali Barat, kemudian akhirnya harus mati di tangan pemburu pada 27 September 1937. Sub-spesies harimau ini pun akhirnya dinyatakan punah sejak 1938.

3. Tikus Gua Flores (Spaleomys florensis)

Tikus gua Flores atau yang dikenal juga dengan nama Flores Cave Rat merupakan hewan endemik Flores yang telah punah sejak lama. Hewan dengan nama ilmiah Spaleomys florensis ini saat ini hanya tinggal cerita dan keberadaannya hanya diketahui dari beberapa  subfosil fragmen yang banyak ditemukan dan tersebar di gua-gua di Pulau Flores.

Penyebab kepunahan Tikus Gua Flores ini belum diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan faktor alam, penyakit, serta ulah manusia menjadi penyebab utama dari hilangnya satwa ini dari muka bumi.

4. Tikus Hidung Panjang Flores (Paulamys naso)

Jenis satwa Indonesia lain yang telah punah adalah Tikus Hidung Panjang Flores. Hewan dengan nama ilmiah Paulamys naso ini masih satu kerabat dengan Tikus Gua Flores yang juga telah punah.

Keberadaan Tikus Hidung Panjang Flores sendiri diketahui dari ditemukannya subfosil satwa ini pada tahun 1981-an. Kemudian pada tahun 1991, spesimen hidup dari tikus ini juga ditemukan di wilayah Hutan Montane di bagian barat Flores. Tikus Hidung Panjang Flores diperkirakan hidup pada ketinggian 1000-2000 meter di Gunung Ranakah.

Sampai sekarang keberadaan spesies ini sudah tidak bisa ditemukan lagi dan dinyatakan punah oleh International Union for Conservation Nature (IUCN) sejak 1996.

5. Tikus Pohon Verhoeven (Papagomys theodorverhoeveni)

Masih dari Flores, satwa Indonesia yang telah punah lainnya adalah Tikus Pohon Verhoeven atau Verhoeven’s Giant Tree Rat (Tikus Pohon Raksasa Verhoeven). Hewan dengan nama ilmiah Papagomys theodorverhoeveni ini hanyak diketahui keberadaannya dari fragmen subfosilnya saja dan diperkirakan telah punah sejak 1500 SM.

Nama ilmiah hewan ini merujuk pada nama seorang pendeta dan paleontolog Belanda, Theodor Verhoeven, yang menemukannya pada tahun 1956 di Liang Toge, yakni sebuah gua di dekat desa Ola Bula, Nageko, Flores. Fosil Tikus Pohon Verhoeven sendiri saat ini tersimpan di NCB Naturalis, Belanda.

Secara resmi, hewan ini dinyatakan punah oleh International Union for Conservation Nature (IUCN) sejak 1996. Meski demikian, sejumlah ahli menduga adanya kemungkinan hewan ini masih ada karena belum ada penelitian menyeluruh di Flores.

6. Kuau Bergaris Ganda (Argusianus bipunctatus)

Kuau Bergaris Ganda, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan double-banded Argus dipercaya sebagai salah satu hewan asli Indonesia yang hidup di Pulau Jawa dan Sumatera. Tidak banyak diketahui tentang bukti keberadaan hewan dengan nama latin Argusianus bipunctatus ini. Namun, beberapa bulu yang pernah dikirimkan ke London, Inggris, untuk diteliti kemudian dijadikan acuan bahwa satwa yang satu ini memang pernah ada di muka bumi.

7. Harimau Tasmania (Thylacinus Cynocephalus)

Harimau Tasmania merupakan marsupialia yang merupakan hewan asli dari Australia, Tasmania, dan Papua. Hewan ini dijuluki “Harimau” karena memiliki corak belang di punggungnya. Namun, ada juga yang menyebutnya sebagai  serigala Tasmania karena sifat dan bentuk tubuhnya yang mirip dengan satwa dari famili Canidae. Hewan yang merupakan spesies terakhir dari genusnya ini mengalami kepunahan pada abad ke-20.