Daftar isi
Pembinaan dan pembangunan kebudayaan nasional dalam bidang kebahasaan dan kesastraan menjadi salah satu masalah pokok kebudayaan nasional yang perlu disosialisasikan dan ditangani dengan sungguh-sungguh dan berencana.
Sehingga, tujuan akhir dari adanya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat tercapai. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Budaya bangsa Indonesia cukup kaya dan beragam terutama dalam bidang sastra dan bahasanya. Bahasa Batak yang menjadi salah satu bagian dari keragaman bahasa daerah di Indonesia juga perlu dilestarikan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kajian Khusus Variasi Bahasa Batak
Bahasa Batak Toba secara administratif berada di tanah Batak yang meliputi enam kabupaten di Sumatera Utara dan sudah mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini.
Batasan bahasa Batak yang digunakan di enam kabupaten tersebut sangat sulit ditentukan karena adanya pola migrasi dan mobilisasi para penutur bahasa yang tidak mungkin tidak pernah terjadi. Hal tersebut juga akan berdampak pada batasan bahasa Batak, sehingga sangat kecil variasi yang terjadi.
Selain itu, kajian khusus untuk mengetahui variasi dari Bahasa Batak juga masih kurang terlebih lagi dalam menganalisis variasi dialek yang ada di enam kabupaten tersebut. Oleh sebab itu, dengan menggunakan metode kualitatif dan kajian dialektologi terhadap kosakata, maka dapat diketahui variasi dialek yang ada pada bahasa Batak.
Selain penghitungan variasi, kajian ini juga dapat mendeskripsikan pola variasi yang terjadi di enam kabupaten dengan memperhatikan perbedaan fonologis, morfologis, dan sintaksis serta mampu untuk mendeskripsikan peta variasi BBT di enam kabupaten.
Dialek Bahasa di Pulau Sumatera
Bahasa Batak dikenal sebagai bahasa yang digunakan di Provinsi Sumatera Utara, padahal sebenarnya di wilayah tersebut, terdapat bahasa yang digunakan tidak hanya bahasa Batak saja, melainkan juga bahasa Jawa, Melayu, Minangkabau, dan Nias.
Bahasa Batak bisa saja untuk dipelajari dengan mudah dan menarik untuk dipraktekkan dalam pembicaraan kegiatan sehari-hari. Selain untuk belajar bahasa mengenai daerah lain, belajar Bahasa Batak juga turut ikut serta dalam menjaga kelestarian bahasa suku Batak.
Bahasa Batak banyak dituturkan di Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, dan berbagai kabupaten lainnya. Bahasa Batak yang berada di Provinsi Sumatera ini terdiri atas lima dialek, yaitu dialek Toba, dialek Mandailing, dialek Simalungun, dialek Pakpak (Dairi), dan dialek Karo.
Bahasa Batak Toba cukup banyak digunakan masyarakat Sumatera Utara dimana bagi sebagian orang yang baru belajar bahasa Batak Toba ini, mungkin dirasa akan cukup sulit. Sehingga, bisa memulai mempelajarinya dengan menggunakan bahasa Batak yang sederhana.
Dalam kenyataannya gambaran bahwa jumlah dialek yang terdapat dalam bahasa Batak Toba cukup beragam karena peranan bahasa bagai orang Batak toba sangatlah komunikatif terutama dalam bahasa komunikasi sehari-hari ataupun upacara adat.
Jenis Dialek Bahasa Batak
- Dialek Bahasa Mandailing
Bahasa Mandailing merupakan bahasa yang terdapat di provinsi Sumatera Utara bagian selatan, Sumatera Barat, dan Riau bagian utara yang merupakan varian dari adanya bahasa Sanskerta yang jumlahnya dipengaruhi oleh bahasa Arab. Bahasa Mandailing dengan pengucapan yang bertambah lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba sekalipun dimana mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing Natal.
Bahasa Mandailing Padang Kuno umumnya dipakai di wilayah Kabupaten Padang Kuno Utara dan Padang Lawas, sedangkan di wilayah Pasaman, Sumatera Barat, Riau, dan Kampar bahasa Mandailing justru memiliki variasi tersendiri. Di wilayah Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu orang-orang setempat menggunakan bahasa Mandailing yang umumnya memakai bahasa Melayu Pesisir Timur.
Bahasa Mandailing Angkola menjadi bahasa yang sangat mirip dengan bahasa Batak Toba dengan bahasa nya yang sedikit bertambah lembut pada intonasinya daripada bahasa Toba. Secara umum, orang Mandailing akan menggunakan bahasa Melayu bila bertemu dengan sesama apabila terdapat kata-kata yang kurang dipahami dalam dialek lokalnya masing-masing.
- Dialek Bahasa Batak Toba
Bahasa Batak Toba dalam kesehariannya sangatlah fungsional dengan pemakaian lingkungannya yang sangat luas hampir disemua tempat dan situasi untuk penggunaan bahasa dalam komunikasi pergaulan sehari-hari.
Dalam penggunaan bahasa pada masyarakat Batak umumnya dan Batak Toba Khususnya akan terlihat keindahan pada penyajian bahasa tersebut, terlebih unsur-unsur sastranya yang akan lebih menonjol pada setiap perkataan yang selalu diselingi dengan pepatah dan disajikan penuh dengan tata krama.
- Dialek Batak Simalungun
Bahasa Simalungun merupakan salah satu bahasa Batak yang dituturkan oleh suku yang mendiami daerah kabupaten Simalungun dan sebagian daerah Kabupaten Deli Serdang.
Menurut historis, bahasa Simalungun pada hakikatnya telah menyebar hampir di seluruh daerah di Sumatera Utara yang didasari oleh banyaknya bukti-bukti yang mengindikasikan hal tersebut, antara lain banyaknya nama-nama daerah yang berbahasakan Simalungun, seperti nama desa Pamatang Ganjang, Bangun Purba, Parbahuman (Perbaungan), Tobing Tinggi, Gunung Para, Sipispis, Dolog Marlawan, dan Dolog Masihol di Deli Serdang yang dapat disimpulkan bahwa nama daerah tersebut didirikan oleh orang Simalungun.
Bahasa Pakpak atau Batak Pakpak adalah sebuah dialek bahasa Batak yang terdapat di provinsi Sumatera Utara dengan bahasa Pakpak yang merupakan bahasa asli dari Suku Batak Dairi.
- Dialek Bahasa Pakpak
Bahasa Pakpak merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh etnis Pakpak yang mempunyai populasi yang cukup signifikan di Kabupaten Dairi, Pakpak Barat dan sebagian dari wilayah di Kabupaten Tapanuli Tengah di Sumatera Utara dan juga beberapa wilayah kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam, Aceh.
- Dialek Bahasa Karo
Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan aksara Karo dalam Surat Batak karena huruf yang dipakai berasal dari wilayah Angkola-Mandailing yang merupakan bagian dari Batak yang menyebar ke berbagai wilayah.
Surat Karo atau disebut juga sebagai Surat Aru/Haru merupakan turunan dari aksara Brahmi dari India kuno yang kini hanya sejumlah kecil orang Karo saja yang dapat menulis dan memahami aksara Karo.
Jumlah penutur Bahasa Karo diperkirakan ada sekitar 600.000 orang pada tahun 1991 yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Batak Utara, sehingga mirip dengan bahasa Pakpak dan Alas, yang dibagi menjadi Karo Timur dan Karo Barat.